Tujuh

2.3K 244 15
                                    

Gera memainkan pulpen miliknya selagi menunggu dosen pengampu mata kuliah hari ini. Sudah hampir setengah jam dosennya belum masuk juga. Lelaki itu melirik teman yang duduk di sampingnya.

"Ga, lo komting di kelas ini, kan?" tanya Gera yang sudah merasa bosan.

"Iya. Sedari tadi dosennya nggak ngehubungi, Ger. Kita juga nggak ada perjanjian kalau dosen telat lima belas menit kita bisa pergi," katanya dengan nada yang sedikit sebal.

Gera menghela napasnya. "Ini udah lama banget loh, kita nunggu."

"Bentar deh, gue hubungi dulu. Nunggu bentar nggak papa, kan?" katanya.

"Pokoknya kalau sampai sepuluh menit nggak ada kabar, gue balik!" tegas Gera tak bisa dibantah.

"Terserah deh. Gue juga capek jadi komting nggak jelas gini," ujar Arga lelah. "Lo habis ini mau pulang? Nggak main ke kos gue dulu sambil nunggu Eva gitu?" kepo Arga.

Gera menatap ke depan, lalu menggelengkan kepalanya sebagai jawaban. "Gue mau jemput teman gue."

"Temen? Anak kampus sini?" tanya Arga entah mengapa dia menjadi kepo dengan urusan teman yang sering main ke kosnya itu.

"Bukan. Dia masih SMA. Kemarin gue jalan sama dia, tapi dia pergi gitu aja, padahal mau gue kenalin sama Eva," jawab Gera.

Arga mengangguk paham. "Dia cewek?"

Gera membalasnya dengan bergumam, lalu lelaki itu mengeluarkan ponselnya dan mengetikan sesuatu kepada seseorang yang ingin dia jemput saat berada ini.

Gerano : Nov, gue jemput ya! Lo pulang jam berapa?

Novita A. R : Nggak usah, Ger. Gue mau ada perlu.

Gerano : Perlu? Sama siapa? Di mana? Cewek apa cowok?

Novita A. R : Bukan urusan lo, Ger! Jangan kepo jadi orang! Urusin tuh cewek lo!!!

Setelah membaca pesan terakhir dari Novi, Gera menggeram kesal. Novi menjadi aneh akhir-akhir ini. Semalam saja Novi tak menghubunginya sama sekali, padahal biasanya gadis itu yang paling bawel saat telpon Gera malam-malam dan menanyakan banyak soal hanya untuk basa-basi saja.

Sejak kemarin, Gera merasa Novi mulai menjauh. Entah itu hanya perasaannya saja atau memang benar.

"Kenapa, Ger?" tanya Arga saat melihat Gera menggeram.

"Dia menjauh," jawab Gera lemah.

Arga menepuk bahu Gera. "Gue tanya boleh?"

Gera mengerutkan dahinya. "Ya nanya aja, dari tadi udah nanya."

"Lo sayang sama Eva?" tanya Arga mulai serius.

Gera terkekeh, harusnya Arga tak perlu tanya lagi. Dia sudah jelas-jelas tahu kalau Gera sangat menyayangi Eva. "Ya jelas gue sayang."

"Lo cinta sama Eva?" tanya Arga lagi.

Gera tertawa sampai menggelengkan kepalanya. Arga aneh. "Nggak usah gue jawab, lo paham."

"Kalau gue tanya lo sayang nggak sama temen lo itu jawaban lo apa?" Arga kembali bertanya yang membuat Gera seketika diam.

"Gue sayang dia selayaknya kakak sama adiknya." Ada nada ragu dalam jawaban Gera.

Kode (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang