Chapter 21

1.7K 165 11
                                    

Malam, semua! Muncul tengah malam kayak hantu! hehehe... tapi nggak berbahaya, kok. Malah kasih hiburan. Hayo siapa yang mau nunggu chapter ini up? Mari merapat! 

Happy reading!

================================

Entah hari ini ataupun dua hari mendatang—paling lama, George dewasa menjanjikan portal rancangannya bisa berfungsi dan membawa mereka yang dari masa depan pulang ke waktu asal mereka.

Bahaya jika terlalu lama mereka harus tinggal di masa lalu. Masa itu tidak aman. Belum lagi urusan perbedaan waktu antara masa depan dan masa lalu pasti akan berdampak meskipun sedikit. Mereka tidak ada yang tahu pasti, bagaimana perputaran waktu yang nantinya terjadi ketika mereka semua pulang. Apakah waktu sepanjang mereka berada di masa lalu sama dengan lama mereka menghilang di masa depan. George pun mengaku jika waktu mereka masuk ke masa lalu terhitung sama dengan masa depan. Meski ia sempat menghitung terjadi perputaran waktu yang aneh ketika memantau di beberapa kesempatan sebelum menyusul.

Jika bermasalah dengan perbedaan dimensi ruang dan waktu bisa diatasi, George berharap kali ini usahanya tidak sia-sia.

"Asalkan kita pulang." Tutur George.

"Dan selamat." Sambung Hermione.

"Aku rasa masalah itu sudah jelas, Hermione. Kita akan pulang seolah berDissaparate. So, semuanya aman."

Tidak jauh dari kerumunan para orang dewasa di salah satu ruang kosong, Arthur Weasley, sendirian mengasuh kedelepan anak masa depan dengan perasaan bahagia sekaligus sedih, timbul tenggelam bergantian. Berhari-hari mereka menemani Arthur dengan celotehan dan keributan khas anak-anak. Mereka semua mengingatkan Arthur tentang anak-anaknya sendiri.

Arthur rindu ketika putra-putranya kecil dulu, bertengkar karena berebut bola Muggle hasil pemberian seorang Muggle tua yang ia bantu akibat insiden sihir nyasar. Arthur pun rindu putri kecilnya berbisik pelan mengajaknya bermain pesta minum teh bersama sepulangnya ia bekerja. Ia rindu, membacakan cerita sebelum tidur dan mengucapkan selamat tidur pada ke tujuh anaknya. Lama sekali rasanya itu berlalu. Namun kedatangan anak-anak yang ternyata cucunya dari masa depan mengobati semuanya. Hanya saja, Arthur harus ingat jika itu bukan waktu yang tepat. Nanti ia akan jadi kakek. Bukan sekarang. Dan mereka semua memang harus segera pulang.

Arthur mengangkat Hugo dari atas bantal duduk dan memangkunya. Arthur dan anak-anak kali ini memilih nyaman dengan saling berkumpul, duduk di atas karpet berbulu halus untuk saling terbuka. Bercerita tentang kebiasaan mereka ketika di rumah bersama orangtua mereka.

"Anggap saja kalian baru saja berlibur di tempat yang jauh. Nah, apa yang biasanya kalian lakukan setelah sampai di rumah?"

Arthur mengibaratkan anak-anak itu sedang berlibur. Di tempat yang sangat jauh. Bukan waktu. Dengan begitu, ia menginginkan anak-anak tidak membuat hilangnya mereka di masa lalu sebagai sebuah kecelakaan yang menakutkan.

"Membuka oleh-oleh," jawab Louis. Matanya tertuju pada James kemudian beralih ke Arthur. "Semua orang yang berlibur akan pulang membawa oleh-oleh. Beberapa makanan, permen, boneka, gantungan kunci, kartu post—ya Auntie Gaby sering membawakan kartu post bergambar menara Eiffel selain eclair vanila. Aku tak tahu untuk apa kartu post itu kalau menulis di perkamen kotor pun masih bisa. Aneh, kan?"

"Itu kebiasaan Muggle, Lou. Dad bilang Muggle suka mengirim kartu post untuk menulis surat singkat." Celoteh James langsung mendapat anggukan setuju Rose sebab ia juga tahu masalah itu dari ibunya.

"Ucapan natal juga." Sambung Fred Jr.

Albus sempat melihat Arthur tak berkedip melihat keseruan Louis, Fred Jr, dan James saling menjelaskan oleh-oleh apa yang ingin mereka bawa untuk pulang nanti. Rose terkadang terdengar menyahut dan memprotes kata-kata James atau Fred Jr yang terus membual.

Outside (time travel HP fanfic)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang