BAB 30 -- Almost Happy Ending

29.2K 2.6K 78
                                    

You're just too good to be true
Can't take my eyes off of you

(Joseph Vincent - Can't Take My Eyes Off You)

*****

AKHTAR

Selama beberapa saat aku terpaku menyaksikan Sky terhempas perlahan ke kolam. Suara keras riakan air diikuti teriakannya memanggil namaku, berhasil menyadarkanku. Sky tidak bisa berenang, hal itu menambah kekhawatiranku. Buru-buru aku berlari mendekati kolam. Melepas jas, kemudian melemparkannya sembarangan.

Tubuhku dengan cepat meluncur memasuki kolam. Sayangnya aku harus sedikit berenang, Sky sudah berada sedikit jauh dari tepi kolam. Dia terus berusaha menggerakkan tubuhnya. Kedua kaki mencoba mencapai dasar kolam, sayangnya kolam bagian ini terlalu dalam untuknya.

"Sky," bisikku seraya meraih badanya ke dalam pelukanku.

Sky yang menyadari kehadiranku segera melingkarkan tangannya pada leherku. Tanpa menunggu lama, aku bergegas membawanya kembali kepermukaan. Ketika berhasil membawanya keluar dari kolam, Sky terlihat tidak baik-baik saja. Segera saja aku naik dan bergabung dengannya.

"Kamu baik-baik saja kan, sayang?" tanyaku sembari berusaha memeluknya. Sayangnya, Sky dengan cepat mendorong dadaku menjauhinya.

Nafasnya tersengal. Tatapannya padaku terlihat murka. "Don't you dare to touch me!"

Aku menghela nafas dalam. Kebaikan apapun yang aku lakukan, apabila istri sedang merajuk tetap tidak bisa membuatnya memaafkanku. Tapi kejadian sore ini memang kesalahanku. Jika aku berada di posisi yang sama dengan Sky, mungkin aku akan sama marahnya.

"Baiklah. Tapi katakan padaku kalau kamu baik-baik saja, please," suaraku melembut dengan jarak aman.

Kepala Sky mengangguk pelan sebagai jawaban. Aku menghela nafas lega untuk beberapa saat, namun ketika tanpa sadar perhatianku jatuh pada perutnya seketika aku kembali panik.

Tanganku bergerak cepat menyentuh perutnya. "Dedek, Dedek baik-baik aja? Sky ... kamu baru jatuh!"

Sky menoleh kepadaku. Kami berdua saling menatap dalam diam. Sorot matanya terlihat sama khawatirnya.

"Kita ke rumah sakit sekarang, Sky. Ayo!" putusku. Aku menarik tubuhnya agar berdiri mengikutiku.

"Kamu mau ngapain, Mas?" suaranya terdengar panik saat aku berusaha melepaskan kaos dari tubuhmya.

"Lepas kaos kamu, Sky. Cepat! Di sini dingin!" Kini aku yang berteriak, sama sekali tidak mau dibantah. "Sebentar...."

Buru-buru aku berlari meraih jasku. Saat aku kembali, Sky sudah meloloskan kaosnya, menyisahkan pakaian dalam basah. Dengan cepat aku menyampirkan jasku padanya sembari memastikan tubuh Sky cukup terlindungi dari angin dingin kota Bogor.

Setelahnya aku langsung meraih tubuhnya ke dalam gendonganku, kemudian bergegas berlari memasuki rumah kedua orangtuanya. Walaupun berat tubuh Sky cukup memperlambat lariku, menyebabkan nafasku tersengal serta peluhku yang mulai bercucuran. Satu hal yang aku pikirkan, Sky harus cepat ke rumah sakit. Aku juga harus memastikan bahwa Sky dan anak kami baik-baik saja. Selain itu, aku sama sekali tidak peduli.

******

Papa, Mama serta Mars baru saja pulang setelah memastikan keadaan Sky baik-baik saja. Aku berjalan mendekati ranjang. Sky terlihat sudah tertidur pulas. Wajahnya nampak begitu lelah.

Dokter mengatakan bahwa Sky dan dedek baik-baik saja. Untung aku cepat-cepat menyelamatkan istriku. Hanya saja istriku sedikit stress dan Dokter menyarankan agar Sky menginap semalam di rumah sakit. Tentu saja aku setuju, walaupun itu artinya besok aku harus mengajukan cuti.

Call You HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang