Part 1 - Pak Akhtar!

88.5K 4.4K 65
                                    

And I have to speculate
That God himself did make
Us into corresponding shapes
Like puzzle pieces from the clay

(The Postal Service - Such Great Heights)

*****

SKYLIN

Kelas siang ini terlihat penuh sesak oleh para mahasiswa. Biasanya kelas sehabis dhuhur, jarang sekali ada mahasiswa terutama mahasiswi yang rajin berdatangan. Tapi pengecualian untuk kelas satu ini, semua seperti kerasukan setan rajin. Datang awal waktu.

Tepat pukul satu, terdengar suara derit pintu kelas. Refleks mataku melirik ke arah datangnya suara. Seorang pria berdandanan rapi memasuki ruangan dengan sebuah laptop di tangannya. Kemudian pandanganku beralih ke arah teman-teman wanitaku. Wajah mereka mengikuti gerak-gerik dosen tersebut dengan ekspresi terpesona.

Tanpa sadar aku berdecak pelan melihatnya. Selalu seperti ini yang terjadi dengan kelas yang diajar oleh Pak Akhtar. Semua selalu senyap setiap kali beliau datang. Lalu, mulai berubah ribut saat Pak Akhtar menerangkan dengan suara beratnya.

"Silahkan buka halaman 15 buku Human Center Design yang kemarin saya share melalui google drive ya," perintah Pak Akhat.

Buru-buru Aku meraih ponselku dan meng-klik link yang beliau share di room chat grup kelas. Sesaat terdengar ribut-ribut kecil di dekatku. Pandanganku kembali beralih kepada mereka. Tanpa sadar aku mendengus menemukan bahwa ternyata mereka malah masih asyik memandang penuh harap kepada Pak Akhtar.

"Seperti yang pernah saya sampaikan. Desain –"

Penjelasan beliau seketika tak terdengar lagi tatkala telingaku malah menemukan suara cekikikan pelan dari para wanita yang duduk di belakang, samping, dan juga depanku.

"Sumpah ya, wajah Pak Akhtar itu adem banget di hati."

"Setuju! Coba kalau dia bukan pacar Pat, gue gebet kali ya!"

"Pat pake susuk apa sih bisa dapatin Dosen ganteng kayak Pak Akhar gini?"

Lagi-lagi aku hanya bisa menghela nafas frustasi. Aku mencoba kembali fokus kepada Pak Akhtar yang mulai menjelaskan pengertian Desain menurut para ahli. Tapi, obrolan heboh mereka malah membuatku turut memperhatikan Pak Akhtar.

Panggilannya Pak Akhtar, nama lengkapnya kalau tidak salah ingat Akhtar Tristan Winata. Usia? Entah tapi sepertinya masih sekitar pertengahan dua-puluhan. Dia dosen baru yang harus kuakui memiliki wajah yang jauh lebih menarik daripada dosen-dosen lain yang sering berkeliaran di area kampus. Tubuhnya tinggi, perkiraanku sekitar 175cm. Keturunan arab, yang kata anak-anak bibit unggul. Rambut ikalnya tertata rapi. Kacamata kotaknya bertenger manis di wajahnya yang membuatnya terkesan geek. Sungguh, dosen tampan idaman semua orang bukan?

Tapi, bagiku sama sekali bukan! Pria ini benar-benar menganggu sekali. Ditambah setiap kali aku ingin serius belajar, suara Pak Akhtar kalah dengan suara heboh fans-fansnya. Apalagi semenjak hubungannya dengan Patricia, teman sejurusanku, gosip yang beredar lebih heboh daripada sebelumnya.

"Sepertinya sampai di sini saja penjelasan saya. Selamat sore semuanya."

Tiba-tiba lamunanku buyar saat melihat Pak Akhtar sudah kembali berjalan keluar kelas. Kalau begini terus bagaimana bisa aku pintar? Masuk kelas, mendengarkan penjelasan dosen sebentar, kemudian mendengarkan hebohnya teman-teman wanitaku, tahu-tahu kelas sudah selesai.

Kabar Patricia berpacaran dengan Pak Akhtar saja sudah heboh. Apalagi kalau semisal Tuhan membuat Pak Akhtar menjadi kekasihku? Oh, God, sudah jelas pasti lebih heboh daripada ini. Bodoh sekali aku, tidak mungkin hal seperti itu terjadi. Pak Akhtar mengetahui keberadaanku saja tidak. Siapa sih cowok yang menyukai wanita dengan kelebihan berat badan sepertiku? Tidak ada!

Call You HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang