10 (Godt)

2.4K 256 35
                                    

A true love will never can separated by anything but death. ~Author~

******

 Tubuhnya melemah. Posisinya masih berada dalam dekapanku. Aku menengoknya sedikit dan terlihat matanya yang bengkak benar-benar tertutup rapat. Aku melihatnya dengan miris. Dia terlalu rapuh untuk disakiti.

Perbuatan Singto benar-benar tidak bisa dimaafkan. Berani-beraninya dia melakukan hal menjijikan itu pada adikku dan di dalam rumahku. Pantas saja Krist sangat luluh padanya.

Krist ibarat kucing dan Singto ibarat singa.

Perlahan, aku membaringkan badan Bas ke posisi yang benar. Aku tidak ingin membuatnya semakin tersiksa. Jika saja aku bisa mengalihkan semua rasa sakit yang ia rasakan.

Aku rela melakukan apapun untuknya.

Bahkan jika harus menukar nyawaku, aku akan benar-benar melakukannya. Hanya untuknya.

Wajah kedamaian yang biasa ku lihat ketika ia sedang terlelap tergantikan dengan aura kelam yang menyelimutinya. Sakit. Marah. Sedih. Takut. Aku sama-sekali tidak berhasil menemukan sisi positif di wajahnya saat ini.

Dia benar-benar hancur.

Masa depannya hampir saja direnggut oleh seseorang yang hanya mengerti akan kepuasan duniawi.

Jika aku tidak memiliki rasapada Bas pun aku akan melakukan hal yang sama. Bas adalah adik kandungku. Aku tidak akan rela air mata jatuh setetespun dari matanya yang indah.

Sekarang sudah pukul delapan malam. Berarti sudah hampir lima jam ia menangis. Tangannya masih menggenggam erat pergelangan tanganku. Aku tidak tega untuk melepaskannya karena sedikit saja aku menyentuh Bas, dia akan terbangun. Dia sangat peka.

Tapi tidak dengan perasaannya.

Aku memutuskan untuk berbaring di sampingnya. Aku menghadap ke arah bocah malang ini. keringat dingin yang keluar dari seluruh tubuhnya menyiratkan rasa ketakutan yang mendalam.

Mataku terasa sangat berat. Entah mengapa. Tidak biasanya aku merasa sangat lelah hari ini. Apa karena ikatan batin dengan Bas. Entahlah.

******

Notifikasi ponselku berhasil membangunkanku. Bas masih tertidur dalam posisi yang masih sama seperti semalam. Kim meneleponku. Aku mengangkatanya dengan keadaan masih belum sepenuhnya sadar.

"Halo." Jawabku dengan suara parau.

"Mengapa belum datang? Aku mencarimu dari tadi!" Katanya dengan suara melengking khasnya.

"Sepertinya aku tidak ke kantor hari ini."

"Mengapa? Apa kau sakit?"

"Tidak. Aku harus menjaga Bas."

"Bas sakit?"

"Semacam itulah."

"Maksudmu?"

"Ceritanya panjang Kim. Aku akan ceritakan padamu jika kita bertemu."

"Baiklah. Aku dan Tae berniat ke rumahmu selepas ini. Ada satu dua hal yang harus kita diskusikan."

"Oke. Sampai nanti!" Aku menutup teleponnya. Aku meletakan ponselku di meja kecil di samping ranjang Bas.

Pandanganku kembali terfokus pada sesosok makhluk polos yang rapuh. Wajah dan auranya masih sama. Gelap.

Aku terluka melihatnya terluka.

"Ku mohon... jangan sentuh aku.... jangan P'! aku mohon!" Ujar Bas dalam tidurnya. Dia seperti sedang bermimpi tentang kejadian kemarin. "Aku mohon padamu P'! Jangan sentuh aku!" Bas semakin menggila.

Tiny Little Secret ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang