It takes a process to make one's feelings to be more sensitive. ~giantzo~
******
2 jam sudah aku menunggu. Operasi belum kunjung selesai. Pikiranku melayang kemana-mana. Apakah semuanya akan berhasil? Apakah Bas akan baik-baik saja?"Godt!" Seseorang memanggilku dari kejauhan. Aku sangat mengenal baik suara itu.
"Ibu? Bagaimana ibu bisa tahu?" Tanyaku bingung. Ibuku masih mengenakan pakaian kerja lengkap namun dengan maskara yang luntur akibat airmata.
"Aku yang menghubunginya. Ibunya harus tahu keadaan Bas." Kata Tae. Aku hanya tersenyum padanya. Mengisyaratkan sebuah ucapan terima kasih.
"Bagaimana keadaannya? Apakah dia baik-baik saja? Mengapa dia nekat melakukan itu? Apa yang sebenarnya terjadi? Ceritakan semuanya padaku!" Rentetan pertanyaan diujarkan oleh ibuku.
Ibu benar-benar mengkhawatirkannya.
"Dia sudah ditangani oleh dokter, Bu. Ia harus menjalani operasi untuk mengeluarkan air di paru-parunya. Sekarang sudah ada sekitar 2 jam operasi berlangsung."
"Oh! Bas ibu yang malang. Godt, apa yang sebenarnya terjadi?"
"Bas melakukan semua ini karena...." Aku menggantung ucapanku karena tak tega menceritakan semuanya pada ibu. Aku tahu dia pasti akan sangat terluka.
"Karena apa Godt? Ayo katakanlah!" Ibuku memaksa.
"Karena.... Dia mengalami pelecehan seksual." Jawabku ragu.
Benar saja seperti dugaanku. Ibuku langsung lemas. Untung saja aku bisa langsung menangkapnya. Aku mendudukkan ibuku di bangku dan melepaskan sepatunya agar merasa lebih rileks.
"Ya Tuhan! Mengapa semuanya terjadi padamu, Nak! Kau terlalu Bas! Seharusnya ibu yang menanggung semua penderitaanmu ini nak!" Kata ibuku dalam tangisnya.
Miris. Aku merasa miris. Sekarang aku semakin hancur. Pertama Bas. Kedua Ibu. Merka berdua membuatku hancur karena mereka hancur.
"Tenanglah. Bas sudah ditangani oleh orang yang tepat. Kita hanya bisa berharap yang terbaik." Kataku. Berusaha menenangkan ibuku.
Dokter Poowin akhirnya keluar dari ruang operasi. Ia melepas maskernya dan aku menghampirinya.
"Bagaimana Dok?" Tanyaku cemas.
"Operasinya berhasil. Tapi dia masih dalam keadaan kritis. Dia harus dirawat intensif sampai benar-benar pulih."
"Terima kasih banyak, Dok!" Kataku.
Para perawat membawa Bas kembali ke ruangannya. Terlihat wajahnya yang sangat pucat. Hampir menyerupai mayat.
Ibu belum berhenti menangis. Sekarang Bas sudah ada di ruangannya. Ibu duduk di sebelah kiri ranjang Bas dan aku berdiri di samping ibuku. Tae dan Kim duduk di sofa di ujung ruangan. Aku bisa melihat kehancuran yang amat menyakitkan di wajah ibu.
Aku hanya bisa menenangkan ibu. Tak ada lagi yang bisa ku lakukan. Bas masih kritis. Dia sama sekali belum sadar sejak pertama kali aku menemukannya di bathtub kamar mandinya.
"Maafkan ibu! Ibu tidak pernah bisa berada di sampingmu ketika situasi seperti ini. Ibu benar-benar menyesalinya. Sekarang bangunlah Bas, aku mohon!" Kata ibuku yang masih menangis.
Aku teringat akan satu hal. Copter dan Tee belum mengetahui keadaan Bas. Mereka adalah sahabatnya jadi mereka berhak tahu dengan apa yang terjadi pada Bas.
"Tae, kemarikan kunci mobilmu. Aku harus ke suatu tempat." Kataku sambil mengulurkan tangan.
"Kau mau kemana?" Tanya Tae sambil menyerahkan kunci mobilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tiny Little Secret ✔️
FanfictionHanya sebuah rahasia. Kecil dan tak terlihat. Namun efek yang ditimbulkan sangat mengguncang seluruh isi alam semesta. Tidak bisa dilihat kasat mata. Tapi sangat bisa dirasakan dengan penuh perasaan. Dan rahasia itu bernama..... CINTA. Godt x Ba...