Chapter 3

3.6K 324 72
                                    

Nungguin, ya!!!!!!! ^_^

Langsung aja deh.. sorry lama nunggu :)

Happy reading!

=================================================

Makan malam harus rela kembali ditunda. Alasannya, asal-usul kehadiran kedelapan anak itu harus diketahui segera. Keanehan demi keanehan semakin memperkuat tujuan mereka mengajak anak-anak itu bicara. Menjelaskan semuanya secara jelas. Teddy, sebagai anak yang paling tua ia diminta untuk berbicara lebih dulu. Oleh Arthur, Teddy diminta duduk di kursi sampingnya.

Mata Teddy terus memperhatikan masing-masing wajah yang sangat ia kenal. Ia tahu semuanya berbeda dari sebelum ia sadar beberapa menit lalu. Dan apa yang bisa dipelajari Teddy adalah wajah mereka terlihat jauh lebih muda. "Aku—aku, kan, sudah jelaskan tadi, namaku Teddy. Aku tinggal dengan Nana. Tapi biasanya setiap akhir pekan aku akan tinggal di rumah Uncle Harry dan Auntie Ginny." Cerita Teddy sebagai pembuka pertanyaan pertama yang dilontarkan oleh Arthur.

"Benar sekali, setiap Jumat malam Teddy ke rumah dan baru kembali ke rumah Nana Andy di Senin pagi." James ikut menjawab di salah satu sofa tunggal besar yang ia duduki bersama Fred Jr. "Sayangnya, sampai minggu lalu, Daddy tak pernah mengijinkan Teddy tidur di kamarku."

"Karena kau nakal, makannya Teddy tak boleh tidur denganmu, Jamie. Kata Mummy, kau boleh tidur dengan Teddy kalau Daddy mau menghancurkan rumah. Alasan yang sama kalau kita akan tidur dalam satu kamar."

Albus berani membalas sang kakak meski suaranya tidak begitu jelas. Rose sesekali memukul pahanya untuk meminta tutup mulut. "Sakit, Rosie." Protesnya.

"Daddy?" tanya Harry. Lily semakin lengket di dadanya, "siapa yang kalian maksud Daddy?"

Tiba-tiba Lily bergumam. "Dada!" kepalanya terus diusap-usapkan ke bagian dada Harry seolah mencari sesuatu. Harry memekik pelan saat mulut Lily bergerak-gerak di sekitar ketiaknya. "Geli. Kau kenapa, sih?" tanya Harry tak nyaman. Jejak air liur Lily tercetak di beberapa bagian tempat ia mengecap kau Harry.

"Lily pasti kelaparan, Daddy." Kata James memahami keinginan sang adik.

Masih syok mendengar pengakuan Rose tentang dirinya, Hermione ikut tak percaya dengan memberi pendapatnya tentang siapa Daddy yang dimaksud oleh James dan Albus tadi. "Sudah kuduga," katanya pelan, "tidak hanya aku ibu gadis kecil ini."

"Ma—maksudmu?" Ginny mendelik.

"Kalian tak dengar apa yang dikatakan anak-anak ini, hah?" Hermione berjalan mendekati bangku tempat anak-anak sedang didudukkan. Arthur dan Tonks—yang menggendong Hugo—memberi celah Hermione untuk memulai analisisnya. "Anak ini, beberapa detik lalu mengatakan ia tinggal dengan Nananya, tapi akhir pekan dia akan tinggal di rumah Uncle Harry dan Auntie Ginny." telunjuk Hermione ikut menunjuk wajah Harry dan Ginny secara bergantian.

"Namaku Teddy, Auntie Mione." Protes Teddy.

Arthur meremas tangan Teddy sebagai pengganti perintah, diamlah, nak!

"Lalu bocah rambut hitam acak-acakan ini bilang kalau Teddy, ya, membenarkan tinggal di rumahnya selama akhir pekan dan DADDYnya, melarang untuk tidur dalam satu kamar. dengan sangat jelas sekali, mengingat anak ini dan bocah mata hijau yang duduk di sisi gadis-yang-mengaku-putriku, sangat mirip dengan Harry. Sudah sangat jelas jika mereka adalah—"

"Anak Harry!" Jerit Ron, "bloody hell, kau sudah punya anak, mate? Lalu si—siapa—"

"Tentu saja Ginny, bodoh! Kau tak lihat bayi yang digendong Harry?"

Outside (time travel HP fanfic)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang