BAB 31 -- New Chapter of Life

40.5K 2.5K 79
                                    

You know that I learn something new
Everyday I love you
'Cause I believe that destiny
Is out of our control

(Boyzone - Everyday I Love You)

*****

SKYLIN

Tanpa sadar aku berdecak kagum menemukan Jupiter berjalan mendekat dengan boneka besar di pelukannya. Dia berhenti tepat di sebrangku dengan senyum lebar. Perhatianku sejenak beralih pada Adisti melalui kaca kecil yang ada pada pintu ruang sidang. Dia nampak sedikit gugup menjelaskan isi skrispinya.

"Sebal deh gue sama lo! Kayaknya sidang gue cuma dapat bunga," godaku pada Jupiter.

Jupiter tertawa pelan. "Dia kan beda, Ky."

Refleks aku menggeleng mendengar jawabannya. Setelah sekian lama, bahkan setelah mengetahui bahwa Adisti sudah memiliki kekasih di Sydney sana tapi Jupiter masih gigih memperjuangkan Adisti. "Lo tuh sebenarnya setia mencintai satu orang atau nggak bisa move on sih, Jupiter? Sanggup ya lo friendzone bertahun-tahun."

Lagi-lagi Jupiter tertawa pelan. Kini dia mendekat untuk mengintip Adisti dari jendela kecil. Menemukan sorot mata Jupiter yang langsung melembut. Sahabatku ini benar-benar jatuh cinta, aku menjamin itu.

"Gue memang tidak berencana untuk move on, Ky. Lagipula, seseorang yang selalu ada apalagi di saat terendah gadisku, pelan-pelan pasti akan memenangkan hatinya daripauda orang yang hanya datang saat dicarinya. Itu yang sedang gue lakukan, selalu ada untuk Adisti," dia berbisik pelan. Tatapannya tetap lurus pada Adisti.

Tanganku terangkat untuk mengusap bahunya, memberi semangat. Kepalaku juga ikut mengangguk menyetujui kata-kata Jupiter. Dia benar karena mas Akhtar pernah melakukan hal yang sama dengan Jupiter lakukan sekarang. Bagaimana Bang Bara yang pernah terpatri di dalam hatiku dengan mudahnya mas Akhtar geser posisinya.

"Gue setuju. Kalau mas Akhtar nggak berusaha untuk selalu ada buat gue, mungkin gue akan berakhir masih menyukai Abang lo, Pit."

"Kamu bilang apa, Sky?" sebuah suara berat tepat di belakangku membuatku refleks berputar.

Suamiku itu entah sejak kapan berdiri di sana. Padahal tadi dia ke ruangan Pak Rian, temu kangen katanya. Di dalam gendongannya ada anak kami, Orion yang baru berumur satu bulan. Orion nampak terlelap begitu damai di dalam gendongan Papinya. Kepalaku kembali terangkat, memberikan perhatianku pada Mas Akhtar.

"Jadi, kamu masih suka sama Bara?" Alisku mengernyit bingung mendengar pertanyaannya. Dia kembali menjelaskan pertanyannya dengan sedikit kesal. "Tadi kamu mengatakan bahwa masih menyukai abang Jupiter. Bara kan dimaksud?"

Seketika aku berdecak pelan sembari menatapnya tak percaya. "Astaga Mas Akhtar, cemburu aja terus. Nguping kok setengah-setengah," omelku diikuti dengan cubitan gemas pada lengannya.

Dia semakin memelototkan kedua matanya padaku. Kakiku bergerak dengan sendirinya, kemudian menjatuhkan diri ke dalam pelukannya. Memeluk dua jagoanku. "Sudah ada kamu. Sudah Ada Rion. Aku nggak mungkin masih suka sama Bang Bara, mas Akhtar. Aku kan cuma cinta kamu."

Suara dehaman keras berhasil membuatku refleks menoleh. Ekspresi Jupiter seperti menahan malu. "Mohon maaf ya, ini tempat umum."

Aku hanya terkekeh pelan seraya melapaskan pelukanku. Tiba-tiba saja Mas Akhtar menahan tanganku agar tidak kembali bergabung bersama Jupiter. Tatapannya padaku kini kembali melembut dan penuh cinta seperti biasanya.

"Kita harus pergi sekarang, Sky. Nanti kesorean."

Aku mengangguk.

*****

Call You HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang