Chapter 17

1.7K 175 10
                                    

Maaf banget, ya. Aku lagi sempro plus program PPL di semester ini. Plus tugas nggak ada kelarnya kayak cucian. Hehehe..

Jadi misal lama updatenya, mohon maklum. Tittlenya udah semester tua soalnya :)

Yang nunggu Outside lanjut, mari merapat!

Happy reading!

==================

"Sebentar, Tuan!"

Harry tertubruk badan tinggi Ron. Mereka hampir masuk perapian sebelum Ginny sempat memanggil dengan gaya sok terhormat pada suaminya sendiri. Harry spontan sudah mengusap-usap pelan dahi Albus akibat terbentur punggung Ron. Meski tak menangis, punggung keras Ron sakit juga untuk kepala kecilnya.

"Ada apa lagi? Kau ingin titip tampon lagi? Di Diagon Alley tak ada yang merek itu—"

"Bukan! Mulut ini belum dapat—"

"Cium! Ah, cium saja dulu, Gin." Ron dewasa menyeringai di sisi kepala Albus, memajukan bibirnya aneh-aneh. Ia merunduk menyembunyikan wajahnya takut mendapat semburan adiknya yang terkenal garang itu. "Harry sudah lama tak—"

"Jangan sampai aku bongkar ulahmu malam itu, Ronald!" Ginny tak melontar mantera apapun, hanya sebuah sorot mata tajam. Cukup itu saja, Ron tahu kalau ia teruskan akan ada masalah besar dengan si Nyonya Potter. Ronald Weasley, pria paling muda dari Weasley bersaudara, usia hampir kepala tiga tapi sifat tak jauh dari keponakan-keponakannya, akan cepat takluk jika berhadapan dengan salah satu wanita bernama Molly Weasley, Hermione Granger, ataupun Ginevra Potter. Satu saja di antara wanita itu mendelik ke wajahnya, mulut Ron terkunci. Jika terbuka sedikit, dunianya bisa hancur.

Pasrah, Ron dewasa memilih diam dan meminta Harry dewasa untuk mengijinkan ia yang menggendong Albus. Sebenarnya Albus tak mau lepas dari Harry, tapi badannya sudah di dekatkan pada Ron dengan mudah tanpa beradu argumen tak boleh ini-itu. Albus merengek ingin kembali digendong namun tak direspon. Masalahnya, di sisi lain Lily kecil dari gendongan sang ibu, berteriak meminta Harry untuk digendong.

"Da—da!" Harry langsung mendelik.

Tawa semua orang yang melihat ke arah Harry dewasa pecah begitu saja. Kasihan Harry, selesai dengan Albus kali ini berganti Lily. Memang, berat Lily jauh lebih ringan tapi mengurus anak tak ada yang ringan. Menahan geli akibat ekspresi wajah Harry yang harus menyerah menerima tubuh putrinya, Sirius mencoba menawarkan diri agar mengajak Lily bermain. Sayangnya, Lily menolak mentah-mentah tawarannya. Sama seperti Ginny sebelumnya, Lily mengikuti cara sorot mata mematikan Ginny yang kini ditujukan untuk Sirius.

"Kasihan, bahkan gadis kecil pun menolakmu, Sirius!" goda Fred muda.

George muda di sisinya ikut berseloroh. "Apalagi yang wanita matang!" tambahnya diselingi juluran lidah George dewasa juga mendukung.

"Diam, kalian! Harry ayahnya, bukan aku. Wajar, kan?" Sirius mendesah sebal.

"Jangan, nak. Daddy mau keluar." Bisik Harry. "Nanti kita main lagi, ya!"

Lily terus dibujuk agar mau kembali pada Ginny dengan menimangnya pelan. Jejak ASI menempel di bagian dagunya, tentu saja.. waktu sarapan adalah waktu Lily untuk meminta jatah vitamin alaminya dari sang Mummy. Harry suka sekali melihat jika ketiga anaknya tak pernah kekurangan asupan ASI, dari si sulung James, si tengah Albus, sampai si bungsu Lily sekarang. Pernah Harry berpikir jika akan ada bocah Potter lagi setelah Lily. Tapi, ia tak mau memaksa, toh Ginny juga harus diajak berkompromi.

Outside (time travel HP fanfic)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang