"Kamu di mana?"
"Di toko."
"Mau main ke Rumah Holahoho?"
"Eh?"
"Saya mengundang kamu ke sini. Kalau minat, kamu boleh datang kapan aja."
"Ada siapa di sana?"
"Anak-anak dan buku. Ada saya."
Rara terdiam. Rumah Holahoho adalah rumah baca sederhana atau bisa disebut juga sebuah ruang perpustakaan kecil yang diciptakan oleh Ben di daerah dekat rumahnya. Ruang perpustakaan itu hanya sebuah ruko bekas yang kemudian diambil alih oleh Ben untuk meletakkan buku-buku yang tidak lagi mendapatkan lahan di dalam kamar.
Ternyata ruang sederhana itu mendapat sambutan positif dari anak-anak di lingkungan sekitar, padahal niat semula Ben hanya ingin menjadikan ruko bekas itu untuk perpustakaan pribadi dan ruang kerja untuk Ben sendiri. Setahun kemudian Ben merenovasi ruko bekas itu menjadi dua lantai, sebab koleksi buku-bukunya bertambah banyak dan membutuhkan rak-rak baru.
Di lantai atas, Ben membuat sebuah dapur kecil dan toilet di sudut ruangan, sisanya diisi oleh banyak rak buku dan beberapa meja kecil yang terletak di atas karpet. Sedangkan di lantai bawah, Ben membuat sekat yang terbuat dari lembaran papan cukup tebal di pojok belakang dekat tangga. Ben menjadikan ruangan itu sebagai ruang untuk menyalurkan inspirasi dalam menulis dan membuat ilustrasi, tempat ia bekerja.
Ben membebaskan anak-anak untuk datang kapan saja ke Rumah Holahoho, selama ia berada di sana. Sebab, kalau Ben harus datang ke kantor atau bepergian untuk mendapatkan informasi kebutuhan artikel web, Ben menutup Rumah Holahoho.
"Mmm, hari ini saya nggak bisa. Ada deadline ilustrasi yang harus saya selesaikan. Kalau besok siang saya main ke sana, bagaimana?"
"Boleh. Besok saya ada di sini dari pagi sampai malam."
"Oke."
Rara mengakhiri telepon. Ben termasuk salah satu tipe manusia yang to the point saat bicara, sedangkan Rara tidak suka basa-basi. Hal ini yang membuat Rara merasa nyaman dengan Ben. Banyak sekali kesamaan antara ia dan Ben. Keduanya sama-sama menyukai musik indie tanah air. Sama-sama menyukai karya sastra terutama puisi. Menyukai langit dan laut. Rara dan Ben sama-sama berbakat dalam membuat gambar ilustrasi. Keduanya sama-sama introver.
Menemukan seseorang yang seperti cerminan diri kita sendiri bukankah sesuatu yang langka dan menyenangkan?
***
Mei 2016.
Papa tidak pergi. Papa di sini. Tetapi Papa pergi. Tidak, Papa di sini. Aku bisa melihat Papa, aku bisa mendengar suara kaki kursi biru Papa bergesekan dengan lantai. Aku melihat ke arah Papa dan Papa juga melihat ke arahku. Kami bertatapan. Tetapi kami diam.
Papa diam. Aku diam.
Papa pergi. Mengabaikan aku yang perjalanannya masih sangat jauh. Masih terlalu kecil dan perjalananku masih sangat jauh. Melewati kelulusan masa putih merah tanpa Papa. Melewati masa putih biru tanpa Papa. Melewati masa putih abu-abu tanpa Papa. Melewati masa menjadi mahasiswi tanpa Papa. Bahkan Papa melewati moment satu hari aku memakai toga. Teman-temanku saat itu bersama papanya. Aku seperti anak kecil yang juga ingin ada Papa di sana. Tetapi Papa pergi, sudah lama pergi. Tidak, Papa tidak pergi. Papa di sini.
Aku diam. Papa diam. Sudah terlalu lama kita diam.
Papa masih menanggung semua yang aku lakukan di dunia. Perhitungan semesta untuk Papa di akhirat nanti. Aku masih menjadi bebannya Papa. Aku hanya bisa menjaga apa yang bisa aku jaga, karena Papa masih menanggung semua yang aku lakukan.
Papa diam. Aku diam. Sudah terlalu lama kita diam.
Papa tidak pergi. Papa di sini. Tetapi Papa pergi. Sepertinya sore ini aku harus bicara pada Papa. Aku harus buka suara. Aku harus menyampaikan apa yang semestinya aku sampaikan.
Untuk Papa yang kata rindu untuknya melebam dan kasih cinta yang semestinya tidak pernah padam.
***

KAMU SEDANG MEMBACA
Merona Oranye
General Fiction"Sampai pada akhirnya yang tetap adalah yang tepat." Jangan sengaja berjalan untuk mencari. Terus saja melangkah. Dalam perjalanan, kamu akan menemukan. Ah, sesungguhnya dipertemukan, oleh semesta. Selamat menemukan! ❤ __________ Cover Design : sace...