Delapan

2.4K 230 10
                                    

Kertas yang tadinya putih bersih kini telah berisi coretan-coretan angka tak beraturan. Suara merdu Ed Sheeran menemaninya sedari tadi. Matanya masih fokus dengan deretan angka yang kadang harus membuatnya mengumpat. Kini mulutnya komat-kamit mengikuti lantunan lagu.

Entah mengapa hari ini Novi hanya ingin sendirian di dalam kamar sambil belajar matematika. Padahal, dia harusnya belajar keseluruhan, bukan hanya matematika. Sudah berlembar-lembar soal dia kerjakan. Entah itu benar atau salah, tapi dia cukup menguasai.

Suara decitan pintu membuat Novi menghentikan aktivitasnya yang sedang menulis. Kepalanya mendongak untuk menatap orang yang masuk ke dalam kamarnya.

"Apa lagi sih, Kak?" tanya Novi saat melihat kakaknya yang sudah lima kali keluar masuk kamarnya.

"Lo nggak lagi sakit, kan?" Bukannya menjawab, Artha malah balik bertanya dengan tampang bodohnya.

Novi menggeram kesal, lalu menaruh penanya. "Sumpah, lo kurang kerjaan banget dari tadi keluar masuk nggak jelas cuma nanya hal nggak bermutu sama sekali!"

Artha berjalan mendekat. "Aduh adikku tersayang, nggak biasanya aja lo mau belajar kalau nggak ada ayang Gera."

Novi menatap Artha dengan tajam. "Gue mau ikut SBMPTN! Dan jangan sebut nama Gera!"

"Kenapa? Marahan sama ayang Gera?"goda Artha yang kini sudah duduk di samping Novi.

"Bodo amat, gue mau lupain Gera!" tegas Novi. Sedetik kemudian dia membekap mulutnya sendiri.

Artha menggelengkan kepalanya. Dia sudah tahu kalau adiknya itu menyukai Gera, bahkan orang bodoh manapun paham dengan sekali lihat kalau Novi suka Gera, tapi memang dasar Gera lebih tolol dari orang bodoh jadi dia tak akan paham, atau pura-pura tidak paham, entahlah hanya Gera yang tahu.

"Kenapa? Bukannya lo udah jatuh cinta sama Gera?" tanya Artha mulai serius.

Novi sedikit ragu untuk bercerita kepada Artha tapi dia kenal kakaknya, playboy yang mengerti perasaan wanita atau bisa dibilang cowok yang terlalu peka. "Gera udah punya pacar."

Artha mengusap rambut adik perempuannya itu, lalu mengacaknya dengan gemas yang membuat Novi mendelik sebal. Artha hanya nyengir sambil kembali merapikan rambut Novi. "Kalau gue bilang sebenarnya Gera suka sama lo, tapi dia nggak paham, lo percaya nggak?"

Novi menggeleng. "Kalau dia suka sama Novi, harusnya dia nggak pacaran sama Eva dugong itu dong."

"Dia nggak cinta sama Eva itu. Dia cuma salah mengartikan perasaannya. Dia cuma kagum sama Eva, tapi cinta sama lo," ucap Artha.

"Dari mana Kakak tahu?" tanya Novi penasaran.

"Lo lupa gue playboy?  Gue udah hafal di luar kepala sama orang macam Gera yang berbanding terbalik dengan gue," jawab Artha sedikit menyombongkan diri.

"Jadi playboy aja bangganya minta ampun," cibir Novi. Jeda sejenak sebelum Novi kembali bersuara, "Oh iya, Kak. Kemarin gue ketemu sama pacar lo tuh."

Artha melebarkan matanya. "Siapa?"

Novi mencubit lengan Artha gemas. "Siapa lagi pacar lo, pinter?" Kemudian gadis itu menyipitkan matanya. "Jangan-jangan lo jadi playboy sok kecakepan lagi ya?"

"Gue udah tobat, Tong. Emang lo kenal sama pacar gue?" sangkal Artha.

"Enggak sih, tapi gue sempet ngobrol aja gitu. Orangnya asik dan cerdas banget, pantes aja Kak Artha sampai cinta mati gini," ujar Novi memberi pujian pada sosok kekasih kakaknya itu.

Kode (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang