Chapter 11

2.3K 231 18
                                    

Maaf banget, ya!!! Gara-gara wifi mati, semua kacau. Paket data juga udah miris banget. Jadi.. yahh.. maaf banget telat updatenya.

Biar nggak lama-lama, langsung aja deh, ya.

Happy reading!

============

Pagi menjelang pukul 7, suasana ruang makan ribut dengan pembagian makanan di masing-masing piring. Ada sedikit perbedaan dengan sistem pembagiannya, begitu juga yang bertugas membagi makanannya. Molly, sebagai koki utama dibantu oleh tiga wanita sekaligus. Ginny muda, Ginny dewasa, dan Hermione dewasa. Dari dua kompor yang tersedia di Grimmauld Place, tidak ada satu pun yang mati. Ginny dewasa memasak di satu kompor sisi Molly. Hermione dan Ginny muda menyiapkan beberapa yang tak perlu di masak.

“Rotinya tinggal ini?” tanya Hermione dewasa. Ia berbalik memperhatikan Molly setelah disodori kantung roti dengan tiga lembar roti tawar gandum di dalamnya.

Hanya enam lembar, sedangkan ada lebih dari 20 orang yang akan diperkirakan sarapan pagi ini dengan roti. Untuk sementara, lupakan dua bayi di antara mereka tapi jangan melupakan beberapa orang yang akan datang juga.

“Tonks dan Kingsley sebentar lagi akan kemari.” Seru Remus di ujung bangku bersama Harry dewasa. Ada surat di tangannya.

“Aku harap makanan masih cukup.” Sindir si kembar.

Kembali sibuk dengan kantung roti, Molly meyakinkan kembali jika penghuni Grimmauld Place kini semakin banyak.

“Bagaimana? Apa kita harus membelinya, Mum?” tanya Ginny muda.

“Oh, tentu. Tapi supaya sama dengan roti yang tersisa, harus beli di toko kue Muggle beberapa blok di depan. Roti ini Dad beli di sana."

Roti gandum yang ada sebelumnya dibeli oleh Arthur. Terlihat dari label dan stempel tanggal kadaluwarsa di kantungnya. Entah sengaja atau tidak, sejak mereka tinggal sementara di Grimmauld Place, beberapa persediaan makanan lebih banyak dibeli di pemukiman Muggle. Sirius yang meminta Molly dan Arthur agar membeli makanan Muggle sesuai apa yang selama ini ia makan sepanjang persembunyian.
Lidahnya lebih nyaman dengan konsumsi sehari-sehari para Muggle.

Muncul masalah ketika Arthur datang menjelaskan pada Molly jika uang Mugglenya tak cukup untuk belanja. “Aku belum sempat menukarnya, sayang.” Jawab Arthur. Albus dan Louis saling kejar di belakang mereka.

“Em, coba dengan Harry, Dad,” ujar Ginny dewasa, tangannya mengayun meminta suaminya mendekat. Tapi reaksi Harry dewasa tak cukup mengenakan dibandingkan senyuman Ginny.

Harry dewasa masih sebal, mengingat di belakang sana dirinya yang masih muda bersama Ron muda termenung di depan perapian. Mungkin memikirkan ciumat maut Ginny.

“Jangan marah, sayang,” Ginny dewasa lantas mengecup singkat bibir Harry dewasa, “bekas kamu juga, kan.”

Molly terbahak kencang menepuk-nepuk punggung Ginny muda yang tak tahu apa-apa. Lehernya tercekat melihat kemesraan aneh yang dilakukan dirinya sendiri dari masa dengan Harry, suaminya kelak. Aneh, tapi itulah yang dilihat dan dirasakan Ginny.

“Iya, iya. Thank you, Love. Lalu sekarang ada apa kau panggil aku kemari? Biasanya, Mummymu ada maunya kalau sudah seperti ini, Lils.”

Harry dewasa membisikkannya pada Lily yang ia gendong menyamping di pinggang. Lily hanya bisa tertawa dan tetap berpegangan erat di kemeja ayahnya. “Bagus kalau peka. Begini, roti kita sisa sedikit. Supaya sama, lebih baik beli yang sama dengan roti yang ada. Mum bilang belinya di toko roti dekat sini.” Ginny dewasa menujukkan sisa roti yang ada.

Outside (time travel HP fanfic)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang