Hidupku sempurna. Aku punya segalanya. Rumah mewah, uang melimpah, bahkan aku memiliki semua Nike edisi terbatas - oke, agak berlebihan - dan kakak yang tampan. Tapi semua stigma itu hanya ada di kepala orang di luar sana, bukan di dalam rumahku. Ayahku yang adalah seorang pengusaha properti dan ibuku yang adalah seorang fashion designer selalu saja adu argumen setiap kali bertemu. Aku sudah cukup muak mendengarkan mereka. Aku tak bisa melakukan apapun karena aku tahu aku tidak mampu. Hanya kakak kandungku yang mampu meredakan emosiku yang selalu tersulut setiap kali ayah dan ibuku memulai ronde pertengkaran. Tapi ada sebuah keanehan yang aku rasakan ketika dekat dengan kakakku. Ada sebuah gelombang magnet yang mampu menarikku masuk kedalam dunianya yang 180 derajat berbeda dari duniaku. Setiap kali aku menatap matanya dan setiap kali dia menyentuhku aku merasakan sebuah daya pikat yang ia kirimkan ke alam bwah sadarku dan beranggapan bahwa dia adalah makhluk paling sempurna di alam semesta. Apakah aku salah memiliki rasa yang lebih dari sekedar hubungan kakak beradik? Jangan salahkan aku! Dia semua yang memulai. Pesonanya terlalu kuat untukku.
Godt - Panggilan kakakku - bukanlah tipe manusia yang suka menggoda wanita karena yang aku tahu dia tidak pernah menjalin hubungan dengan siapapun. Aku tidak tahu orientasinya seperti apa tapi yang jelas adalah kakakku tidak pernah punya kekasih. Aku tidak pernah mengatakan perasaanku terhadapnya pada siapapun. Rahangnya yang kokoh seperti ayahku membuatnya tampak jauh lebih sempurna lagi. Aku? Wajahku mirip seperti ibuku. Aku bahkan sering disangka wanita oleh sebagian orang. Wajahku terlalu imut untuk ukuran seorang lelaki.
Kakakku sering memanggilku dengan sebutan Bee. Mungkin dia memanggil inisialku. Aku tak pernah keberatan dengan itu. Namun yang berhak memanggilku Bee hanya Kakakku. Bahkan sahabatku tak ku perbolehkan memanggilku dengan sebutan itu.
"Selalu saja seperti ini! Kau tak pernah mengerti!" Teriak ibuku dari kamarnya.
"Tidak pernah mengerti katamu?! Kau anggap apa aku selama ini?!" balas ayahku, tak mau kalah.
Argumen yang sama dan tak pernah terselesaikan. Sudah hampir tiga tahun selalu seperti ini. Mungkin akan lebih baik jika mereka bercerai. Aku yakin hampir seratus persen rumah ini akan jauh lebih tentram.
Aku sedang bermain X-Box di tempat tidurku. Satu-satu hiburanku karena tidak ada satu bodyguard pun yang mengawalku di belakang. Sangat tidak nyaman. Aku lebih memilih mengunci dikamar seharian daripada harus pergi ke mall dengan bala penjaga di belakangku.
Tok-tok-tok.... Seseorang mengetuk pintu kamarku.
"Masuk saja!" sahutku, masih menatap monitor dengan fokus.
"Apa kau lapar?" Tanya orang itu.
"Sedikit." Aku masih fokus pada game.
"Mau pizza? Jika ya aku akan memesannya sekarang." katanya. Aku tak bergeming. Aku masih benar-benar fokus pada permainanku. Namun aku terkejut ketika tiba-tiba iya memelukku dari belakang.
"Hei! Apa yang kau lakukan?! Lepaskan aku! Kau membuatku kalah!" Aku berontak.
"Jika aku bertanya maka jawablah. Aku tidak sedang bermonolog, Bee!" Katanya. Kini mataku dan matanya beradu. Wajahnya berjarak tak lebih dari 10 centi meter dari wajahku. Jantungku selalu berdetak tak menentu setiap kali menatap matanya. Hal itu selalu membuatku gila. Wangi kayu manis yang menyelimuti tubuhnya membuat imajinasiku semakin liar terhadapnya. Tuhan! Bantu aku!
Aku melepaskan pandanganku darinya alih-alih melanjutkan permainanku. "Ma- maaf!"
"Bee! Kau belum menjawab pertanyaanku! Mau pizza atau tidak?" katanya dengan nada sedikit kesal kali ini.
"Terserah kau saja. Aku tergantung padamu." Balasku datar.
"Baiklah. Kalau begitu aku akan memesan double cheese." Ia menggodaku.
"Kau ini! Kau kan tahu aku tidak suka keju!"
"Katamu terserah aku saja. Ya sudah aku memesan sesuai dengan apa yang aku mau."
"Kau menyebalkan." Kataku kesal.
"Kalau begitu cepat katakan apa maumu. Aku sudah sangat lapar!"
"Pepperoni dan jagung manis."
"Minumnya?"
"Pepsi."
"Tak boleh minum soda."
"Kalau begitu susu strawberry."
"Kau sudah minum susu pagi ini."
"Lalu aku harus minum apa?! Kau menyuruhku memilih minuman tadi. Giliran aku memilih semuanya kau larang! Menyebalkan!" Kataku dengan nada sangat jengkel.
"Hahaha.... iya Bee aku hanya bercanda. Pesan saja apa yang kau inginkan." Katanya halus.
"Kalau begitu pepsi saja." kataku dan ia mengangguk. Ia mengetik pesanan di ponselnya dan aku membereskan konsol permainanku. Jika Godt sudah ada di dekatku. selera bermainku menjadi pindah padanya semua. Aku juga tidak mengerti kenapa. "Apa ayah dan ibu sudah selesai bertarung?" tanyaku padanya.
"Sudah. Mereka sekarang sedang pergi ke kantor masing-masing."
"Hari minggu begini?"
"Seperti tidak mengenal mereka saja." katanya dengan cuek. Membuat kadar ketampanannya bertambah.
Aku merasa Godt menatapku sangat lama. Antara risih dan senang. Aku tak bisa mengungkapkannya saat ini.
"Apa?!" Kataku sambil menatapnya.
"Tidak ada apa-apa." Jawabnya sambil terus menatapku.
"Lantas mengapa kau memandangiku dengan horor seperti itu?"
"Aku hanya gemar saja memandangi wajah cantik adikku."
"Kau menghinaku?!"
"Tidak."
"Lalu mengapa kau bilang aku cantik?"
"Karena memang begitu adanya."
"Tapi aku ini laki-laki!"
"Tetap saja kau cantik."
"Ish! Berhentilah menggodaku!" Aku bisa merasakan pipiku memerah karena malu.
"Aku suka menggodamu seperti ini. Aku suka melihat pipimu yang mulai terbakar. Tampak semakin cantik."
"Kau ini menyebalkan!" kataku dan berlari menuju toilet kamarku. Aku hanya bisa tersenyum entah karena apa. Malu? iya. Terganggu? Tidak juga. Marah? Tentu saja tidak. Atau jatuh cinta? mungkin. Tapi apakah aku jatuh cinta pada kakak kandungku sendiri? Itu tidak mungkin. Aku mencuci mukaku dan memandanginya di cermin. Apa iya aku cantik? Tapi bagaimana bisa? Aku seorang laki-laki. Yang ada hanya tampan di kamus pria.
"Bee! Pizza nya sudah datang! Keluarlah dari tempat persembunyianmu atau aku akan menghabiskan semuanya!" Teriaknya. Tanpa basa-basi aku keluar dari kamar mandi dan langsung duduk bersila di depan TV. Ia meletakkan semuanya di karpet tempat dimana aku bersila dan ia juga bergabung disitu.
Tak berselang lama setelah ia duduk, ponselnya berdering. Ia mengangkatnya.
"APA-APAAN?!"
To Be Continue........
******
KAMU SEDANG MEMBACA
Tiny Little Secret ✔️
FanfictionHanya sebuah rahasia. Kecil dan tak terlihat. Namun efek yang ditimbulkan sangat mengguncang seluruh isi alam semesta. Tidak bisa dilihat kasat mata. Tapi sangat bisa dirasakan dengan penuh perasaan. Dan rahasia itu bernama..... CINTA. Godt x Ba...