7 (Bas)

2.6K 274 20
                                    

My last conscious thought was of my biggest mistake- not the boy beside me, but the one i could never have.~Jennifer L. Armentrout~

******

Aku terbangun dan mendapati sosok yang sama seperti yang ada dalam mimpiku tertidur pulas di sampingku. Aku tersenyum tipis namun penuh makna menatap lurus ke arah wajahnya yang rupawan. Aku tidak ingin bangun tapi kewajiban mengharuskanku. Aku ada kelas pagi ini pukul 10. Aku bergegas dari ranjang membersihkan diriku.

Aku bisa merasakan air hangat mengucur dari kepala hingga ujung kakiku. Imajinasiku dibuat liar karenanya. Aku membayangkan bahwa P' Godt sedang memelukku. Membelai tubuhku hingga lemas dan tersungkur dihadapannya. Apa-apaan aku ini?! Sungguh, jika P Godt bukan saudara kandungku, aku akan berbisik di telinganya "sentuh aku hingga aku terbang ke nirwana."

Tapi apa daya. Perasaanku untuknya adalah sebuah perasaan yang terlarang. Sampai kapanpun dia tidak akan pernah jadi milikku dan aku juga tidak yakin bahwa kakakku adalah penyuka sesama jenis. Kemungkinan dia adalah seorang heteroseksual. Aku tidak bisa berpikir lagi. Terlalu sakit bila terus menerus memikirkan kenyataan.

Kenyataan memang selalu sangat pahit.

Aku sudah berseragam rapi dan P' Godt masih terlelap. Entah mengapa akhir-akhir ini P' Godt sering sekali tidur di kamarku. Apakah kamarnya tidak nyaman? Aku senang, hanya merasa aneh.

Tee dan Copter sudah menjemput. Aku berlari menghampiri mereka. Namun sebuah pandangan berbeda menarik perhatianku. Ibuku menyiapkan sarapan. Sekali lagi, ibuku menyiapkan sarapan. Kerasukan malaikat apa ibuku sehingga mendadak sangat perhatian.

"Bas! Sarapan dulu, Nak!" Kata ibuku lembut dan tersenyum. senyum yang telah hilang sejak tiga tahun lalu.

"Tidak perlu. Tee dan Copter sudah menjemput." Balasku dingin.

"Kalau begitu bawa ini." Ibuku menyodorkan sebuah tepak makan dan sebotol air minum. Aku menerimanya walau agak sedikit malas. Tanpa mengucapkan apapun lagi, aku berjalan menuju lokasi Tee dan Copter.

"Ayo!" Kataku sambil menutup pintu mobil Tee.

"Kau membawa bekal? Tumben sekali? Baru kali ini aku melihat seorang Bas Suradej Thanit membawa bekal ke kampus." Celetuk Copter yang sontak membuatku menempeleng kecil kepalanya.

"Kau meledek?!" Kataku kesal.

"Aku tidak meledekmu!" Balas Copter.

"Hei! Kalian berdua jangan bertengkar di dalam mobilku! Di luar saja sana!" Tee mencuit kesal.

Aku dan Copter kembali pada posisi awal dan Tee mengenudikan mobilnya menuju kampus.

Tee memarkir mobilnya di tempat biasa. Aku dan Copter masuk kelas lebih dulu dan duduk di tempat biasa. Okay, hari ini aku ada dua kelas. Yang pertama kelas bahasa inggris. Yang kedua kelas politik. Kelas politik adalah kelas yang paling aku benci karena dosen yang mengajar membuatku muak. Penampilannya yang sok artis dan gaya bicaranya yang dibuat-buat membuat sosok dirinya nampak seperti wanita murahan.
"Apa P' Godt menjemputmu lagi?" Tanya Copter.

"Entahlah. Sepertinya tidak." Kataku.

"Park berulah lagi." Kata Tee yang sudah duduk manis di samping kiriku.

"Ada apa lagi?" Tanya Copter.

"Ditemukan 12 gram sabu di kamar asramanya."

"Tidak kaget." Balasku ketus. Aku memang selalu membenci Park. Sombong dan angkuh. Itulah yang mencirikan sosok Park. "Sudah terlalu banyak berita menyedihkan tentangnya."

Tiny Little Secret ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang