Empat tahun yang lalu.
Hari pertama saat MOS masuk Sekolah Menengah Atas.
Gue, Alvairin Damara. Perempuan berambut gelombang sebahu yang baru masuk SMA.
Di hari mos pertama, gue udah dipertemukan sama kakak kelas sipit yang berhasil curi perhatian gue.
Mata gue terus natap dia yang lagi ngobrol sama kedua temen cowoknya, sesekali dia juga tersenyum sampe matanya tinggal segaris.
Gak mau ketahuan gue lagi curi-curi pandang sambil mengagumi kakak kelas itu, dengan segera gue alihin pandangan gue ke arah kanan dan kebetulan bisa gue liat temen sejak SMP gue natap lekat atau mungkin lebih ke artian kagum.
Calon saingan nih, batin gue pas tau obyek yang dia tatap. Ya, kakak kelas sipit yang tadi gue liatin.
"Alva, kakak kelas itu manis ya" ucap temen SMP gue. Gue cuma ngangguk toh nyatanya emang kakak kelas itu manis.
"Yang sipit kan?" tanya gue lebih memastikan. Perempuan itu mengangguk berkali-kali dengan senyum di bibirnya.
"Pengen tau siapa namanya"
Tanpa gue duga, cowok yang menjadi bahan gibahan gue sama temen gue sekarang berjalan mendekat ke arah gue dan berakhir dia duduk tepat di depan gue. Bikin jantung gue deg deg an. Padahal cuma duduk di dekat dengan jarak deket. Gimana kalo entar duduk barengan di pelaminan?
Gue sadar baru saja temen SMP gue ngelirik kasih gue isyarat buat tanyain nama cowok manis sipit itu. Malu sih sebenernya, tapi mau gimana lagi? Gue juga kan kepo sama nama kakak kelas itu.
Baru juga gue buka mulut, mata sipit cowok itu menatap tepat ke arah gue, setelahnya bisa gue lihat sebuah senyuman terukir di bibirnya dan mau gak mau gue membalasnya dengan senyum tipis.
"Kak" panggilku dengan sedikit berbisik. Cowok itu menaikkan kedua alisnya lalu sedikit mencondongkan badannya ke arah gue. Ya Tuhan, kuatkan hati ya lemah ini.
"Nama kakak siapa?" tanya gue setelah mengumpulkan keberanian. Terlihat jelas dia terkejut namun setelahnya tangannya memegang bagian baju dimana ada name tag di sana lalu ia tunjukkan ke gue dan kini gue tau siapa nama laki-laki yang udah curi perhatian gue itu.
Satriyo June Atmaja.
Gue menganggukkan kepala mengerti dengan bibir membentuk huruf O.
"Panggilnya siapa?"
"June"
Serak seksi anjir.
Beberapa saat gue terdiam, masih mengagumi suara seksi milik cowok yang baru saja gue ketahui namanya.
"Mau permen gak?" tawar kak June dengan tangan yang sudah masuk ke dalam saku seragamnya.
Lamunan gue buyar. Bisa gue liat di atas telapak tangannya kini udah ada dua buah permen kino rasa duren. Pasti dia ambil dari bawaan peserta mos, termasuk gue.
"Makasih kak" ucap gue sembari mengambil satu bungkus permen dari tangannya.
Kak June cuma tersenyum tipis. Lalu apa kabar gue? Jangan ditanya lagi. Mau ambyar aja rasanya.
Cuma karena satu permen kino duren, gue jatuh cinta sama kak June.
---
Mos sudah berakhir seminggu yang lalu, kegiatan belajar mengajar juga udah mulai aktif.
Bel dua kali tanda istirahat baru berbunyi. Siswa yang awalnya fokus memperhatikan guru yang menyampaikan materi kini bersorak dengan tangan yang langsung menutup buku dan memasukkannya ke dalam laci. Setelahnya mereka berlomba-lomba keluar ketika guru sudah pergi meninggalkan kelas. Begitu juga gue yang langsung pergi menuju koperasi siswa untuk membeli makanan ringan.
Tinggal beberapa langkah menuju pintu kopsis, mata gue lihat sosok kak June yang berdiri di samping pintu lagi ngobrol sama teman-temannya. Langkah kaki semakin gue percepat dan ketika sampai di depan kak June, gue memberanikan diri buat nyapa dia.
"Kak June" sapa gue, tentu saja dengan senyum yang terukir di bibir.
FAK!!
Bukannya membalas sapaan gue, kak June justru asik ketawa sama temennya. Masa iya kak June gak denger? Padahal gue udah yakin kalo suara gue barusan masuk kategori keras. Tapi tunggu! Barusan juga gue liat June ngelirik gue walopun sekilas. Bukankah itu berarti kak June tau dan sadar kalo baru saja gue nyapa dia? Tapi kenapa cuekin gue?
Baiklah baiklah. Gak bakal gue sapa lo lagi. Cukup sekali.
• Tbc •
KAMU SEDANG MEMBACA
hawt kakel - june [✔]
Historia CortaCuma karena satu permen kino duren, gue langsung jatuh cinta.