Love can conquer everything ~unknown~
******
Copter dan Tee sudah pulang. Ibu juga sudah ku suruh untuk pulang. Kim dan Tae kembali ke kantor karena beberapa hal.
Aku berbaring di sofa ujung kamar Bas sambil memainkan ponsel. Bukan apa-apa. Hanya membuka sosial media tanpa mengunggah apapun.
Beberapa orang menyukai foto-foto lama ku di Instagram. Sebagian dari mereka tidak ku kenal. Tapi ada satu foto yang berhasil menarik perhatianku. Sebuah foto lama namun sangat berharga. Fotoku dan Bas 4 tahun yang lalu.
Aku masih mengingat betul momen itu. Momen dimana semuanya masih baik-baik saja. Ayah dan Ibu masih akur. Bas masih sangat kecil. Dan aku belum mengerti namanya cinta.
Aku hanya bisa tersenyum melihat wajah ceria Bas di foto itu. lalu aku menoleh ke sosok nyata Bas. Lemah tak berdaya. Alat-alat yang terpasang di tubuhnya nampak membuatnya begitu tersiksa. Tapi ia tak punya daya untuk melawan.
Aku menutup ponselku. Berjalan mendekati Bas. Duduk disampingnya. Mengelus pelan rambut Bas.
"Aku yakin kau pasti kuat, Bee! Aku sangat yakin itu. Kau adalah orang yang kuat." Kataku berbisik. Berharap Bas bisa mendengar meski aku tahu itu mustahil.
Tanganku kini berpindah ke tangan kiri Bas yang tidak terpasang jarum infus. Semua alat itu. aku harap biar aku saja yang dipasangi alat-alat bodoh itu.
Waktu sudah menunjukan pukul 12 malam. Aku masih tidak bisa tidur. Hanya bisa was-was ketika Bas tersadar dari komanya.
Keadaan Bas sama sekali bellum membaik. Dia masih sangat kritis karena air sudah terlanjur masuk ke paru-paru Bas dengan jumlah banyak. Dokter juga bilang jika ia menemukan benturan di tempurung kepala belakangnya. Dokter juga baru menyadarinya saat hendak mengoperasi Bas.
Aku kembali mengambil ponselku. Membuka album lama di galeri. Aku menemukan sebuah foto yang sangat membuatku ingin tersenyum setiap kali melihatnya. Bas dengan wajah konyolnya.
"Bee, coba kau lihat ini..." Kataku sambil menghadapkan layar ponselku ke wajah Bas. "...Kau tampak sangat lucu! Aku selalu ingin tertawa setiap kali melihatnya...." Aku mengalihkan layar ponsel ke wajahku lagi. ".... P' sangat merindukan wajah itu Bee. Bukan yang sekarang sedang kau pasang. Kau terlihat seperti seekor kucing yang belum makan sebulan." candaku.
Aku merindukan bagaimana ia memanggilku. Aku merindukan bagaimana ia marah padaku. Aku merindukan setiap detail suaranya. Aku sangat sangat sangat merindukan itu.
Ponselku bergetar. Kim menelepon. "Halo"
"Halo. Godt, Aku dan Tae akan kembali ke rumah sakit. Kau ingin kubawakan apa?" Tanyanya.
"Hah? Untuk apa kalian kemari? Ini sudah tengah malam, Sobat! Sebaiknya kalian istirahat saja."
"Tidak apa. Kita teman sejak kecil. Apa yang menjadi tanggung jawabmu juga tanggung jawab kita."
"Ya... terserah kau saja lah."
"Ya sudah kau mau apa?"
"Tolong bawakan aku susu pink."
"Ha? Apa aku tidak salah dengar? Sejak kapan kau suka susu pink?" Tanya im yang bingung.
"Sudah kau bawakan saja."
"Ya sudahlah. Aku tutup teleponnya."
"Iya." Aku mengakhiri pembicaraan dan Kim menutup teleponnya.
Aku meletakkan ponselku di meja dekat ranjang Bas dan memutuskan untuk tidur di sampingnya. Mataku terlalu berat untuk dibuka. Aku akan bangun lagi nanti setelah Kim dan Tae datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tiny Little Secret ✔️
FanfictionHanya sebuah rahasia. Kecil dan tak terlihat. Namun efek yang ditimbulkan sangat mengguncang seluruh isi alam semesta. Tidak bisa dilihat kasat mata. Tapi sangat bisa dirasakan dengan penuh perasaan. Dan rahasia itu bernama..... CINTA. Godt x Ba...