Juni 2016.
Setelah bertahun-tahun, aku pikir kasih cinta dan sayang di antara kita sudah padam, entah tersisa sedikit atau tidak sama sekali. Karena kecewa, karena amarah, karena ada satu hal, yang kemudian berujung jadi dua atau tiga hal, membuat jarak yang begitu nyata antara kita, jarak antara Papa dan anak perempuannya. Jarak yang membuat kaku. Jarak yang menjadi dingin.
Sejak tadi siang, tidur Papa seperti tidak nyenyak. Sebentar-sebentar terbangun. Setelah aku menemani Papa fisioterapi sederhana di rumah, aku bicara pada Papa.
"Papa kenapa tidurnya nggak tenang? Memikirkan apa?"
"Memikirkan kamu."
"Kenapa memikirkan Merona? Merona sudah besar. Usia Merona sekarang sudah kepala dua hehe Papa nggak usah memikirkan apa-apa ya? Oke?"
Papa mengangguk, pelan.
"Merona, jangan nakal ya."
"Iya, Merona nggak nakal ya, Pa."
"Merona, jangan nakal ya."
"Iya, Papa. Merona janji bakalan jadi anak baik-baik ya. Papa mau apa sekarang?"
"Mau peluk Merona."
Pa, aku tahu satu hal. Kasih cinta dan sayang di antara kita tidak pernah padam. Selama ini hanya tertutup sesuatu yang salah, sesuatu yang sangat aku sesalkan.
Sekarang aku percaya, Papa adalah cinta pertamanya Merona.
Aku rindu disayang Papa. Aku rindu dipeluk Papa.
***
"Jadi dulu, Papa selingkuh?"
"Iya. Dari Papa, saya belajar tentang hilangnya kepercayaan. Tentang kecewa yang sangat mendalam. Tentang amarah yang bisa mengendap selama bertahun-tahun. Tentang broken home."
"Lantas, kamu menuangkan semua perasaan itu ke mana?"
"Diary. Saya menulis diary sejak kecil, itu pun Papa yang mengajarkan. Saya mulai mengenal dunia tulis-menulis dari Papa. Saya mulai bersahabat dengan buku juga karena Papa. Sejak kecil, Papa sering membelikan saya buku. Buat saya baca, katanya.
Tapi Papa sakit. Saya mulai sadar untuk melunturkan semua kebencian pada Papa karena melihat kondisi kesehatan Papa yang semakin hari semakin menurun. Sampai kemudian, saya kembali merasakan punya Papa lagi. Setelah bertahun-tahun kehilangan sosoknya. Setelah bertahun-tahun hidup satu atap dengan Papa tapi hubungan antara kita sangat dingin.
Saya yang sejak kecil begitu dekat dengan Papa, merasa semesta begitu baik mengizinkan saya dan Papa bisa kembali dekat seperti waktu saya kecil. Saya merasa ada bagian dalam hidup saya yang hilang. Masa-masa remaja dan menuju dewasa tanpa Papa.
Oleh sebab itu, ketika saya dan Papa kembali bicara, saya merasa ingin memaksimalkan waktu bersama Papa. Ada banyak sekali penyesalan, merasa banyak waktu antara saya dan Papa yang terbuang sia-sia. Kalau saja saya bisa memutar kembali waktu, memperbaiki semua keadaan yang telah rusak dan berantakan."
"Sekarang kondisi Papa bagaimana?"
Rara tersenyum. Sebentar menatap langit yang biru cerah. Sekilas ia melihat ada seekor burung melintas dan bersembunyi di balik daun pohon yang rindang. Teras Rumah Holahoho menjadi salah satu tempat favorit bagi Rara semenjak ia mengenal Ben.
"Papa udah sehat, udah bahagia. Papa nggak lagi merasakan sakit." Rara tersenyum sambil memejamkan kedua mata, menikmati angin yang berembus pelan dan sangat meneduhkan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Merona Oranye
Aktuelle Literatur"Sampai pada akhirnya yang tetap adalah yang tepat." Jangan sengaja berjalan untuk mencari. Terus saja melangkah. Dalam perjalanan, kamu akan menemukan. Ah, sesungguhnya dipertemukan, oleh semesta. Selamat menemukan! ❤ __________ Cover Design : sace...