So won't you touch me 'cause everybody's watching us now
We're putting on a show for the crowd
So turn it up baby make it loud(Maroon 5 - Doin' Dirt)
*****
SKYLIN
Tubuhku menegang di tempat tatkala mas Akhtar tiba-tiba saja memberiku sebuah kecupan di pipi. Kalau bukan karena suara teriakan teman-teman di sekitarku, mungkin aku masih akan terpaku lama. Tanpa bisa kucegah kedua pipiku mulai memanas. Senyum mas Akhtar tersungging semakin lebar, bahkan kini tangannya sudah berpindah ke pipiku untuk diusapnya. Aku malu, sangat malu saat dia melakukan ini di depan teman-temanku.
"Kamu nggak mau kenalin aku ke teman-teman kamu, Sky?" bisiknya pelan.
Kesadaranku seketika kembali begitu saja. Buru-buru aku meletakkan seluruh shopping bag ke kursi yang kududuki tadi. Tanganku dengan cepat meraih tangan mas Akhtar, kemudian menariknya secara paksa keluar dari Belly Feed, menjauhi keramian yang dia ciptakan.
"Ada apa?" tanyanya.
Ekspresinya terlihat bingung ketika kami sudah berada di luar Belly Feed. Dari kejauhan, aku bisa melihat teman-temanku yang berada di meja kini mulai berbisik sembari melirik ke arah tempatku berada.
"Sky."
Panggilan pelan mas Akhtar diikuti remasan pada tanganku berhasil menarik kembali perhatianku padanya. Kedua mataku otomatis melotot. Gemas kadang-kadang kalau sudah menghadapi sifat mas Akhtar yang seperti ini. Dia terkadang melakukan segala hal sendirian, tanpa meminta pendapatku. Memang sih, semua yang dia lakukan selalu demi kebaikanku ataupun kami. Hanya saja untuk yang satu ini aku sama sekali tidak setuju.
Aku tidak bisa membayangkan apa yang akan teman-temanku pikirkan. Baru tadi pagi aku sidang, sorenya semua orang sudah mengetahui bahwa salah satu dari dosen pembimbing skripsiku adalah suamiku sendiri. Memang yang mengantur pemilihan dosen pembimbing dua adalah Pak Rian. Beliau juga saat itu belum mengetahui perihal hubunganku dengan mas Akhtar. Jadi, tidak ada yang salah saat mas Akhtar menjadi dosen pembimbing duaku. Hanya saja mempublikasikan hubungan kami dengan mendadak mencium pipiku terasa berlebihan.
"Malu!" ucapku yang hampir meneriakinya. "Nanti mereka mikir macem-macem. Apalagi kamu itu dosen pembimbingku, mas Akhtar! Terus tadi kenapa pakai cium pipi segala?"
Bukannya merasa bersalah karena aku mengomelinya, dia malah terbahak. Tangannya langsung meraih bahuku untuk dirangkulnya, kemudian ditariknya mendekat. "Maaf deh, ciumannya memang di luar skenario. I'm just over proud, Sky. Bahkan Pak Rian muji-muji kamu terus sampai aku cemburu. Lagipula sudah saatnya semua orang mengetahui status kita, mengingat sebentar lagi kamu juga akan angkat kaki dari kampus neraka itu."
Dari sudut mataku, aku bisa melihat mas Akhtar terus menatapku lekat. Sementara tangannya tak bisa berhenti mengusap-usap bahuku dengan lembutnya. "Maaf ya," bisiknya sekali lagi.
Kepalaku ikut menoleh ke arahnya. Senyum lebar serta tampannya yang tersungging itu selalu berhasil meluluhkan kekesalanku. Aku menghela nafas dalam, kemudian mengangguk pelan. Sekali lagi tanpa persetujuanku, dia mendaratkan ciuman pada pipi. Wajahku kembali memanas, tapi kali ini aku tidak kesal. Kami sekarang hanya berdua di tempat yang tidak ramai, aku tidak terlalu nyaman dengan kemesraan di depan publik seperti tadi.
"Jadi ... kapan aku dikenalin sama teman-teman kamu?" Dia kembali bertanya.
Tanpa membalas ucapannya, aku kembali menarik tangan mas Akhtar menuju ke tempat teman-temanku berada. Mereka yang awalnya sibuk berbicara, mendadak senyap. Semua mata langsung tertuju padaku dan mas Akhtar yang berjalan mendekat sembari berpegangan tangan. Ketika perhatianku jatuh pada kedua sahabatku, mereka dengan bijak memilih diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Call You Home
Romance[#334 in Romance 7 Februari 2018] Alesha Skylin Atmaja berharap hidupnya akan normal-normal saja. Dia tidak iri seperti teman-temannya yang selalu menggunjingkan Patricia karena berhasil berpacaran dengan Pak Akhtar, Dosen muda dan tampan di kampus...