Chapter 24

1.6K 161 7
                                    

Huaaaa.... Bener-bener lagi nggak ada waktu untuk buka Wattpad! Seriusan. Urusan kampus bikin pusing. Lagi semester 7, dan karena aku dari FKIP jadi lagi sibuk-sibuknya PPL. Latihan ngajar langsung ke sekolah, kayak magang gitu ya. Nah.. itu kerjaannya banyak banget, Jadi mohon maaf kalo nggak update-update. Ini aja update sambil nyambi ngerjain RPP. Mohon doanya, ya, buat semuanya buat PPL aku lancar. Januari awal udah bisa selesai. Amin. 

Kalau begitu, langsung, ya!

Happy reading!

=========================================================

Suara sesak Lily kecil memaksa Harry dewasa tak bisa berkonsentrasi dengan mantranya. Ia berharap dengan cara melihat ingatan putrinya bisa ia ketahui siapa yang telah berusaha untuk mengusik mereka semua. Anak itu tak hentinya menyebut 'Daddy' atau 'no' dari atas bangku kayu tinggi. Tidak ada yang berani mendekat, bahkan Ibunya sekalipun.

Hanya sempat beberapa menit saja, Harry dewasa melihat ingatan Lily ketika sosok kecil berjubah gelap mendatanginya dari balik jendela sambil menenteng kantung makanan. Selanjutnya, terputus begitu saja. Lily berontak dengan sensasi aneh ketika mantra Legilimen bekerja pada bocah bayi itu. Napasnya terengah di tengah tangis. Setelah semua selesai, Ginny dewasa bergegas menangkap tubuh lemas itu dan menggendongnya tinggi-tinggi. Efek Legilimen sangat berat oleh tubuh Lily.

"Seorang anak. Jubah hitam. Itu saja. Lily tak begitu melihatnya jelas." Ujar Harry dewasa selepas mengecup dahi putrinya sambil meminta maaf. Harry paling benci membuat putrinya menangis. Unng saja, Lily jauh lebih tenang setelah dijanjikan untuk langsung minum ASI.

George dewasa membuka sebuah buku tua dari salah satu lemari Sirius. Berlembar-lembar halaman ia buka dan membaca tulisan di sana. Debu tebal menyembul tiap kali ia membalik satu persatu lembar buku itu. Sebenarnya, George sendiri tahu itu buku apa. Di masa depan, ia punya buku itu di tokonya. Hanya satu buah. Buku itu tak lagi dicetak sebab mendapat larangan untuk dipasarkan setelah perang dunia sihir ke dua.

Ron dewasa mendekatinya sambil mengedip pelan. Sebagai jawabannya George hanya bisa mengangguk. Isyarat itulah yang akhirnya membuat Hermione muda penasaran.

"Buku apa itu sebenarnya?"

"Kau bercanda, Mione?" Ron muda mendelik. "Tidak biasanya kau kebingungan dengan judul buku?"

Hermione muda mendesah gugup. Memang ia akui kali ini dirinya tak tahu masalah buku itu. Namun bukan berarti pengetahuannya untuk mengenali jenis buku apa yang sedang dibawa George juga nihil. Ia kenal buku semacam itu.

"Jangan bilang kalau itu buku sihir hitam, Sirius?" tiba-tiba saja Hermione muda menyerang Sirius. Pemilik buku itu. Harry dewasa hanya sempat melihat sekilas karena lebih terpaku dengan putrinya di saat menikmati makan malamnya secara pribadi.

"Aku hanya menyimpannya, Hermione. Tidak pernah membacanya." Sergah Sirius. Di depannya beberapa bocah laki-laki mendahuluinya masuk ruang keluarga. Disusul seorang anak perempuan bersama Tonks.

Tubuh tinggi dari pria yang Hermione muda kenal sebagai sosok Ron dewasa melintas tepat di depannya. Tubuhnya kian menjulang di usia yang tidak lagi muda. Rose menghampiri ayahnya meminta ijin untuk ikut mandi dengan sepupunya yang lain. Entah paham atau tidak, Ron langsung membolehkan dan tentu saja.. istrinya tak setuju.

"Apa-apaan kau, Ronald! Rose perempuan, anak-anak yang lain itu laki-laki! Jangan ajak putrimu berpikir mesum saat dirinya saja belum bisa membuang ingusnya sendiri."

"Bloody hell! Aku lupa, Love."

Ron mengganguk paham. Digiringnya Rose untuk kembali pada ibunya. Sambil menangis, gadis itu hanya pasrah menggandeng erat tangan Hermione dewasa menuju salah satu kamar mandi kecil.

Outside (time travel HP fanfic)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang