Mencari bukti

382 21 0
                                    

John POV

Aku trauma. Sejak kejadian itu, diriku merasa di hantui oleh Kyle. Itu menakutkan. Menakutkan sekali. Mengapa perkataan itu membuat Kyle jatuh cinta padaku?

Sejak peristiwa itu, Kyle diam diam memperhatikanku dari jauh. Dengan tatapan yang menakutkan dan membuat bulu kudukku merinding. Dia stalker padaku.

Stalker lebih menakutkan daripada hantu menurutku. Peristiwa di UKS itu masih terngiang ngiang di pikiranku dan membuatku tak dapat konsentrasi.

Tapi, aku ingin melanjutkan penyelidikanku tentang Feyla. Aku harus bisa memercayai mereka berdua karena mereka berdua adalah temanku.

Aku beranjak dari kasurku dan berjalan menuju laci belajarku, membuka sebuah buku tulis kosong, dengan tangan kanan yang memegang pensil dan siap menulis. Aku berusaha untuk menjadi seperti *reki H*tar*u yang ada di anime Hy*uka. Seseorang yang sangat pintar dalam penyelidikan apapun, dan tak pernah meleset. Meskipun karakter itu hanya berkata bahwa semua penyelidikan yang telah ia selesaikan itu hanya sebuah keberuntungan belaka.

aku pun menulis petunjuk apa yang aku dapatkan hari ini dan yang mungkin dapat kita jadikan petunjuk dalam penyelidikan. Mataku menatap ke arah ponselku yang tengah terdiam di bawah lampu belajarku.

Apakah aku harus memberitahu Shelly? Pikirku.

Aku pun memutuskan untuk memberitahu Shelly lewat SMS karena paket internetku hampir sekarat. Unrung saja aku punya nomor ponselnya.

From: John
'Hei, aku memiliki sebuah usulan tentang penyelidikan ini'

Aku pun meletakkan kembali ponselku, dan menulis petunjuk yang aku dapat hari ini.

Date: 1.. Februari 20...
Petunjuk:
1.) Feyla memiliki kembaran yang bernama Keisya
2.) teman masa kecil yang tidak diketahui kepastiannya: Kyle
3.) Feyla tampak tidak suka dengan gadis itu. Mungkin ada sesuatu yang membuatnya tidak menyukai gadis itu.
4.) gadis itu memiliki banyak petunjuk tentang Keisya. Gadis itu benar benar tak mengenali siapa Feyla.
5.) gadis itu, Kyle menciumku di ruang UKS.

Sial, pikiranku jadi tak jernih olehnya. aku mencoret coret petunjuk kelima itu.

Tet tet.. Tet tet..

From: ketua kelas
'Apa usulanmu? Kalau itu dapat mempermudah penyelidikan ini, aku akan mempertimbangkannya'

Aku menatap datar pada jawaban pesan darinya itu.

Tet tet.. Tet tet..

From: ketua kelas
'Kau John, kan?'

Aku menepuk dahiku. Ya ampun, aku benar benar tak tahu apa yang dipikirkan oleh ketua kelasku ini.

From: John
'Jangan sampai kau mengatakan bahwa, kau belum memberi nama pada nomor teleponku ini, Shelly'

Aku pun mengirimkan pesan itu. Pasti ia sedang terkekeh kekeh membaca pesan dariku.

Tet tet.. Tet tet..

From: ketua kelas
'Oo, jadi kamu John ya? Jadi, apa usulanmu? Aku akan mempertimbangkannya kalau itu dapat memudahkan penyelidikan ini. Dan aku beritahu satu hal, aku sedang sibuk, apa kau tahu?'

Aku terheran membaca pesannya. Ia mengaku sibuk, namun dapat menjawab pesan yang lumayan panjang daripada aku.

From: John
'Meskipun dilihat dari segi bagaimana pun juga, aku tetaplah aku. Aku John. Aku sedikit merasa tersinggung mengetahui bahwa kau melupakan nomor telponku, nona Shelly Weston yang mulia. Dan aku akan memberikan sebuah usulan bahwa, lebih baik kita membuat kesimpulan tersendiri dari informasi yang kita dapat terlebih dahulu. Daripada harus mengadakan pertemuan untuk mendiskusikan petunjuk, dan menyamakan petunjuk yang kita dapat masing masing, itu sangat merepotkan. Aku harap kau menyetujui usulanku ini, nona Shelly. Sekian dan terima kasih..'

Aku sengaja menjawab dengan panjang pesan dari Shelly. Setidaknya, aku ingin berdebat kecil kecilan untuk menghibur hatiku yang gundah ini.

Tet tet.. Tet tet..

From: ketua kelas
'Itu usulan yang bagus, John. Aku menghargainya. Tapi, aku yakin bahwa kau memiliki sebuah informasi yang lebih banyak daripada informasi yang aku miliki saat ini, sampai sampai kau mengusulkan usulan ini. Aku tahu bahwa kau murid yang jenius. Namun kejeniusanmu tertunda (haha). Nikmatilah waktumu untuk memikirkan kesimpulanmu dengan matang matang, tuan Knightley yang terhormat. Dan begitu pula diriku. Aku akan berusaha untuk memiliki informasi lebih banyak dari dirimu, tuan Knightley. Setidaknya aku mencarinya dari sumber yang terpercaya, dan bukan dari sumber pasaran'

Balasan darinya membuatku sedikit naik pitam, namun aku tertawa. Lidahnya cukup tajam juga menurutku. Aku akan membalas pesannya yang panjang itu dengan pesan singkat yang akan membuatnya bungkam.

From: John
'Haha, ya mungkin kau benar, Shelly. Tapi, bolehkah aku menebak apa yang kau katakan sibuk. Kau membuat sebuah coklat untuk besok, kan?'

Semoga saja balasan pesan itu tak terlalu mengena di hatinya.

Tapi setelah ku tunggu tunggu balasannya, namun Shelly tak menjawab pesanku. Jadi merasa bersalah. Aku pun mengirimkan permintaan maafku.

From: John
'Maafkan aku kalau pesanku yang sebelumnya membuatmu tersinggung. Maafkan aku.. Aku tahu aku brengsek, tapi maafkan aku'

Catatan: seorang laki laki yang menyebutnya brengsek, pasti langsung dimaafkan oleh perempuan (Hukum alam).

Tak lama kemudian, ponselku berbunyi.

From: ketua kelas
'Udah udah, gak usah dipikirkan. Kesalahan kecil kok. Manusia mah pasti pernah berbuat salah'

From: John
'Thanks :)'

Aku meletakkan ponselku dan beranjak tidur. Besok hari Valentine. Hari yang paling berpengaruh di seluruh dunia. Aku dapat coklat apa tidak ya?

***

John berjalan dengan memanggul tas ranselnya di bahu kanannya. ia patah semangat. apakah hari ini ia akan mendapatkan sebuah coklat? ataukah tak mendapat sama sekali. ia sedari tadi menghela nafas panjang terus menerus. ia tahu. ia tahu bahwa ia sangat payah dalam hal percintaan atau hal yang berhubungan dengan cinta. ia sudah pernah dihina sebagai lelaki tak peka saat SMP dulu. ia pun terhenti di depan pintu kelasnya. ia menutup kedua matanya dengan satu telapak tangan.

ia merasa bahwa hanya orang bodoh saja yang mengharapkan sebuah coklat dari seorang gadis, apabila tak pernah memberikan coklat kepada gadis itu saat white day. ia juga tak pernah mengkuti white day.

tangannya membuka kedua pintu kelasnya. terlihatlah suasana ramai kelasnya. seperti biasanya. tak ada yang special.

Ia berjalan santai menuju tempat duduknya. Ia pun melewati Paul yang merogoh rogoh loker bawah bangkunya dengan kasar dan raut wajah kecewa. Tampaknya ia sedang menceri suatu barang yang berharga. Melihat Paul yang sedang gelisah, hati John menjadi tak tega untuk membiarkannya. John berhenri tepat di samping bangku Paul.

"Kau mencari apa, Paul?" tanya John dengan perhatian.

Paul tetap gelisah, meninggalkan pertanyaan John beberapa detik karena sibuk mencari. "Coklat. Di bangkuku tak ada coklat. Coklatku hilang"

John terdiam sejenak meratapi nasib. Aa.. Bukannya hilang, Paul. Tapi tak ada yang memberikannya padamu.. Batin John dalam hati karena tak tega unruk mengatakannya pada Paul yang tampak melas.

"Mmm.. Paul. Mungkin coklatmu akan datang setelah istirahat?" hibur John. Paul terhenti pada aktivitasnya, dan menoleh cepat pada John. John sampai terkejut.

"Beneran, John?" tanya Paul dengan mata yang berbinar binar.

John takut menghancurkan binaran mata Paul. Ia terpaksa untuk mengiyakannya. Paul pun bangkit dari tempat duduknya dengan semangat dan pergi keluar kelas dengan bersorak sorai pada dirinya sendiri.

John tersenyum dan duduk di tempat duduknya. Kedua matanya terpaku menatap seorang perempuan yang berpangku tangan memandang keluar jendela.

Feyla pun menyadari tatapan John dan melirik John dengan ekor matanya.

Semoga itu bukan kau, Feyla..

***
Please vote and comment..

See ya..

Mysterious Girl [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang