Part 2 -- Oma Ratih

38K 3.6K 67
                                    

You are the one who'd make me lose it all
You are the start of something new, ooh
And I'll throw it all away

(Ed Sheeran - This)

****

AKHTAR

"Pak Akhtar."

Mataku mengerjab pelan saat memastikan pandanganku, bahwa kursi yang pelayan ini tunjukkan sudah terisi. Seorang gadis, berumur sekitar dua-puluhan. Wajahnya nampak tak asing, mungkin dia salah satu dari mahasiswiku di kampus. Dari sekian calon teman minumku, kenapa harus mahasiswiku?

Pelayan yang mengantarku tadi langsung berbalik dan tersenyum sopan kepadaku. "Bagus dong kalau sudah saling kenal. Saya tinggal dulu ya, Mas. Silahkan menunggu pesanannya."

Tanpa menunggu balasanku, pelayan wanita tadi buru-buru kembali ke tempatnya. Aku hanya bisa menghela nafas dan terpaksa duduk di hadapan gadis ini. Dia tersenyum ragu kepadaku yang langsung kubalas dengan senyum tipis. Kepalaku berusaha untuk mencari bahan obrolan. Tidak enak juga kalau duduk di depan orang yang mengenalmu tapi tidak diajak mengobrol.

"Kamu mahasiswi saya?" tanyaku akhirnya.

Gadis itu mengangguk pelan. "Iya, Pak."

"Oh, angkatan berapa?"

"Angkatan 23, Pak."

Angkatan 23? Kalau tidak salah baru saja aku mengajar angkatan 23. "Barusan saya selesai mengajar di kelas angkatan 23."

Dia tertawa kikuk. "Iya, Pak. Tadi saya mahasiswi di kelas bapak."

"Oh ...," aku be-oh ria. Pantas saja dia terlihat tidak asing, ternyata aku barusan mengajar di kelasnya.

Kepalaku mencari bahan obrolan lain. Kaku sekali. Tiba-tiba bayangan Patricia menari-nari di kepalaku. Senyumku terbit tatkala aku mengingatnya. Gadis itu adalah kekasih baruku. Terkenal dan juga sangat cantik dengan rambut panjangnya yang terurai indah.

"Kenal Patricia kalau gitu?"

Dia mengangguk sekali lagi. "Teman saya Pak, sering sekelas juga."

"Oh," lagi-lagi aku hanya bisa ber oh ria.

Tidak mungkin aku membahas tentang Patricia, kami masih memutuskan untuk backstreet mengingat backstreet yang kami lakukan mampu menaikan pamor ku. Rasanya aku benar-benar terdengar sebrengsek itu. Aku kembali terdiam, kebingungan untuk mencari bahan obrolan dengan gadis ini.

Tak beberapa lama pelayan tadi mengantarkan pesanan cappuccino ku. Sebenarnya aku sering ke kafe ini untuk sekedar menikmati cappuccino yang mereka tawarkan setiap paginya. Hanya saja tadi pagi aku tidak sempat datang karena ada rapat dadakan di kampus. Lagipula, sekali-kali aku ingin mencoba menikmati cappuccino di sore hari. Tapi, ternyata cappuccino di pagi hari tetaplah paling juara.

Dari tempatku duduk, diam-diam aku mulai memperhatikan mahasiswiku ini. Bisa kukatakan bahwa dia cantik dengan darah arab yang membuat wajah lonjong dan hidung mancungnya terlihat sempurna. Sayangnya, dia tidak seseksi Patricia. Aku tidak akan mengomentari hal selain wajah mahasiswiku ini.

Nama, tentu saja. Kenapa aku bisa lupa menanyakan namanya? Seharusnya ini adalah pertanyaan paling utama. "Ah iya, sejak tadi saya lupa. Nama kamu?" tanyaku pada akhirnya.

Gadis itu menenggak habis minuman di gelas kertasnya. "Alesha Skylin Atmaja."

"Sky. Bagus sekali namamu," pujiku tulus.

Senyumku terbit, namun sayangnya dia hanya membalas dengan senyum kikuknya. Aku jadi kebingungan sediri dengannya. Namun tiba-tiba dia terlihat bergegas beranjak dari kursinya. "Saya duluan Pak Akhtar."

Call You HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang