Bus kampus kelima baru saja berangkat dari halte, namun Merona tetap bergeming di tempat duduknya. Kedua kakinya bergelayut manja sebab tidak dapat menyentuh lantai halte bus. Merona bukan tipe cewek tinggi semampai dengan kaki jenjang, hal ini membuatnya terlihat kecil dengan ukuran berat badan yang kurang dari ideal.
Tak apa.
Sering kali Merona bersyukur karena dengan postur tubuhnya yang mungil, ia tidak perlu bersusah payah menjaga pola makan dan percaya pada program diet seperti yang dilakukan oleh kebanyakan teman-teman sebayanya. Satu hal lain yang ia syukuri adalah fakta tentang berat badannya yang tidak mudah naik meskipun ia mengonsumsi makanan dalam jumlah berlebih. Baginya, tentu saja hal ini sangat menyenangkan.
Oca: Mer, lo nggak masuk kelas Pak Hamdi?
Merona: Absen dulu, Ca..
Oca: Majalah lo belum selesai ya? Kenapa lo nggak bilang mau absen kelas Pak Hamdi sih? Kan gue juga mau bareng.
Merona: Nggak, Ca. Majalah sih udah rampung. Udah gue finishing malah. Mager aja, banyak pikiran hahahaha Salam buat Pak Hamdi ya..
Oca: Ngaco lo! Btw, janjian di kantin setengah jam lagi dong, Mer. Lo di mana sih sekarang?
"Mer! Lo nunggu siapa?" Seruan Dimas dari atas motor yang tiba-tiba parkir di depan halte bus membuat Merona lupa membalas WhatsApp dari Oca. Dimas membuka helm dan tersenyum ke arah Merona.
Dimas adalah teman satu angkatan Merona di kampus. Hanya saja, mereka beda jurusan. Dimas di Teknik Mesin, sedangkan Merona di jurusan Desain Grafis. Keduanya saling kenal sebab sering bertemu di kantin ketika jam makan siang, bahkan di sore hari setelah kelas berakhir. Kebetulan mereka pernah berada di dalam satu kepanitiaan acara pameran fotografi di kampus, semester ganjil kemarin. Sejak saat itu Dimas semakin mengenal Merona, si cewek periang yang kalau lagi jutek atau marah justru membuat Dimas semakin gemas.
Dari simpang siur yang beredar, banyak yang mengatakan bahwa Dimas ada rasa ke Merona. Namun hati Merona sudah lama terhuni oleh seorang kakak ketemu gede yang dikenalnya sejak masih SMA.
Namanya Kemal. Tanpa disengaja, Merona dan Kemal juga menuntut ilmu di kampus yang sama. Kemal memilih jurusan Teknik Informatika, bersebelahan dengan gedung Teknik Mesin. Ketika jam makan siang, Merona bisa dengan sengaja lalu-lalang melewati gedung Teknik Informatika hanya untuk melihat Kemal yang sering nongkrong bersama teman-temannya di pendopo teknik.
Pendopo teknik adalah sebuah basecamp untuk mahasiswa-mahasiswi anak teknik di kampus. Berbentuk persegi dan memiliki pola tempat duduk seperti huruf U. Di sana juga terdapat mading informasi yang berada di bawah pengawasan Kominfo BEM kampus. Mading ini biasanya berisi info-info kegiatan atau beasiswa di kampus.
Kecenderungan Merona lalu-lalang melewati gedung Teknik Informatika pun dimanfaatkan oleh Dimas agar bisa intensif menggoda Merona.
Pernah suatu waktu, ketika Dimas sedang melakukan aksi pendekatan ke Merona di depan gedung Teknik Mesin, Merona mendapati Kemal sedang memperhatikannya dari pendopo teknik. Sorot matanya tajam seperti penasaran dan ingin tahu siapa laki-laki yang sedang dekat dengan adiknya. Merona yang saat itu menyadari pandangan Kemal, memilih untuk langsung pergi menjauhi Dimas.
"Eh, elo, Dim! Wah lo cabut kelas juga ya?"
"Nggak. Dosen gue nggak masuk."
"Ooh.."
Dimas memicingkan sebelah matanya.
"Mau bareng nggak? Mumpung gue masih jomblo nih, jok belakang masih kosong. Besok-besok kalau gue udah nggak jomblo, gue nggak bisa nebengin lo lagi, Mer. Hehehe.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Merona Oranye
General Fiction"Sampai pada akhirnya yang tetap adalah yang tepat." Jangan sengaja berjalan untuk mencari. Terus saja melangkah. Dalam perjalanan, kamu akan menemukan. Ah, sesungguhnya dipertemukan, oleh semesta. Selamat menemukan! ❤ __________ Cover Design : sace...