Dua Puluh Tiga

1K 69 0
                                    

Hubungan Novi dan Gera semakin membaik setiap harinya. Novi semakin yakin dengan perasaannya, meski ada sedikit yang masih mengganjal, tapi setidaknya dia mulai bisa memilih ke mana hatinya dan apa yang hatinya mau.

Beberapa minggu ini, setelah kejadian di kontrakan Adrian, lelaki itu tak terlihat lagi. Novi sering mencari keberadaannya, tapi jejaknya seolah hilang ditelan bumi. Bahkan Adam pun meski sering melihat, dia begitu sulit untuk diajak bicara.

Pada kesempatan istirahat kali ini, Novi bertekad untuk menemui Adam dan berbica dengan lelaki itu. Sungguh Novi ingin mengetahui kabar tentang Adrian yang lenyap begitu saja setelah kejadian itu.

Novi melihat keberadaan Adam di kantin dan sedang makan bakso bersama teman-temannya. Tanpa berpikir panjang, Novi menghampiri Adam yang membuat bangku panjang tempat lelaki itu duduk bersama teman-temannya menjadi riuh. Novi memutar bola matanya malas mendengar celetukan teman-teman Adam.

"Gila, Dam. Lo nggak takut sama Bang Gera berani sama Novi."

"Novi ini, Dam. Sadar dia udah punya macan yang siap menerkam."

"Adam masih baik-baik aja, 'kan?"

Dan celetukan-celetukan serupa yang membuat Novi sakit kepala. Novi melirik teman-teman Adam yang masih tidak bisa diam itu. "Kalian makannya udah selesai apa belum? Boleh gue pinjem Adam sebentar buat ngobrol berdua?"

Adam mendelik ke arah Novi saat gadis itu mengatakan hal itu kepada teman-temannya. "Kalian bisa pindah gempat dulu?"

Dengan sorakan riuh yang menjadikan mereka pusat perhatian di kantin kali ini, teman-teman Adam pergi dan meninggalkan Novi dan Adam berdua. Novi duduk di depan Adam, menatap lelaki itu dengan serius.

Adam menghela napasnya. "Kenapa lo nemuin gue sampai bikin heboh gini?"

"Gue mau tanya tentang Adrian," tembak Novi langsung tanpa bada-basi.

Adam terkekeh pelan dengan sikap Novi yang benar-benar tak ada basa-basinya itu. "Kenapa nanyain dia? Lagian lo juga udah bahagia 'kan sama Bang Gera?"

"Gue mau mastiin perasaan gue, Dam. Tolong ngertiin gue, Dam. Gue butuh ketemu dia," jawab Novi dengan raut frustasi.

"Lalu setelah lo udah mastiin perasaan lo, lo mau ninggalin Adrian gitu aja dan bahagia sama Bang Gera?" sarkas Adam yang membuat Novi seketika bungkam.

Novi tampak menghela napasnya berkali-kali. Dia bingung bagaimana untuk meyakinkan Adam. Tentang perasaannya yang merasa kehilangan Adrian. Ada sesuatu yang kosong pada dirinya saat tak ada Adrian.

"Gue marasa kehilangan dia, Dam. Entah bagaimana perasaan gue ke Gera, semua menyenangkan, tapi ada yang kurang. Gue nggak tau. Gue hanya ingin semuanya jelas," jelas Novi setelah lama ia terdiam.

Adam menatap Novi. Membaca apa yang ada dalam kepala gadis itu. "Adrian pergi, dia rehabilitasi. Keputusan dia akhirnya. Dia menyerah tentang lo, Nov. Dia ingin memperbaiki diri demi lo juga."

Novi menghela napasnya lega. Setelah mengetahui Adrian baik-baik saja, juga sedang menjalani pengobatan. Ada sesuatu yang berat terlepas dari pundak Novi. Dia sekarang bisa membaca ke mana arah hatinya. Meski ada sedikit ragu, tapi dia akan menekan rasa ragu itu.

Adam menepuk pundak Novi, lalu tersenyum. "Sekarang lo bisa baca perasaan lo. Lakukan apa yang hati lo inginkan, jangan ragu lagi!"

Setelah berbicara, Adam bangkit dan meninggalkan Novi yang masih setia terduduk di sana. Memikirkan segalanya. Segala kemungkinan yang terjadi.

👣👣👣

Gera sudah menunggu Novi di depan sekolah Novi. Lelaki itu memainkan ponselnya untuk memberi kabar bahwa dia sudah sampai di sekolah Novi. Hari ini Gera dan Novi akan pergi jalan-jalan. Banyak hall yang akan mereka lakukan. Menghabiskan waktu berdua sampai menjelang gelap.

Sembari membunuh rasa bosan menunggu Novi, lelaki itu membaca jurnal untuk kepentingan tugas kuliah. Sesekali mata lelaki itu melirik ke gerbang untuk memastikan Novi sudah keluar atau belum. Sudah banyak siswa berhamburan keluar. Gera mematikan ponselnya. Mengamati dengan seksama kehadiran Novi.

Saat ia menangkap bayangan sosok gadis dengan ransel abu-abu, lelaki itu menegakkan badannya dan tatapannya terkunci ke arah Novi, berharap gadis itu menyadari kehadirannya. Tak berapa lama, pandangan mereka bertemu. Novi segera melebarkan senyumnya dan berjalan ke arah mobil Gera.

Tanpa banyak bicara, Novi segera membuka pintu mobil Gera dan duduk di samping Gera. Lelaki itu mengulurkan botol air mineral kepada Novi yang langsung diterima dan diteguk oleh Novi.

"Capek banget ya?" tanya Gera basa-basi.

"Kayak nggak pernah sekolah aja nanyanya, Ger," sahut Novi ketus yang membuat Gera tekekeh.

"Adrian udah ada kabar?" tanya Gera yang kini mulai melajukan mobilnya.

"Kata Adam, dia rehabilitasi, Ger." Gera tampak terkejut dengan perkataan Novi, pasalnya dia tak tahu apa yang terjadi pada Adrian.

"Rehabilitasi? Dia kenapa?"

Novi menghela napasnya. "Dia pengguna, Ger. Sorry gue nggak pernah cerita masalah Adrian. Dia sempat sakau waktu lo jemput gue di kontrakan dia."

Sesungguhnya Gera ingin sekali marah kepada Novi, tapi dia tahan. Berkali-kali lelaki itu mengatur napasnya untuk meredam amarahnya. Dia benar-benar tak ingin merusak rencana hari ini dengan Novi karena lepas kendali.

"Jangan marah ya, Ger. Kita 'kan mau senang-senang, jangan cemberut gitu ah," bujuk Novi saat melihat wajah Gera mulai ditekuk.

Gera diam tak menanggapi. Dia mencoba meredam amarahnya. Dia tidak ingin membalas ucapan Novi. Dia tak ingin buka suara dan merusak segala rencana. Dia juga tak berhak sepenuhnya tentang urusan hati Novi pada Adrian. Jika Novi memang menaruh hatinya pada Adrian, maka Gera akan melepaskan gadis itu.

Setelah sekian lama hening, Gera melirik Novi. "Lo bawa baju ganti 'kan? Depan ada SPBU,  nanti lo ganti di sana."

Novi menoleh ke arah Gera. "Bawa. Sesuai rencana."

"Oke."

Gera segera membelokkan mobilnya dan memasuki area SPBU. Setelah parkir, Novi segera keluar membawa baju gantinya.

"Jangan ditinggal ya, Ger!" seru Novi sebelum menutup pintu mobil Gera.

Gera tersenyum. Melihat Novi yang sepertinya mulai terlihat tanpa beban seperti hari-hari sebelumnya. Gera menyimpulkan ini karena keadaan Adrian. Selama ini Novi merasa terbebani dan bimbang dengan perasaannya. Dan mungkin hati Novi mulai kembali pada dirinya sepenuhnya. Dan hal ini membuat jalan Gera lebih mudah untuk memiliki Novi tanpa ada rasa terbagi.

Tak lama kemudian Novi sudah duduk di sebelah Gera dan sudah berganti pakaian, tidak mengenakan seragam lagi. "Kita mau ke mana sih, Ger?"

"Ke Ancol."

Novi melebarkan matanya. "Ke pantai?"

Gera mengangguk. Novi bersorak riang. Sudah cukup lama dia tak ke pantai. Sepertinya Gera memang selalu mengerti dirinya dan kemauannya. Ya selama ini hanya Gera. Novi tak bisa menepis lagi semuanya. Pada akhirnya semuanya kembali seperti semula. Hatinya memang hanya milik Gera. Tak ada yang mampu menggeser lelaki itu, meski sempat goyah.

👣👣👣

Halo para pembaca setia... Tumben ya up nya cepet? Wkwkwk... Soalnya udah dekat dengan ending... Tinggal 1 chapter lagi... Sampai jumpa pada Ending ya besok... Hehehehe.😘😘😘

Kode (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang