kembar (?)

416 21 0
                                        

John POV

"Apakah kau.. Keisya?"

Pertanyaan Kyle membuatku terkejut. Sebuah pertanyaan yang sangat langka ketika bertemu dengan orang yang baru ia kenal. Mungkin, penyelidikan ini makin lebih rumit. Feyla? Keisya? Apakah nama itu ada hubungannya? Mana mungkin orang yang baru pertama kali bertemu tiba tiba menanyakan sebuah nama lain. Apakah ada sang pelaku utama? Yang bersembunyi di balik panggung sandiwara ini?

Menanyakan sebuah nama ketika bertatap muka. Nada yang ragu ragu. Nama yang berbeda. Apakah.. Feyla memiliki saudara kembar?

Tidak tidak, apakah catatan Henry salah? Ah.. aku tak tahu harus bagaimana. Mempercayai seorang sahabat yang setia, atau mempercayai seorang teman baru.

Aku harus bersikap normal. "Eh? Keisya? Siapa?" tanyaku agar mengurangi sedikit keteganganku disini. Kyle tersenyum melihat Feyla. Namun, Feyla memberikan tatapan jijik pada Kyle.

"Hei, Keisya.. Apa kau melupakanku?" tanya Kyle sambil mengelitari tubuh Feyla perlahan. Feyla menghela nafas.

"Bukannya aku melupakanmu, tapi aku yang tak pernah mengenalmu" kata Feyla datar. "Dan, ini adalah pertemuan kita pertama kali. Aku tak tahu kau siapa"

Kyle tiba tiba berhenti mengelitari Feyla. "Eh?? Kau tak seperti biasanya, Kei. Kau biasanya ceria sekali.. Apa kau sakit?" kata Kyle dengan nada yang penuh tanda tanya. aku yang mendengarkannya pun menjadi super bingung.

"Aa.. Itu.. Bukan tujuanku untuk mengalihkan topik.. Tapi, bisakah kita mengobrol di tempat lain? Kita mengobrol di tengah tengah pintu loh. Nanti membuat yang lain antri" jelasku dengan sedikit rasa kikuk karena sikap datar Feyla.

Feyla putar balik menuju tempat duduknya, namun tangannya di tarik oleh Kyle ke arah diriku yang tengah mencari tempat untuk mengobrol yang baik. Feyla dengan muka datarnya, pasrah akan tarikan Kyle pada lengan kanannya.

Sial... Gerutu Feyla dalam hati.

***

Sedari tadi, kepribadian Kyle berubah drastis setelah bertemu dengan Feyla. Dari kepribadian kikuk dan cupu, menjadi kepribadian kekanakan dan keras kepala.

Dan juga, aku sudah memutuskan untuk mengobrol di taman dekat parkiran saja. Udaranya sejuk dan rimbun oleh pepohonan. Namun, karena sifat keras kepala Kyle yang beralasan 'tak-mau-bolak-balik-naik-tangga' itu, membuatku mengalah padanya dan menerima keputusannya untuk mengobrol di tempat yang dipilihnya.

Dan akhirnya, aku berakhir di sebuah tempat bernama 'UKS'. Sedang mendengarkan dua perempuan ini mengobrol layaknya ibu ibu nge-rumpi.

Berada di sebuah ruangan yang cukup luas. Dengan dua perempuan. Dan diriku laki laki sendiri disini. Semoga saja tak ada yang salah paham dengan peristiwa ini.

aku memilih kasur terpisah dengan dua perempuan itu.

"Jadi, Keisya, kenapa kau tak memberitahuku bahwa kau sekolah disini juga?? Kenapa akhir akhir ini kau tak menjawab telepon dan pesanku?? Kapan kapan jalan jalan yuk??" pertanyaan Kyle bertubi tubi keluar dari mulutnya.

Dan tatapan Feyla menatap tajam ke arahku, seakan akan memiliki makna 'lakukan sesuatu, aku tidak tahan dengannya'.

Aku menahan tawaku. Baiklah, kaali ini aku akan serius.

"Jadi, Kyle.." kataku.

"Umm?" tanyanya singkat.

"Siapa Keisya itu? Kenapa kau memanggil Feyla Keisya?" lanjutku.

Kyle bingung dan menatap wajahku dan wajah Feyla bergantian.

"Feyla? Maksudmu dia? Dia adalah Keisya. Kita teman sejak kecil. Dan kami selalu bermain bersama dan menghabiskan waktu bersama. Kami berdua tampak seperti adik kakak" jawaban Kyle membuat Feyla terbelalak mendengarnya.

Apakah Keisya adalah Feyla?. Saudara kembar yang tinggal berjauhan? Tanyaku dalam hati.

"Tapi.." perkataan Kyle yang terjeda, membuatku menatap matanya lebih dalam. "Sejak menaiki kelas 2 SMP, dia tiba tiba pindah rumah karena urusan pekerjaan ayahnya. Kudengar, dia pindah di kota Hike, jadi pada waktu aku kelas 1 SMA, aku pindah ke kota ini untuk mencari Keisya. Lagian ayahku juga ada urusan juga dikota ini. Mungkin ini adalah kesempatan yang bagus untuk mencari Keisya" jelas Kyle panjang lebar. Feyla hanya bertopang dagu mendengar cerita Kyle yang panjang dan membosankan baginya mungkin.

"Jadi? Aku harus menjadi Keisya agar penantianmu berakhir?" tanya Feyla dengan jutek. Aku merasa bersyukur karena tak pernah dijuteki olehnya.

"Eh?" Kyle tak mengerti maksud perkataan Feyla.

Feyla menghela nafas. "aku akan mengulangi namaku untuk yang terakhir kalinya. Namaku Feyla, Feyla Milagre. Aku memiliki hobi yaitu mengabaikan orang lain. Teman pertamaku adalah John. Aku tak pernah mengenal anda, nona Kyle" kata Feyla dengan nada bosan. Mata Kyle berkata kaca. Feyla meninggalkan ruangan UKS itu dengan langkah yang di hentakkan. Seperti orang yang lagi kesal.

aku ingat kalau ia beraura hitam di diary Henry, tapi ia tak tahu bahwa sekarang Feyla sedang PMS.

"Hiks.. Hiks.."

aku tersentak dengan suara tangis ini. Kyle menangis. Ia pasti terluka akan perkataan Feyla yang kasar itu. Mana ada orang yang tahan dengan ucapan kasar seperti itu?

Aku tak tahu harus bagaimana. Apakah aku dapat menghiburnya? Kata kata apa yang harus aku lontarkan untuk menangkannya?

Tangan kananku pun terulur mengusap rambut Kyle pelan. Ia masih terisak.

"Jangan menangis, Kyle" ucapku.

"Ha- habisnya sih, Keisya berbeda. Apa yang membuatnya begitu? Ia tampak pucat. Bibirnya tak semerah delima ketika dia pindah. Kulitnya tak sehangat dulu. Dan tatapan jijik dan angkuh itu, benar benar tak seperti Keisya yang ku kenal" jelas Kyle dengan isak tangisnya.

Ia ada benarnya. Kalau aku perhatikan dengan lebih detil, bibir dan kulitnya pucat. Dan tubuhnya dingin. Aku jadi semakin tertarik untuk melakukan penyelidikan ini sendirian. Tanpa menggunakan bantuan Shelly.

"Baiklah, jangan menangis. Dia memang bukan Keisya, dia adalah Feyla yang kukenal. Ia adalah perempuan yang aku ceritakan tadi. Perempuan yang misterius dan pendiam. Meskipun begitu, ia merasa cukup kesepian bagiku. Jangan bersedih, mungkin pada saatnya, kau akan bertemu dengan Keisya. Mungkin tidak hari ini. Mungkin besok? Lusa? Atau hari hari selanjutnya. Jangan pantang menyerah. Kalau kau menginginkan sebuah bantuan, aku akan membantumu mencari Keisya. Kita akan mencarinya bersama. Hingga pada saat hari itu tiba, jangan menangis karena telah lama tak bertemu dengannya, tapi menangislah karena kau telah menemukan teman masa kecilmu itu dengan keteguhan hatimu mencarinya. Peluklah sahabatmu nanti. Dan, mungkin kau meminta maaf kepadanya karena kesalahan yang lalu atau rahasia yang kau sembunyikan olehmu darinya. Dan berceritalah, tentang kehidupanmu setelah ia pindah itu. Teman teman barumu yang berusaha menggantikan posisi Keisya untuk menenangkanmu. Dan, berceritalah bahwa kau pernah mencintai orang lain ketika sahabatmu pindah. Jadi, bersemangatlah Kyle. Jangan menyerah" kataku panjang lebar.

Gawat, aku tak bisa mengontrol mulutku untuk menghiburnya. Aku benar benar bodoh, pikirku.

Kyle tersenyum dan mengusap jejak jejak air matanya. Dan ia tersenyum manis padaku.

Tiba tiba ia bangkit dari tempatnya dan membelai halus tengkukku. Ia menempelkan bibirnya yang mungil itu pada bibirku. Peristiwa itu berlangsung 3 detik. Lalu ia menjauhkan bibirnya dan berkata:

"Terima kasih, John. I Love you"

Ia pun berjalan keluar dari ruangan itu. Dengan santai. Muka memerah. Kedua telinga juga tak kalah merah.

"A.. Apa apaan itu? Barusan itu apa??" kataku dengan bingung.

Oh.. TIDAAAKKK...!!! Aku telah dilecehkan oleh seorang gadis manis yang kekanakan!!! Teriakku dalam hati.

***

"Hei, kenapa kau terbaring di kasur? Kau sakit apa?" tanya penjaga UKS padaku yang tengah menutup kedua mataku dengan lengan kananku.

"I- iya, saya sakit, bu.." jawabku dengan muka yang masih merah akibat peristiwa besar tadi.

***

Please Vote and Commend

Share juga boleh..

See U ;)

Mysterious Girl [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang