Sembilan

2.3K 223 24
                                    

Gera heran melihat Novi yang sedari tadi hanya diam sambil tersenyum. Ada sesuatu yang aneh terjadi pada Novi hari ini. Tadi siang sampai sore Novi tidak ada di rumah yang membuatnya harus terjebak menemani Artha bermain ps sampai Novi pulang.

Saat Gera bertanya pada Artha ke mana Novi, lelaki yang lebih tua satu tahun darinya itu selalu mengalihkan pembicaraan yang membuat Gera harus menahan kesal seharian. Waktu pukul enam petang, Novi baru sampai rumah dan Gera tidak tahu kedatangan gadis itu.

"Lo kenapa dari tadi senyum mulu sih, Nov?" tanya Gera pada akhirnya.

"Ya lagi seneng aja tadi habis jalan-jalan ke pantai," jawab Novi santai.

"Ke pantai? Sama siapa? Bukan cowok, kan?" tanya Gera dengan nada yang mulai meninggi.

"Apaan sih, bukan urusan lo ya, abang Gerano yang paling ganteng," sahut Novi yang tak ingin menjawab pertanyaan Gera yang mulai posesif.

Gera memilih diam tak menanggapi lagi perkataan Novi. Novi memilih mengambil ponselnya yang berada di atas meja. Gadis itu membuka ruang obrolan antara dirinya dan Adrian. Sejak beberapa menit yang lalu Adrian telah mengiriminya pesan.

Adrian Mahesa : Seneng kan tadi?

Novita A. R : Nggak tuh, b aja.

Adrian Mahesa  : Kok tadi senyum terus. Gue yakin sampai sekarang masih senyum tuh.

Novi membaca pesan dari Adrian dengan senyuman yang tak lepas dari bibir tipisnya. Ada sesuatu yang menggelitik dalam perutnya saat membaca pesan dari Adrian. Dia jarang sekali mendapatkan perlakuan manis dari seorang pria. Biasanya hanya bentakan kasar dari Gera.

Gera yang melihat Novi seperti orang gila sambil memainkan ponselnya mejadi penasaran. Tanpa diduga, Gera merebut ponsel gadis itu, hingga Novi memekik kaget. Gadis itu melotot dengan wajah merah padam karena emosi. Gera berhasil membuatnya emosi.

"Gera! Apaan sih lo! Balikin hp gue!" teriak Novi sambil mencoba merebut ponselnya.

Gera hanya menaikkan sebelah alisnya, lalu membaca pesan dari Adrian yang membuatnya merasakan kesal luar  biasa. Novi mengabaikannya karena lelaki bernama Adrian itu. Gera mengetikan sesuatu untuk membalas pesan dari Adrian.

Novita A. R : Jangan dekati Novi, Njig!!!

Novita A. R : Atau lo mau hidup lo nggak tenang! Jauhi Novi, Brengsek.

Adrian Mahesa : Ini siapa ya? Gue nggak peduli.

"Setan!" umpat Gera emosi. Lalu lelaki itu memilih memblokir akun milik Adrian.

Gera tak suka Novi berdekatan dengan pria lain. Dia merasa panas jika Novi tersenyum bukan untuknya. Lelaki itu selalu tersulut emosi jika Novi berhubungan dengan pria, bahkan dulu waktu dirinya masih SMA, selama dua puluh empat jam Gera selalu mengintili Novi, dan tidak segan menghajar lelaki yang mengobrol dengan Novi. Meski dirinya dulu menjabat sebagai ketua OSIS, tapi dia sering keluar masuk BK hanya karena menghajar siswa yang mendekati Novi. Gera itu posesif.

Novi hanya bisa mendesah lelah dan menyiapkan prakata untuk menjelaskan semuanya pada Adrian besok. Semoga Adrian mengerti. Kini tatapan Novi beralih ke arah ponselnya yang berada di genggaman Gera. Dalam hati Novi berharap ponselnya akan tetap selamat, meski ia yakin Gera tak segan-segan untuk membantingnya hingga pecah.

Belum juga sedetik Novi membatin, ponsel itu kini sudah terlempar ke lantai dengan suara tang membuat Novi hanya bisa memejamkan matanya. Gera memang gila, tapi dia tahu, itu karena khawatir.

Kode (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang