Chapter 13

2.2K 220 4
                                    

Hai, semua!!

Daripada bengong, baca lanjutan Outside yuk!

Happy reading!

=========================================

"Huss, ada apa denganmu, sayang?" Harry berdiri sambl berayun pelan menenangkan isakan Lily di gendongannya. Lily ketakutan dengan badan gemetar.

Piama kebesaran Lily kusut. Ia hanya sempat tidur dua jam lalu kini berakhir memeluk sang ayah sambil merengek tak mau diturunkan. Ginny terpaksa membawa keluar Lily dari kamar untuk diantarkan ke area kamar Harry tidur. Tentu, mereka harus tidur berkelompok, terpisah antara kamar laki-laki dan perempuan meski mereka sudah sah suami istri sekalipun. Hanya ada beberapa kamar yang bisa digunakan tidur sehingga tak mungkin untuk setiap pasangan tidur dalam satu kamar yang berbeda-beda.

Kembali pada masalah Lily, biasanya, tangisan malam si bungsu Potter semacam itu muncul karena mimpi buruk atau rindu pada ayahnya. Harry sering pulang malam membuat si kecil Lily susah sekali bertemu walapun sekadar memberi kecupan selamat tidur pada ayahnya sendiri. Dan kini Ginny berpikir jika sudah lama putrinya itu tak bertemu dengan ayahnya sampai-sampai menangis dan rewel seperti itu.

Ginny memperbaiki piama bagian belakang Lily sambil turut mengusap-usap punggung kecil putrinya. Berharap usaha kecilnya itu bisa membantu. "Aku takut membangunkan yang lain, Harry. Jadi aku bawa Lily kemari." Kata Ginny tepat di depan kamar tidur Harry bersama beberapa laki-laki yang lain. Untungnya, tak ada yang terganggu ketika pintu kamar laki-laki diketuk oleh Ginny.

"Kau kembalilah tidur, Gin. Tak apa. Biar aku yang jaga Lily. Ini masih jam dua. Jangan sampai yang lain panik kalau tahu kau tak ada di kamar." Pesan Harry.

Ginny sendiri sebenarnya masih mengantuk. Ia sangat bersyukur ketika dengan sangat pengertian Harry mempersilakannya kembali dan mengambil tanggung jawab penuh untuk mengurus Lily di tengah malam ini. Ginny memberikan kecupan singkat di bibir suaminya tanda terima kasih sebelum berbalik kembali ke kamar.

Tinggallah kini, Harry dan Lily berdua.

Malam ini lorong-lorong gelap. Bermodal cahaya dari ujung tongkatnya, Harry mengajak Lily berjalan-jalan mengelilingi Grimmauld Place dari dalam. Beberapa kali Harry berhenti di depan jendela. Bergumam pelan mengajak Lily berbicara dengan antusias pada suasana malam. Sepanjang pengamatannya, perawatan apa yang telah ia lakukan pada Grimmauld Place di masa depan sudah lebih dari cukup. Beberapa sudut yang rusak di masa depan telah Harry perbaiki menjadi lebih baik. Kesan mencekam perlahan terganti dengan suasana hangat berkat beberapa tatanan dan dekorasi mengalami perubahan. Sentuhan kreatiftas Ginny ikut andil saat menambah atau menganti perabotan yang sudah usang. Meski belum sepenuhnya selesai, Harry dibantu Ginny dan teman-temannya akan terus berusaha menjaga dan merawat Grimmauld Place untuk dapat dikenang dan diperlihatkan pada generasi-generasi selanjutnya.

Tak terasa Lily sudah mulai tenang. Kepalanya perlahan bersandar nyaman di dada Harry meski suara isakannya masih samar-samar terdengar. "Kau kenapa, sayang. Tak ada apa-apa. Ada Daddy di sini, ya. Kau takut? No?" bisik Harry menyemangati putrinya agar tak takut dengan keadaan Grimmauld Place.

"Lily Luna Potter anak yang pemberani. Kalau ada yang menjahatimu, pukul saja pantatnya seperti kau tendang pantat James—"

"Astaga, kau mengajarkan itu pada putrimu?"

Sirius muncul dengan tongkat teracung bercahaya. Hampir saja Harry siap melempar mantera serangan jika ia tak memperhatikan jika Siriuslah yang muncul di hadapannya dan Lily. "Sirius! Aku kira kau—"

Outside (time travel HP fanfic)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang