Part 4 -- Yes, I do.

36.9K 3.2K 68
                                    

If it's meant to be, it'll be, it'll be
Baby, just let it be
So, won't you ride with me, ride with me?
See where this thing goes
If it's meant to be, it'll be, it'll be
Baby, if it's meant to be

(Bebe Rexha & Florida Georgia Line - Meant To Be)

*****

AKHTAR

Langkahku melambat tatkala menemukan sesosok yang ku kenal berada di luar sana. Gadis itu menyendiri sementara kepalanya menengadah menatap langit mendung kota Bogor. Begitu banyak pertanyaan yang bermunculan di kepalaku melihatnya seperti itu.

Sedang apa dia di sana? Kenapa dia sendirian? Apa yang sedang dia pikirkan? Apakah dia memikirkan tentang wasiat oma sama sepertiku? Atau memikirkan hal lain? Sayangnya, semua pertanyaan itu hanya akan tersimpan selamanya di kepalaku. Tak ada alasan untukku menanyakan semua itu padanya, karena dia bukan siapa-siapaku.

Tepukan pelan pada bahuku membuatku refleks menoleh. Entah sejak kapan Papi berdiri di sampingku dengan senyuman lebar khasnya. Sayangnya, kepalaku malah kembali fokus menatap sosok gadis itu. Ternyata dia masih setia di posisinya.

"Skylin gadis baik, Akhtar," terdengar suara Papi di sampingku.

Aku sama sekali tak ingin membahas gadis itu. Kepalaku terlalu penuh dengan berbagai pertanyaan tentangnya dan juga ingatan tentang mengenai takdir kami yang telah oma tentukan.

"Setiap kali Mami kamu pulang, pasti Mami cerita tentang Ky. Ky begini lah, Ky begitu lah. Terutama bagian saat Mami menceritakan betapa Ky sangat menyayangi Oma." Aku melirik Papi sekilas. Beliau terlihat menghela nafas dalam. "Setidaknya saat Oma tak mendapat kepedulianmu, dia menemukan sosok Ky di dekatnya."

Aku hanya tersenyum sopan mendengarnya. Tanpa Papi beritahupun, aku sudah mengetahuinya. Tak perlu orang berkoar-koar di depanku, cukup mengingat kembali ekspresi Sky di hari pemakaman Oma, dia terlihat sangat kehilangan. Berbeda denganku yang masih bisa tersenyum kepada orang-orang yang berdatangan. Kini giliranku yang menghela nafas. Ternyata aku memang bukan cucu yang baik untuk Oma, hingga ketika Oma pergi, aku baru menyadari ternyata setelah dua-puluh-lima tahun hidupku, hanya sedikit sekali memori kebersamaanku dengan Oma. Kenapa sesal selalu datang terlambat? Aku menyesal tak pernah membuat banyak kenangan bersama beliau.

Sekali lagi tepukan pelan pada bahuku menarikku dari lamunan panjang. "Papi tahu ini egois Akhtar, tapi ... menikah dengan Ky adalah pilihan yang terbaik."

Refleks aku menoleh pada Papi. Jujur, aku sangat terkejut dan juga kecewa mendengar pernyataannya. Ada sebuah harapan ketika Papi mulai membahas wasiat Oma, beliau akan memintaku memilih sendiri apa yang terbaik untukku. Tapi nyatanya, aku salah dan tak bisa kupungkiri bahwa aku begitu kecewa.

"Ini memang terdengar egois, Akhtar." Sekali lagi Papi menghela nafas dalam. Dia terlihat bingung memulai penjelasannya. "Papi dan Papa Ky, Atmaja bersahabat. Awalnya, Papi ingin menyerahkan semua keputusannya kepadamu. Tapi ... saat mendengar perusahaan Atmaja dalam keadaan kritis, Papi sadar bahwa pernikahan ini memang harus dilaksanakan. Kamu tahu kan maksud Papi? Pernikahan kalian menyelamatkan banyak hal."

Papi langsung terdiam dan kali ini aku sama sekali tidak tahu harus merespon seperti apa. Rasanya hatiku diremas mendengar kenyataan yang baru saja beliau lontarkan, seolah-olah pernikahan kami bukan untuk melengkapi dongeng kerajaan milikku ataupun Sky, melainkan pernikahan ini terjadi karena untuk melengkapi kisah dongeng orang lain.

Pada akhirnya aku memilih melangkah keluar area dapur menuju ke kolam renang, tanpa sekalipun menoleh pada Papi. Aku sempat melirik Papi sekilas dan terlihat jelas keterkejutannya mendapati responku barusan. Aku kecewa Pi, kalau papi ingin tahu. Tapi bukan kuasaku untuk marah. Aku hanya seorang anak yang menyangi kedua orangtuanya.

Call You HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang