Chapter 12

2.3K 213 9
                                    

Hohoho.. balik lagi! Dan sekarang udah balik lewat leptop lagi :)

Dan udah larut malam ini updatenya :) Ngga masalah, ya!

Yuk, langsung baca!

Happy reading!

=================================================

Harry dan anak perempuan itu hanya bisa terdiam beberapa detik. Hanya ada Harry yang sempat terbatuk menyadarkan dirinya bahwa ada seseorang yang mengenalnya di dunia Muggle masa lalu. Satu-satuya jalan kali ini adalah untuk memilih minggir mencari tempat berbicara bersama si gadis misterius itu. Harry paham jika masalah ini tidak begitu baik.

"Kau mau es krim?"

Harry berusaha tenang dan menawarkan makanan favorit anak-anak seperti es krim. Cara itu sering dilakukan Harry jika mengajak anak-anaknya keluar. Paling ampuh jika sudah dirayu dengan es krim, baik James maupun kedua adiknya akan manut dan enteng diajak bicara.

"Aku tak begitu suka es krim, Sir."

"Mengejutkan, aku kira semua anak suka es krim."

Mata Harry teralihkan oleh pucuk-pucuk rambut si gadis. Memaksa lebih tenang dan bersikap biasa saja. Minimarket tak cukup baik untuk dijadikan tempat berbincang. Apalagi barang-barang yang ia beli sudah tuntas dibayar. Harry harus segera keluar jika tak mau dicurigai sebagai pengutil.

Si gadis tiba-tiba mengulurkan tangannya, "senang bisa bertemu denganmu, Sir." Katanya sopan.

Gugup, Harry membalas jabatan tangan itu sangat kaku. "Ya, tapi — kau tak ingin membeli sesuatu? Kau baru masuk ke sini, kan?"

"Benar, tapi aku hanya ingin bertemu denganmu. Aku terkejut, tak percaya jika anda benar-benar Harry Potter. Daddyku pasti sangat bangga denganku bisa bertemu denganmu. Aku harus segera pergi. Anda juga pasti sudah ditunggu untuk sarapan, bukan."

Kaget, Harry lagi-lagi dibuat bingung dengan ucapan gadis itu.

"Enak juga jika sarapan roti panggang dan bacon goreng. Banyak sekali yang ingin sarapan, ya? Anda beli roti banyak sekali."

Benar saja, Harry memeriksa kantung belanjanya. Tiga kantung roti dan makanan lain yang ia beli terlihat dari kantung belanjanya. Harry merutuki kebodohannya sendiri, siapapun bisa dengan mudah menebak ia akan sarapan. Hanya saja, ada satu hal masih mengganjal di hatinya.

"Sebantar, aku masih penasaran dengan.. ayahmu." Bisik Harry serius.

"Em.. begini, Dad tidak bersamaku." Cepat anak itu menjawab. Sesekali ia menoleh ke arah pintu masuk meski tak begitu terlihat ia gugup berhadapan dengan Harry.

Seseorang tiba-tiba meminta Harry bergeser. Ia baru ingat jika sejak awal menepi ia dan gadis cilik itu berdiri di dekat rak produk makanan instan.

"Ah, mungkin aku harus segera pulang. Selamat tinggal!"

Gadis itu berlari. Keluar dari minimarket dan menghilang di salah satu gang. Harry terlambat. Ia tak tahu jalan itu akan menuju ke mana. Takut terlalu siang, Harry memilih kembali. Sepanjang jalan mengayuh sepedanya, Harry terbayang tentang sosok ayah gadis itu. Seseorang yang mengenalnya. Bahkan sangat mengenalnya.

"Aneh sekali." Harry telah sampai di depan Grimmauld Place. Sejenak ia harus menunggu bangunan itu merentang saling tarik. Sudut baru tercipta dan muncullah sebuah daun pintu baru bernomor 12. "Anak itu mengenaliku di sini, saat aku sudah berusia—ah, apa anak itu juga dari masa depan? Ayahnya mengenalku—siapa?" batinnya.

Outside (time travel HP fanfic)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang