Chapter 22

1.4K 159 4
                                    

Hi, everyone!

Malam minggu asiknya di rumah aja. Sambil tiduran baca lanjutan Outside. *Ngomong apa sih saya ini* hehehe..

Bingung mau opening apa.. lanjut baca deh ya..

Happy reading!

============

James Potter, memukul-mukul pundaknya selepas satu tubuh terakhir berhasil ia pindahkan dari teras menuju sofa panjang di dalam rumah. Seorang remaja belasan tahun itu masih tak sadarkan diri, sama seperti dengan anak kecil yang pertama dipindahnya. Lily, istrinya hanya bisa diam mengamati wajah si remaja. Seluruh perhatian Lily tertuju padanya. Ia mirip sekali dengan James, begitu juga Harry. Bayi kecil di gendongannya tengah terlelap akibat kelelahan menunggu sang ayah datang menemaninya tidur.

Sepasang suami istri itu saling berhadapan. Memilih tak bicara meski isi kepala mereka sama. Menanyakan siapa sebenarnya kedua orang itu dan untuk apa mereka datang.

"Mereka sebenarnya siapa, James? Kenapa anak ini begitu—"

"Aku tidak tahu. Kau lihat sendiri kan tadi kalau mereka tiba-tiba ada di teras rumah kita dalam kondisi seperti ini—ahh, astaga berat juga badan mereka."

Lily merundukkan badan memeriksa keadaan keduanya. Paling tidak ia bisa mengetahui sehat tidaknya mereka dengan mengecek suhu badan. Hanya memeriksa singkat pada dahi, Lily menggeleng dan memutuskan kembali berdiri di dekat James. Tidak ada yang aneh dari kedua anak itu. Hanya sempat terasa dingin di permukaan kulit, itupun karena keduanya sempat berinteraksi langsung dengan suhu dingin di luar rumah.

Mereka kedinginan. Lama-lama Lily pun tak tega. Terdengar letupan api menyala dalam tumpukan kayu kering dari lubang perapian. Ayunan tongkat Lily bergerak dengan cekatan, beralih mengarahkan ujung tongkatnya menuju salah satu sudut rumah yang lain. Pintu lemari coklat berukuran besar di ruang laundry jadi tujuannya. Terbuka dengan sendirinya. Dua buah selimut tebal keluar beriringan lantas melayang bergerak menuju arah ujung tongkat Lily. Terus bergerak, terbuka, membentang dan menyelimuti kedua tubuh para tamunya.

"Kasihan mereka." Bisik Lily sambil mengusap kepala yang lebih muda. "Apa orangtua mereka tahu kalau berada di sini—"

"Ya, lalu siapa orangtuanya?" James memotong cepat, "berikan Harry padaku, sayang."

James menimang putranya. Sudah semakin malam untuk Harry kecil terus di ajak kelayapan meski masih di dalam rumah. James berpesan agar Lily tetap berjaga di dekat kedua tamu misterius mereka itu selagi mengantar Harry kecil ke kamarnya. Biar, James percaya Lily bisa menjaga diri untuk beberapa saat saja. Ia akan cepat kembali.

Tidak biasanya, para keluarga di kawasan Godrics' Hollow bertamu di malam hari. Kecuali biasanya di malam natal atau perayaan yang lain. Pengemis dan gelandangan juga sepertinya tidak pernah muncul di sana. Lily tidak mau lebih lanjut menilai dua anak itu sebagai anak-anak brandal yang suka mabuk tengah malam. Bau-bauan seperti minuman keras Muggle atau wiski api juga tak tercium yang artinya anggapan Lily itu salah. Toh dua anak itu belum cukup umur untuk diperbolehkan 'minum', selain mereka sendiri yang nakal. James saja selalu ia larang untuk mengkonsumsi wiski api, apalagi mencoba minuman alkohol Muggle.

"Tidak mungkin, wajah-wajah mereka terlalu polos untuk—suka mabuk."

Badan si remaja menggeliat. Lily takut jika kehadirannya akan membuat anak itu terkejut. Jarak mereka begitu dekat. Lily merubah posisinya untuk duduk di sofa tunggal tak jauh dari si remaja. Dari arah itulah, Lily begitu leluasan memperhatikan lekuk wajah khas dari remaja itu. Kelopak matanya, bagaimana sudut bentuk hidungnya, serta lekuk bibir itu.

Outside (time travel HP fanfic)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang