7 . Terungkap

750 71 2
                                    

"Lo jujur sama Kemal?? SERIUS?" Oca melototi mata Merona, nyaris tidak percaya sahabatnya itu berani menyatakan perasaan.

"Ssst, eh! Jangan teriak gitu, Ca."

"Yaaa, kaget dong gue! Terus apa katanya?"

"Maaf."

"Maaf? Lo ngajak dia pacaran?"

"Nggaklah! Tapi kenapa nyesek banget dia jawab gitu ya, Ca?"

"Dia nggak bilang apa-apa lagi selain maaf?"

"Katanya, gue adiknya selamanya, nggak bisa berubah, nggak akan berubah."

"SHIT! Gue bilang apa? Hubungan kakak-adik ketemu gede itu nggak masuk akal. Pasti ada salah satu pihak yang hatinya lebam sendirian."

"Setidaknya gue udah lega sekarang."

Merona menepis perasaannya sendiri. Ia bersikeras untuk tidak larut dalam kesedihan. Sudah sebulan berjalan setelah pemberian surat itu. Sejak itu pula Merona dan Kemal tidak berkomunikasi. Kemal hilang dari peredaran di Twitter. Biasanya Kemal suka me-retweet apa pun yang menurutnya perlu ia share. Sebagian besar tentang isu-isu sosial dan perkembangan teknologi. Mungkin Kemal sengaja menghilang, sebab ia tahu Merona masih aktif menjadi pengguna Twitter.

Di kampus pun Kemal jadi jarang terlihat. Sesekali Merona melihatnya sedang berjalan menuju tempat parkir motor atau ruang komunitas catur. Kemal sudah jarang terlihat sedang duduk di pendopo teknik, apalagi di kantin teknik. Merona bertekad ingin melupakan Kemal, untuk sementara waktu, sampai perasaan untuk Kemal tidak lagi bergejolak dan hidup. Hal ini yang menyebabkan Merona merasa baik-baik saja meski Kemal tidak lagi menghubunginya.

Merona mulai sibuk mencari perusahaan-perusahaan untuk tempat praktik indusri atau bahasa lainnya magang. Hal ini cukup mengalihkan kesedihan dan kesepian yang ia rasakan.

Dalam jangka waktu dua bulan, ia harus mendapatkan tempat untuk praktik industri. Itu adalah salah satu syarat pengajuan judul Tugas Akhir. Sama halnya tanpa laporan praktik industri, seluruh mahasiswa tidak akan bisa lulus.

Beberapa daftar target perusahaan sudah Merona buat, kemudian ia akan menyiapkan berkas-berkas pendukung seperti surat lamaran, scan transkip nilai, dan pas foto. Merona ingin totalitas pada praktik industrinya. Bukan serta-merta hanya untuk mencari ilmu, apalagi nilai. Melainkan juga untuk meredam segala perasaan yang membuncah pada Kemal, sebagai pengalihan pikiran dan perasaan.

***

November 2008.

Aku di sekolah, tadi siang. Ketika kelas mata pelajaran Bahasa Jepang sedang berlangsung, tiba-tiba aku mendapat sms dari kakakku. Papa terbukti selingkuh.

Bunda melakukan penyelidikan secara diam-diam ke kantor Papa. Berkat bantuan beberapa teman dekat Papa di kantor, mereka dengan sukarela membantu Bunda membuntuti Papa sepulang dari kantor, Papa tertangkap basah selingkuh dengan mantan pacarnya sewaktu kuliah. Bunda mengenali perempuan itu.

Awal tahun ini, Papa dan Bunda bertemu dengannya di pemakaman suami perempuan itu. Penyebab kematian suaminya adalah penyakit jantung kronis. Perempuan itu tidak memiliki anak. Setelah aku pikir-pikir lagi, perubahan Papa di rumah bermula selepas hari pemakaman itu. Terjawab sudah penyebab semua perubahan Papa dan alasan Papa jarang pulang ke rumah selama sebulan belakangan.

Ketika mendengar berita itu tadi siang di sekolah, air mataku tiba-tiba mengalir. Rasanya aku ingin marah. Ingin berteriak. Ingin menangis sekencang-kencangnya. Aku izin keluar kelas ditemani Niken, teman satu mejaku, pergi ke toilet sekolah. Aku memutar semua keran air sehingga toilet menjadi bising dengan suara air yang mengalir.

AKU BENCI PAPA! AKU SANGAT MEMBENCI PAPA!

Bagaimana bisa Papa selingkuh dengan mantan pacarnya? Bagaimana bisa Papa mengabaikan perasaan Bunda? Bagaimana bisa Papa melupakan keberadaan ketiga anak perempuannya? Papa adalah satu-satunya laki-laki di rumah. Satu-satunya panutan. Papa adalah pemimpin di rumah. Papa seharusnya menjadi cinta pertama untuk setiap anak perempuan di dunia. Menerima kenyataan perubahan Papa saja sudah membuat AKU MUAK! Terlebih harus menerima kenyataan PAPA SELINGKUH!

INI GILA!!!

Papa tidak pulang ke rumah dengan alasan ada pekerjaan di kantor. Ternyata Papa bermalam di rumah perempuan itu.

PAPA TIDAK PULANG KE RUMAH DAN MEMBIARKAN KAMI MENUNGGU SAJA SUDAH SALAH!

Tadi di sekolah, perasaanku benar-benar berantakan. Niken coba menenangkan aku yang mulai kehilangan akal sehat. Kalau bukan karena adanya Niken, entah apa yang akan aku lakukan di dalam toilet. Entah seberapa lama aku menangis. Aku meraung. Aku memukul-mukul kedua tanganku ke dinding wastafel. Efeknya adalah sekarang kedua tanganku terasa amat sakit dan sedikit membiru.

Aku kembali ke kelas dengan mata membengkak. Aku tidak peduli meski seiisi kelas memperhatikanku. Niken dengan sangat baik menemani dan terus menenangkan. Meski rasanya aku ingin mengatakan segala macam sumpah serapah dan menangis seharian.

Pa, entah apa pun alasan di balik semua tindakan Papa yang tidak masuk akal. Sangat tidak masuk akal! Papa membuat aku sangat kecewa dan marah.

SANGAT MEMBENCI PAPA.

AKU BENCI PAPA.

***

Merona OranyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang