Part 16 -- Terciduk

31.9K 2.7K 113
                                    

I know a place where I can go when I'm alone
Into your arms, whoa, into your arms I can go
I know a place that's safe and warm from the crowd
Into your arms, whoa, into your arms I can go
And if I should fall
I know I won't be alone
Be alone anymore

(The Lemonheads - Into Your Arms)

*****

AKHTAR

Seseorang melesat kencang melewatiku, bahunya hampir saja mengenaiku tapi dengan cepat aku menghindarinya. Untuk beberapa saat aku meliriknya, ingatan akan wajahnya yang tidak asing jelas menunjukkan bahwa pria tadi adalah salah satu mahasiswa yang kuajar sebentar lagi. Buru-buru aku melanjutkan perjalananku memasuki kelas. Ekspresi datar ku pasang dengan baik, yang kuyakini dapat menunjukkan kesan wibawa. Hanya sesekali tersenyum jika itu diperlukan.

Ketika langkah kakiku melewati ambang pintu kelas, suara riuh di dalam seketika berubah menjadi senyap. Tanpa sadar kepalaku bergerak pelan menuju ke arah bangku para mahasiswa untuk mencari keberadaan Sky. Seketika nafasku tertahan tidak menemukannya. Biasanya dia duduk di barisan ketiga bersebelahan dengan Adisti, tapi yang kutemukan ada Adistis duduk di barisan tengah.

Padangan Adisti menatap lurus ke arahku dan dia langsung meggeleng pelan. Tiba-tiba perasaanku kalut. Apa yang terjadi pada istriku? Sayangnya tanggung jawabku saat ini memaksaku untuk tetap tenang, Aku kembali berjalan menuju ke meja dosen dan berusaha memasang wajah seperti biasa. Tapi ketika menyambungkan laptopku dengan layar lcd, aku memanfaatkan waktu sebaik mungkin untuk mengirimkan pesan singkat kepadanya.

Akhtar : Kamu di mana? Sudah tingkat akhir masih saja suka bolos, saya akan hukum kamu!

Butuh waktu beberapa menit aku terdiam memandang layar ponselku. Sepertinya hari ini akan menjadi hari panjang. Aku menghela nafas panjang sebelum akhirnya aku memberikan seluruh fokusku pada mahasiswa di hadapanku.

"Selamat siang semuanya. Sebelum saya memulai materi hari ini, saya mau kasih info bahwa minggu depan aka nada kuis. Materi kuis dari awal sampai hari ini. Soal Essay, jadi persiapkan dengan baik." Terjadi keributan yang membuatku hanya bisa menggeleng. Aku berdeham keras dan hal itu berhasil membuat mereka kembali fokus kepadaku untuk beberapa saat. "Baiklah ... Hari ini materi yang akan saya bahasa adalah ergonomis. Dalam mendesain sesuatu benda kita sebagai seorang desainer ditutut untuk memikirkan ergonomis. Jadi apa itu ergonomis? –"

Selama hampir dua jam berlalu, aku terus berbicara tanpa henti sesuai dengan apa yang telah kutuliskan di PPT. Kuharap mahasiswaku tidak menyadari bahwa gesture memperhatikan laptopku hanya salah satu caraku untuk melirik layar ponsel. Diam-diam aku mengharapkan balas pesan dari Sky. Sial, setidaknya dia mengatakan sesuatu dan tidak membuatku menggila memikirkannya. Bahkan hingga pelajaran berakhir pun, belum ada tanda-tanda dia membalas pesanku. Sky ... aku benar-benar khawatir sekarang.

Aku kembali berdeham keras. "Sepertinya sampai di sini saja materi yang saya sampaikan hari ini. Selamat bertemu lagi minggu depan dan jangan lupa belajar untuk kuis. Selamat sore."

Terdengar suara sorak-sorai mahasiswaku. Sayangnya mereka terlihat masih setia di tempatnya. Mungkin karena aku yang biasanya langsung pergi, tapi malah masih berada di dalam kelas. Aku menduduki kursi dosen dan memandang lurus kea rah laptop untuk mencoba terlihat sibuk. Aku harap Adisti akan memberiku bantuan apapun itu.

"Kalian boleh keluar duluan," ucapku setengah mengusir.

Mereka yang tak peduli langsung keluar begitu saja. Terdengar suara teriakan beberapa gadis bersamaan dan langsung menghilang di balik pintu. Tak sampai sepuluh menit hampir semua orang keluar kelas, kecuali beberapa pria di pojokan serta Adisti. Mataku melirik ke arahnya, dia bergegas mendekatiku.

Call You HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang