9 (Bas)

2.2K 265 31
                                    

There is nothing can change my heart for you. Even a million gram of gold. ~Author~

******

Suara gagah Lamborghini terdengar jelas di telingaku. P' Godt bilang baru akan pulang 2 jam lagi? Tapi kenapa baru 5 menit aku menelepon dia sudah disini? Aku berlari ke balkon dan mendapati ternyata itu bukan Lamborghini hitam, tetapi merah. Mobil siapa itu?

Sejuta tanya berputar di otakku. Aku segera turun untuk mengetahui siapa yang datang. Tuhan! Semoga saja bukan seorang penculik atau perampok! Aku masih ingin hidup!

Tok-tok-tok....

"Iya! Tunggu sebentar!" Aku berlari. Membuka pintu putih raksasa itu dan melihat seorang pria berbadan agak kurus, memakai kacamata hitam, celana jeans robek di bagian lutut, kaos oblong hitam lengkap dengan rompi denim yang pudar, dan tato yang tergambar jelas di lengannya. Dia serasa tidak asing untukku. Seperti aku pernah melihatnya di suatu tempat.

"Hai!" Katanya dengan suara melengking.

"Ada yang bisa ku bantu?" Tanyaku. Mencoba ramah.

"Aku mencari Godt. Apakah dia ada?" Tanyanya sambil melepas kacamata hitamnya dan menggantungnya di leher bajunya.

"Sayangnya dia belum pulang dari kantornya."

"Ouch! Kapan dia kembali?"

"Mungkin sekitar 2 jam lagi. Apa kau ingin menunggunya?"

"Jika kau mengizinkan."

"Tentu saja! Silakan masuk. Aku akan membuatkanmu minum."

"Tidak perlu repot. Lebih baik kau temani aku ngobrol saja. Bagaimana?" Katanya. Nadanya cukup terdengar menggoda di telingaku. Aku mulai was-was dengannya.

"Te-tentu." Balasku ragu.

Dia masuk dan duduk di sofa sambil memangku kaki. Aku duduk di sofa yang berbeda.

"Apa kau sendiri saja di rumah ini?" Ia bertanya. Aku mengangguk tanpa menatapnya. "Siapa namamu?"

"Namaku Bas."

"Adiknya Godt?" Aku mengangguk lagi. "Mengapa dia tak pernah bilang padaku jika dia punya adik semanis dirimu?" Katanya dan diakhiri dengan mengedipkan mata kirinya. Oh Tuhan! Apa maksudnya bicara dan bertingkah seperti itu? P' Godt! Cepat kembalilah!

"P' sendiri siapa namanya?" Tanyaku, berpura-pura biasa saja.

"Kau benar-benar tak mengenaliku?" Aku menggeleng. "Namaku Singto."

"Singto? Singto Prachaya?! Rockstar yang selama ini jadi perbincangan itu?!" Kataku terkejut. Dia mengangguk. "Pantas saja aku seperti tidak asing lagi dengan wajahmu."

Entah kenapa aku merasa jarak kami berdua semakin dekat. Aku duduk di sebuah sofa single jadi tidak mungkin bisa aku berpindah. Tatapannya padaku semakin liar. Apa-apaan?! mengapa dia terus menerus memandangi bagian bawah tubuhku?! P' GODT! CEPAT PULANGLAH! TOLONG AKU!

"Kau tahu, kau itu masih terlalu polos. Itu tidak baik untukmu. Kau tidak akan punya keberanian jika kau terus menerus seperti ini. Sepertinya kau membutuhkan sebuah.... service!" Katanya. tangannya mulai memegang pahaku. Refleks, aku langsung menepisnya dengan kasar. "Ouch! Mengapa kau takut? Kau tenang saja. Aku akan melakukannya dengan lembut." Ia berdiri di depanku. Tangannya membelai pipiku. Sebuah seringai jahat tergambar jelas di bibirnya.

Aku terpaku. Aku benar-benar tak bisa berbuat apapun. Keringat dingin mengucur deras dari seluruh tubuhku. Air mata mengalir deras di pipiku. Ingin berteriak tapi mulutku terbungkam oleh ketakutan yang luar biasa. Kedua tanganku di tahan dengan sangat erat oleh kedua tangannya yang kekar.

Tiny Little Secret ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang