John POV
Beberapa saat yang lalu, aku mendengar suara bentakan yang cukup keras namun samar terdengar di telingaku. Mungkin itu berasal dari pengunjung lain yang memarahi dekorasi rumah hantu ini karena saking menakutkannya. Aku tak terlalu menikmati wahana rumah hantu ini, karena pikiranku melayang memikirkan Henry dan Feyla. Pasti Henry akan merepotkan Feyla dengan teriakan takutnya akan hantu hantu di wahana ini. Semoga saja mereka berdua akrab, meskipun sempat melemparkan tatapan tajam saat berada di restoran China.
"HUWAA!!" Teriakku ketika ada boneka hantu yang tiba tiba muncul dari pintu yang usang. "Wah, bener bener nih" ucapku sembari mengelus dadaku dengan kasar.
Aku pun kembali melanjutkan perjalananku di rumah hantu itu. Jujur saja, aku merasa sedikit takut. Suasana yang dipancarkan di tempat ini benar benar seperti aslinya. Hawa udara yang dingin serasa menusuk tulangku. Aku pun mengakhiri perjalanan rumah hantu ini dengan berlari lurus ke depan tanpa memperdulikan boneka boneka manekin yang dirias seperti hantu.
Tak lama, setelah 5 menit aku berlari, aku melihat cahaya dari pintu keluar.
Tet tet.. tet tet..
Aku tahu, bahwa ponselku mendapatkan satu buah pesan dari seseorang, namun aku tak memperdulikannya karena, aku merasa senang telah keluar dari wahana itu.
Aku pun menatap ke sekelilingku. lalu, mataku terpaku melihat Feyla berlari menghampiriku dengan muka ketakutan.
Setelah ia dekat denganku,tiba tiba ia memelukku.
"Fe- Feyla. Ada apa? Apa kau takut dengan wahana rumah hantunya?" Tanyaku. Feyla yang masih memelukku, menggelengkan kepalanya. Air maranya mulai jatuh membasahi pipinya yang pucat itu.
"Henry.. Henry.." ucap Feyla terbata bata.
"A.. ada apa dengan Henry?" Tanyaku. Aku merasa ada yang tak beres.
"Henry.. tadi.. lalu.. darah.. dimana mana.. huhuu.." jawab Feyla. Aku langsung panik mendengar kata 'darah' dari mulut Feyla.
"A- apa!? Ucapkan dengan jelas!!" Aku memaksa Feyla untuk menjelaskannya. Jari telunjuknya menunjuk ke arah ia keluar dari wahana itu. Tangannya gemetar seolah olah ada sesuatu yang lebih menakutkan dari boneka boneka hantu yang di pajang di wahana itu.
"Henry.. tiba tiba saja.. tubuhnya meledak.. hiks hiks.. darahnya dan organ tubuhnya berceceran dimana mana.." ucapnya lalu ia pun menangis tersedu sedu.
Mataku terbelalak. "APAA?!?! beritahukan aku tempatnya, Feyla!!"
Author POV
Mata John terbelalak mendengar penjelasan dari Feyla. "APAA?!?! beritahukan aku tempatnya, Feyla!!" Bentak John. Feyla mengangguk lalu berlari kecil menuju tempat kejadian perkara itu.
"Maaf, tapi anda harus memasuki wahana ini dari depan" ucap salah satu pegawai yang berdiri di samping pintu keluar wahana.
"Tapi! Temanku telah meninggal disana!!" Teriak John yang membuat pegawai itu terkejut. Pegawai itu lari tergopoh gopoh menuju microfone yang berada 5 meter di belakang tempat pegawai itu berdiri. Pegawai itu mengumumkan kepada seluruh pegawai lainnya bahwa ada korban jiwa di wahana rumah hantu itu. John mengikuti Feyla yang berlari menuju tempat Henry tewas. Dan...
Seringaian kecil muncul di bibir Feyla. Lalu, seringaian itu tersembunyi kembali. Larian Mereka berdua pun melambat ketika sampai di sebuah ruangan yabg penuh dengan bercak darah. Atap, lantai, bahkan dinding pun tak luput dari darah. John merasa lututnya sangat lemas. Ia tak merasa bahwa temannya Henry yang selalu sehat sehat saja, tiba tiba tewas secara mengenaskan seperti ini. Ia pun terjatuh sambil bertumpu pada lutut nya. Mata nya terus melihat ke sekeliling melihat bercak bercak darah teman masa kecilnya. Feyla menutup mulutnya dengan punggung tangannya dan meneteskan satu dua bulir air mata. Tangan John yang tak sengaja mengenai bercak darah itu, langsung ditatapnya dengan tatapan lesu. Ia sungguh tak percaya ini terjadi. Ia pun menutup telinganya lalu berteriak sekeras kerasnya. Sebuah teriakan yang memilukan untuk didengar. John berharap, Henry dapat mendengar teriakannya meskipun ia sudah berbeda dunia.
John pun menghentikan teriakannya ketika pegawai wahana itu telah datang. Matanya pun berpaling menatap ponsel Henry. Ia pun mengambil ponsel Henry lalu memasukkannya dalam saku celananya. John mengambil ponsel itu sebagai tanda kenang kenangannya dari Henry. Ia akan menjaga ponsel Henry dengan sepenuh hati. Feyla hanya menatap datar. Matanya tak lagi meneteskan air mata. Feyla pun memegang pundak John.
"Ayo keluar dari sini, John. Biarkan pegawai saja yang mengurus masalah ini" ucap Feyla dengan nada rendah. John mengangguk lesu. Lalu mereka berdua berjalan menuju pintu keluar. Ketika sampai di luar wahana, ada seseorang yang menepuk pundak Feyla pelan.
"Maaf, mengganggu tapi.. kami ingin meminta bukti tentang kasus ini kepada anda" ucap seorang polisi. Feyla mengangguk pelan. Pak polisi itu mempersilahkan Feyla dan John duduk di ruang yang tertutup dari keramaian pengunjung wahana.
"Jadi, tolong ceritakan kejadian yang aneh ini" ucap pak polisi mengintrogasi mereka berdua. John menggeleng.
"Saya melewati lorong yang berbeda" jawab John pelan.
Pak polisi mengangguk lalu memalingkan tatapannya kepada Feyla yang hanyut dalam pikirannya.
"Mbak?" Ucap pak polisi itu untuk membuyarkan lamunan Feyla.
"Oh, saat itu.. saya berjalan dengan Henry di lorong yang berbeda dengqn John" Feyla menerawang kejadian itu dengan menatap meja kayu yang ada di hadapannya. "Kami berbincang bincang tentang wahana yang sebelumnya telah kami naiki. Dan ia bertanya, wahana apa yang lebih baik dinaiki setelah rumah hantu itu"
Pak polisi itu memicingkan matanya dan memasang muka serius. John menatap Feyla dengan ekor matanya.
"Karena kurasa pembicaraan itu tak berguna, aku hanya mengangguk, menggeleng, dan mengangkat kedua bahuku. Aku pun melihat lihat dekorasi lorong wahana rumah hantu itu tanpa memperhatikan Henry. Namun, keanehan terjadi" Feyla memberi jeda pada ceritanya, dan itu membuat John menolehkan kepalanya kearah Feyla. Bola mata Feyla bergerak ke kanan dan ke kiri. Bibirnya gemetar. Kata kata yang akan ia ucapkan, seolah olah telah menghilangkan keberaniannya untuk mengucapkan kata itu. "Pada saat perhatianku tertuju pada suatu benda yang berdebu, aku mendengar teriakan Henry. Aku pun menatap Henry. Mukanya memerah. Aku bertanya padanya 'kau kenapa?' Tapi ia terus berteriak sembari memegangi kepalanya. Tak lama kemudian..."
"...tubuhnya meledak"
Pak polisi membelalakkan matanya menatap Feyla. Begitu pula dengan John. Mulut John menganga mendengar kata yang barusan Feyla katakan.
"Darah berceceran dimana mana. Ususnya terpental jauh dari tempatnya. Ju.. juga kepalanya. Semuanya terpencar dimana mana." Feyla menutupi kedua telinganya dengan kedua tangannya. "A- aku tak tahu, sebenarnya apa yang baru saja terjadi. Mataku menatap tak percaya melihat kejadian di sekelilingku. Aku berlari keluar mencari John"
Isak tangis Feyla memecah keheningan ruang tertutup itu. John memijat batang hidungnya. Lidahnya terasa kelu untuk bicara. Pak polisi itu hanya diam saja. Ia tak tahu masalah apa yang tiba tiba menimpa salah satu pengunjung Castellar carnival.
"Baiklah, kalian boleh pulang. Polisi akan menyelidiki kasus yang menimpa teman kalian ini" ucap pak polisi itu. John dan Feyla pun berdiri dari tempat duduknya. Sesekali Feyla menepuk nepuk bahu John pelan. "Terima kasih atas petunjuknya, nona" lanjut pak polisi itu ketika mereka berdua sampai di ambang pintu keluar. Feyla hanya mengangguk tanpa menoleh ke belakang sedikit pun.
***
Hai hai..
Maaf ya, kalau ceritanya ada pemborosan kata.Maaf kalau ceritanya typos, gaje, dan jelek
Tapi terima kasih telah membaca..
See U next chapter 🙌🙌
KAMU SEDANG MEMBACA
Mysterious Girl [TAMAT]
FantasyJohn tak menyadari kesalahan terbesar dari tindakannya yang mendekati si gadis misterius, Feyla Milagre. Ia kembali menguak cinta pertama ayahnya, bertemu dengan malaikat maut penuh muslihat, dan bertemu dengan jodohnya yang sebelumnya ia sempat sal...