Seperti Awal

170 9 0
                                    

"Lihatlah dirinya yang sekarang..." Kata Richard memecah keheningan ruang tamu yang berantakan itu. "Berakhir dengan menjadi seonggok daging busuk yang berceceran dimana-mana. Bahkan saat mati untuk kedua kalinya pun ia merepotkanku saja. Benar-benar tak berguna." Kata-kata itu menyulut emosi John yang kalut.

Richard menatap sinis John yang menatap dirinya penuh amarah. Ia merasakan sebuah kepuasan dari sana. Tatapan kehilangan itu membuatnya jadi lebih terhibur dibandingkan sebelumnya. Memang cukup ampuh untuk memancing emosi John dengan kematian Feyla yang terjadi di depan matanya. Kutukan yang ia berikan kepada John memberikan kekuatan sekaligus kelemahan pada tubuh remaja itu. Selain John dapat melihat makhluk tak kasat mata dan memiliki fisik yang kuat, John dapat seakan-akan mati dalam sekejab jika Richard menginginkannya. Tapi tidak sekarang. Mungkin nanti. Setelah Richard puas bermain-main dengan John yang jelas-jelas tak memiliki kuasa apa-apa untuk melawannya. Richard dapat melihat telapak tangan John yang berdarah karena John meremas telapak tangannya dengan kuat sehingga kuku-kukunya menembus kulitnya.

Rahang John mengeras, gigi-giginya bergemeletuk. "Kau puas melihat ini?" Tanya John berusaha untuk menahan amarahnya lebih lama lagi dengan berbasa-basi.

"Tentu saja, kenapa tidak? Melihat orang lain sengsara jauh lebih baik dibanding melihat orang lain berbahagia," jawab Richard sambil merentangkan kedua tangannya dengan angkuh.

"Bagaimana jika sebaliknya?" Tanya John membuat Richard terdiam. "Bagaimana jika aku lebih suka kau menderita daripada berlagak angkuh seperti sekarang?"

"Buh, BWAHAHAHAHAHA..!!!" Tawa Richard meledak, menggema ke seluruh ruangan. Mendengar tawa itu membuat John semakin berkeinginan untuk membunuh malaikat maut itu entah dengan apa pun caranya. "Kau pikir kau siapa??! Aku adalah malaikat maut yang memiliki kuasa yang jauh lebih mumpuni dibandingkan dirimu. Di mataku, kau tak lebih dari seekor kutu." Richard kembali menggemakan tawanya.

"Lantas mengapa jika aku hanya seekor kutu? Tak ada yang bilang bahwa kesempatan menangku nihil, kan?" Tanya John memasang kuda-kuda untuk berlari ke arah Richard yang memasang senyum kemenangan.

"Tapi kau memiliki banyak kesempatan untuk kalah."

"Kita lihat saja nanti." John mendorong tubuhnya dan menapakkan langkah kaki cepat dan kuat menuju Richard.

Pergerakan John tergolong cepat untuk Richard, tapi bukan berarti ia akan kalah dengan kecepatan itu. Richard menggeleng-gelengkan kepalanya dengan menghina dan berdecak angkuh. "Kau memang tak bisa belajar kecuali dari pengalaman." Richard mengangkat tangannya dan berpetik jari sekali lalu mereka pun tiba di sebuah pulau tak berpenghuni.

John segera mengatur pencahayaan di lingkup pengelihatannya dan mencari-cari sosok Richard yang hilang dari hadapannya. Sepatu kets milik John melesak ke dalam pasir pantai yang berwarna putih bersih, sinar matahari menyerang kulit John, dan hembusan angin pantai terasa cukup sejuk disini. Sekarang, John berdiri di pesisir pantai. Sebelah kanan John adalah hutan yang terbilang cukup luas untuk pulau kecil tak berpenghuni itu, sedangkan sebelah kiri John adalah perairan laut yang terbilang cukup tenang. Ketenangan itu cukup menghipnotis John, namun ia kembali tersadar untuk mencari sosok Richard yang tentunya ada di pulau ini bersamanya.

"RICHARD..!!! DIMANA KAU!? TUNJUKKAN DIRIMU SEKARANG JUGA DISINI!!!" Teriak John dengan sekuat tenaga hingga otot-otot John menonjol di permukaan kulit lehernya.

Napas John tak beraturan. Dadanya naik turun dengan cepat. Ia cukup marah dengan permainan yang akan dimainkan Richard sekarang.

Suara tawa terdengar menggema di langit. "Kau pikir aku cukup bodoh untuk mempertunjukkan wujudku di sekitarmu? Tentu saja tidak. Aku akan bermain-main dengan dirimu. Sebuah acara tanpa permainan tampak membosankan, bukan?"

Mysterious Girl [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang