Chapter 19

1.6K 171 18
                                    

Yuhuuu... sebelum belajar buat besok ada praktek ngajar, update dulu, ya!!

Happy reading!!

=====

Hampir menjelang waktu makan siang, baik Harry, Ron, maupun Albus tak kunjung datang. 'Kedua' Ginny terus memperhatikan arah pintu masuk Grimmauld Place. Sekiranya perasaan tak menentu mereka harus enyah ketika kedatangan ketiganya. Harusnya. Tapi kenyataannya, tak ada satu pun yang menunjukkan tanda detik itu juga mereka akan datang.

Entah mengapa perasaan Ginny, baik muda maupun dewasa, secara bersamaan memikirkan keselamatan dua orang yang tengah pergi. Harry dan Albus. Ginny muda lebih dulu memikirkan Albus yang ketika pergi belum sempat memakan makanan apapun sebagai sarapan. Sedangkan Ginny dewasa terpusat pada keadaan Harry yang harus berada di lingkungan penyihir masa lalu dengan identitas barunya.

"Perasaanku tak enak," ungkap Ginny dewasa.

Ginny muda menoleh cepat. Si kecil Lily tertidur nyaman di dadanya. "Aku juga."

Perapian mendesis kencang. Mereka segera berlari dari arah pintu menuju ke sudut perapian berharap orang-orang yang sedang mereka pikirkan benar-benar datang. "Sial, sampai lupa mereka akan datang lewat perapian." Gerutu Ginny dewasa langsung berhambur menuju mulut perapian.

Dan benar saja, Harry lebih dulu keluar menggendong Albus yang menangis.

"Shh.. sudah sampai, Al. Tenanglah," begitu kalimat yang terdengar lebih dahulu oleh para penghuni Grimmauld Place dari mulut Harry. Di belakangnya menyusul Ron, tertawa sambil mengapit kantung belanjanya keluar dari perapian.

Harry mendesah lega akhirnya ia bisa benar-benar kembali. Melihat Ginny berwajah panik, Harry kembali merasa tak tenang. "Gin, kau kenapa?" tanya Harry.

"Seharusnya aku yang tanya seperti itu. Kau tak apa-apa?" Tangan Ginny kini membelai pipi kiri Harry dan mengecupnya di bibir. Ginny lagi-lagi lupa jika ada dirinya yang masih muda berdiri tak jauh di belakang. Harry mengarahkan sorot matanya memberi isyarat agar sedikit menjauh membuat Ginny terhenyak sendiri. Ya, walaupun Harry sendiri suka dengan kecupan itu.

Tapi apa yang diperbuat Harry selanjutnya.. tangan kanannya menutup mata Albus lantas membalas kecupan Ginny tepat di bibirnya.

"Kau bisa membuat 'diriku' di sana sakit jantung, Harry." Ginny dewasa berbisik menahan malu. Pasalnya Ginny muda tengah mendelik tak percaya melihat pemandangan sepasang suami istri yang sebenarnya adalah sosok dirinya di masa depan. Rasa canggung benar-benar masih ada. Tentu, ia tak pernah membayangkan tentang masa depannya berkeluarga dengan Harry meski cita-cita itu memang ada. Secepat itu, Ginny harus tahu kalau nantinya ia akan hidup bahagia bersama suami dan anak-anak dalam satu keluarga. Potter.

Harry hanya membalas dengan tawa. "Sudahlah, Gin. Apa salahnya mencium istri sendiri? Benar, kan?" katanya dengan rasa tak bersalah.

"Em.. sorry, tapi Albus tak apa? Sepertinya dia lemas sekali." Tanya Ginny muda tak tahan untuk bertanya keadaan Albus yang terus mengganggu pikirannya.

"Bloody hell, tak adakah yang mengkhawatirkanku? Padahal aku juga keracunan seperti mereka!"

Hening sejenak. Kali ini semua orang memalingkan wajah pada Ron. Ia tak sadar kata-katanya memancing rasa penasaran dari banyak orang. Terutama Hermione, baik muda maupun dewasa.

"Kau keracunan?" Hermione dewasa keluar dari arah tangga bersama Tonks.

"Akhirnya ada yang peduli denganku juga." Ron lega. Hermione segera mendekatinya dan menyerahkan segelas air.

Outside (time travel HP fanfic)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang