26 (Bas)

2.1K 219 34
                                    

How far you'll go, family is the one that stays behind you. ~Author~

******

Jenazah ibu sudah di makamkan. Ada banyak pelayat yang datang. Namun aku tidak melihat sedikit pun batang hidung orang sialan itu. Ayah. Tapi aku juga tidak berharap dia datang. Aku sudah muak melihatnya.

Hanya tinggal aku dan P' Godt disana. Tee, Copter, P' Tae, dan P' Kim sudah kembali. P' Godt merangkulku erat dan menarik badanku sehingga bersandar pada tubuhnya.

"Baru sebentar aku kembali merasakan kehangatannya, sekarang dia sudah pergi lagi. Namun kali ini untuk selamanya." Kataku.

"Sudah. Jangan menyesali apapun. Doakan saja yang terbaik untuknya."

P' Godt selalu menjadi P' Godt. Dia akan memberi semangat untukku tersenyum. Padahal aku tahu bahwa dia sedang mengis dalam hatinya.

P' Godt sangat dekat dengan ibu. Aku tahu betapa P' Godt merasa kehilangan. Ibu sudah seperti harta baginya.

"Ayo kita pulang." Kata P' Godt. Aku mengangguk.

Ketika sudah sampai di rumah aku langsung merebahkan badanku di ranjang kamarku. Aku merasa begitu lelah hari ini. Lelah fisik dan batin.

Aku hanya ingin tidur seharian ini. Aku tidak ingin ada orang menggangguku. Aku lelah dengan apapun. Untuk hari ini, aku tidam ibgin bertemu siapapun kecuali P' Godt. Aku ingin mendinginkan hati dan kepalaku lebih dulu. Aku ingin setelah bangun nanti, aku memiliki kekuatan lebih untuk menghadapi pahitnya hidupku.

Namun ketika aku hendak menutup mataku, seseorang menggedor pintu rumah dengan cukup keras. Jujur aku sangat kesal. Tapi aku harus membukanya.

Siapa yang datang bertamu disaat-saat seperti ini?

Ketika aku turun dan membukanya dan mendapati seseorang yang sangat familiar hadir persis dihadapanku.

Ayah.

Tanpa pikir panjang aku langsung menutup pintunya namun dia menahannya. Aku kalah tenaga sehingga ia berhasil membuka lebar-lebar pintunya.

"Masih berani kemari kau rupanya!" Kataku ketus.

"Bas, ayah minta maaf! Ayah benar-benar menyesal!" Katanya. Nadanya memang penuh penyesalan tapi tidak cukup mempan untuk meluluhkanku.

"Ayah? Kau menyebut dirimu ayah? Dasar tidak tahu malu!" Kataku semakin meninggikan nada. "Kemana saja kau ketika kami sengsara?! Kemana saja kau ketika kami membutuhkanmu?! KEMANA SAJA KAU KETIKA IBU MASIH BERNAPAS?! KEMANA SAJA KAU?! JAWAB AKU!!" Aku benar-benar tidak bisa lagi menahan emosi. Aku menangis ketika meninggikan nadaku. Mencoba meratapi betapa malangnya nasib keluargaku. Meskipun hidup berkecukupan, aku sama sekali tidak pernah merasakan apa itu kehangatan keluarga. Apalagi kasih sayang seorang ayah. "Lebih baik sekarang kau pergi dari sini dan jangan pernah kembali!"

"Bas! Cukup! Aku yang menyuruhnya kemari!" Suara P' Godt datang dari tangga.

Apa?! P' Godt yang menyuruhnya kemari?! Aku tidak salah dengar kan?

P' Godt berjalan mendekat dan meraih ayah dan memeluknya. Aku masih mematung disana.

"Terima kasih sudah datang."

"Iya, Nak. Aku akan dengan senang hati datang jika kau meminta."

"Ayah, mengapa harus menunggu ku panggil? Ini rumahmu! Kau bisa datang kapanpun kau mau."

Terjadi keheningan singkat sebelum akhirnya ayah angkat bicara. "Ayah tidak menyangka kau masih menerima ayah meskipun ayah sudah mencampakkan kalian."

Tiny Little Secret ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang