BAB 20 - Father's Dilemma

29.2K 2.7K 30
                                    

I found love, to carry more than just my secrets
To carry love, to carry children of our own
We are still kids, but we're so in love
Fighting against all odds
I know we'll be alright this time
Darling, just hold my hand
Be your girl, you'll be my man
And I see my future in your eyes

(Ed Sheeran ft Beyonce - Perfect Duet)

*****

                  

AKHTAR

Entah sudah berapa kali aku menghela nafas puluhan menit terakhir. Sky tiba-tiba saja pingsan sebelum kami sempat naik ke panggung. Tentu saja mau tidak mau rencana publikasi pernikahan kami terpaksa dibatalkan. Tapi itu bukan hal yang membuatku uring-uringan saat ini, melainkan keadaan istriku. Tidak biasanya dia tiba-tiba pingsan seperti tadi.

Sejak masuk ke Ballroom hotel, sebenarnya aku tahu perubahan suasana hati Sky, tapi aku berusaha untuk tidak terpengaruh. Sayangnya Papi yang menahanku di depan pintu, mau tidak mau membuatku membiarkan Sky menghampiri teman-temannya sendirian. Untung saja aku datang tepat waktu untuk menggiring Sky menjauhi Bara. Semua sempurna sampai detik akhirnya dia pingsan. Aku tahu ini terdengar berlebihan, tapi ketika melihat raga wanitaku tak berdaya dan aku tidak bisa berbuat banyak untuknya. Untuk beberapa saat aku merasakan nyawaku ikut tertarik keluar tubuhku, separuh diriku hilang begitu saja.

"Selamat malam," sebuah suara menyadarkanku dari lamunan panjang.

Aku mendongak dan mendapati Dokter Irfan keluar dari ruangan pemeriksaan. Pria berumur berumur hampir lima puluhan, sudah bertahun-tahun menjadi dokter langganan keluargaku. Snelli putihnya masih bertengger di badannya. Wajahnya nampak lelah karena panggilan darurat yang kulakukan di rumah sakit. Tapi, aku sama sekali tidak memedulikan beliau satu-satunya yang kupedulikan hanya Sky.

Bergegas aku berdiri, tapi Dokter Irfanlah yang menyapaku lebih dulu. "Akhtar," sapanya pelan yang langsung kuangguki.

"Istri saya, apa dia baik-baik saja, Dok?"

Dokter Irfan mengangguk pelan. "Istri kamu ... baik. Dia hanya sedikit tertekan. Besok-besok jangan buat dia stress lagi, Akhtar."

Aku menghela nafas lega mendengar penjelasan dokter. "Baik, dok. Saya mengerti. Boleh saya bertemu istri saya sekarang?"

"Dia masih tidur. Tapi kamu boleh menemaninya."

Sekali lagi aku mengangguk. Bergegas aku memasuki ruang rawat inap Sky. Tapi baru beberapa langkah aku berjalan, sebuah tangan lain mencegahku. Refleks aku menoleh, ternyata Dokter Irfan lah pelakunya. Beliau tersenyum kebapakan padaku.

"Ada satu lagi yang belum saya sampaikan padamu, Akhtar," ucapnya.

"Apa ini sesuatu yang serius, Dok?" tanyaku. Tiba-tiba aku mulai merasa was-was karena tidak biasanya Dokter Irfan tidak terus terang pada sesuatu. Aku gemas bercampur khawatir luar biasa.

"Ini serius karena saya rasa besok pagi, kamu harus ajak istri kamu ke dokter kandungan. Diagnosa saya, istri kamu sedang mangandung sekarang. Selamat, son."

Senyum Dokter Irfan mengembang semakin lebar. Bahkan, tangannya kini sudah berpindah ke atas pundakku untuk dia tepuk pelan. Sedangkan aku hanya menyungingkan senyum tipis saking bingungnya perasaan apa yang harus aku tunjukkan saat ini. Tak beberapa lama Dokter Irfan pergi, seketika tubuhku limbung ke salah satu dinding di dekatku. Jantungku berdebar kencang. Ada perasaan bahagia yang tertahan. Rasanya bahagia yang kurasakan ini tidak benar.

Perlahan aku melanjutkan niatku memasuki kamar Sky seorang diri. Wanitaku masih terlelap di atas ranjangnya. Dia nampak kelelahan. Mataku tanpa sadar melihat perut berlemak seksinya. Di dalam sana kemungkinan besar ada nyawa lain yang sedang tumbuh. Nyawa yang berbentuk dari hasil pernikahanku dengan Sky.

Call You HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang