Part 5 -- Sah!

39.3K 3.6K 159
                                    

In this day and time
The right one is hard to find
Girl, that's why I'm holding on to you
Each and every night
When we turn out the light
There's no mistaking what we have is true
Soulmate
I hope that we grow old together

(Josh Turner - Soulmate)

****

SKYLIN

Tidak ada yang pernah tahu seperti apa cerita hidup yang akan dituliskan oleh Tuhan. Entah kisah yang menyedihkan atau kisah yang berakhir bahagia. Semua hal berjalan dengan sangat mudah awalnya, tapi kemudian banyak premis-premis kisah yang muncul yang membuat tulisan semakin penuh hal-hal tak terduga. Tak tertebak. Tiba-tiba saja ada sebuah perubahan besar yang terjadi secara mendadak. Sementara sang tokoh utama hanya tinggal menerima nasibnya untuk dieksekusi di dalam kisahnya.

Semasa aku kecil, aku pernah membayangkan bagaimana sebuah pernikahan impianku. Selayaknya putri dalam dongeng, sebuah gaun putih bergaya barat membalut sempurna pada tubuhku. Mawar putih kesukaanku menghiasi seluruh dekorasi ruangan tempat berlangsungnya pernikahanku.. Sedangkan, kekasih hati yang begitu kucintai tersenyum lebar di depan Papa yang berperan sebagai wali nikahku.

Bayangan itu hilang begitu saja tatkala aku menyadari bahwa, bukan seperti itu pernikahan yang nantinya akan aku rayakan. Seharusnya hari minggu besok adalah hari lamaran Mas Akhtar secara resmi bersama dengan kedua keluarga kami. Tapi semua rencana tiba-tiba saja berubah begitu saja, keesokan hari setelah aku memberitahu kedua orangtuaku di malam harinya.

Aku masih ingat, pagi itu aku terbangun dengan deringan ponsel milikku. Nama Mama lah yang kutemukan di layar. Saat ku mengangkat panggilannya, Mama tanpa menanyakan kabarku langsung mengatakan bahwa Minggu ini bukanlah hari lamaranku, melainkan hari pernikahanku. Sepajang penjelasan Mama di telepon, aku hanya bisa terdiam.

Hingga akhirnya aku bertanya mengapa begitu terburu-buru? Mama hanya memberikan alasan bahwa hal baik haruslah segera dilaksanakan, jangan ditunda. Tapi ku rasa alasan sebenernya bukanlah itu. Bukankah semakin cepat pernikahanku dan mas Akhtar disahkan secara hukum, semakin cepat kedua perusahaan milik Papa-papa kami akan selamat.

Kakiku perlahan menuruni ranjang dan berjalan menuju ke dekat jendela. Sabtu malam ini, Aku sengaja membiarkan jendela kamar tertutup rapat, tirai putih yang menutupi pemandangan di luar sana pun sengaja tak kusibak. Lampu kamar juga kubiarkan mati. Meninggalkan kegelapan ruangan yang begitu pekat menemaniku dalam kesendirian. Kemudian aku mengambil duduk tepat di bawah jendela seraya menengadah menatap langit malam.

Berkali-kali aku menghela nafas dan memikirkan bahwa tinggal hitungan jam dan semua hal akan berubah dalam hidupku. Pria asing bernama Akhtar itu akan berubah menjadi suamiku.

Mataku terpejam sesaat dan meresapi perasaan menyedihkan ini. Andai saja aku sanggup meneriaki kemarahanku. Namun sayangnya, aku sendiri pun tak bisa melakukannya. Sejak kecil, aku dididik untuk selalu berbakti kepada orangtuaku. Menuruti permintaan mereka dengan ajaran bahwa semua perkataan orangtua adalah yang terbaik untuk anaknya. Ini sungguh menyedihkan tapi mereka juga membuatku merasakan bahwa kebahagian mereka adalah kebahagiaanku juga.

Dering ponsel mengusik keheningan dan menyeretku kembali ke dunia nyata. Dengan perlahan aku bangkit dan meraih ponsel yang sejak tadi berada di atas nakas. Pria ini.

Pak Akhtar : Temui saya di gazebo belakang. Ada hal yang perlu kita bicarakan, Sky. Sekarang.

*****

Udara malam kota Bogor terasa lebih dingin daripada biasanya. Angin berhembus kencang dan meniupkan rambut sepunggungku yang lupa ku kuncir karena buru-buru turun menuju ke gazebo yang mas Akhtar maksud.

Call You HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang