Delapan Belas

1.5K 120 5
                                    

Gera memberhentikan mobilnya tepat di depan gerbang sekolah Novi. Novi masih setia dalam kebisuannya sambil menatap ke arah luar jendela. Gera menatap Novi dengan heran, sejak tadi gadis itu hanya diam, tak menjawab saat Gera bertanya.

"Nov," panggil Gera.

Novi masih diam. Gera menghela napasnya. Lalu lelaki itu menyentuh bahu Novi. Novi tersentak, lalu menatap Gera.

"Apa, Ger?" tanya Novi seperti orang linglung.

Gera menggelengkan kepalanya. "Lo kenapa?"

Novi terdiam, lalu dia tersadar bahwa dia telah sampai di sekolahnya. "Eh, udah sampai ya?"

Gera hanya mengangguk. "Lo cerita dulu, lo kenapa?"

Novi melirik jam tangannya. "Udah mau masuk. Gue duluan ya, Ger!"

Novi segera keluar dari mobil Gera. Gadis itu bisa bernapas lega saat bisa menghindar dari pertanyaan Gera. Dia tak ingin membuat Gera kepikiran dengan apa yang saat ini menjadi beban Novi saat ini. Novi segera berjalan menuju ke kelasnya.

Sesampainya di kelas gadis itu hanya diam. Hal ini menarik perhatian bagi Sheril yang duduk di samping Novi.

"Lo kenapa, Nov?" tanya Sheril yang melihat Novi tak seperti biasanya. Sheril khawatir, Novi yang baru berangkat sekolah setelah kejadian yang membuat Novi harus rehat beberapa hari.

Novi menggeleng. "Nggak papa, cuma ada yang ganggu pikiran gue aja."

Sheril menyipitkan matanya. "Masalah Kak Gera?"

Novi menggeleng. "Gue nggak perlu cerita, 'kan?"

"Oke. Lo udah beneran sehat, 'kan?" tanya Sheril yang mengalihkan pembicaraan.

Novi bersiap membuka mulutnya, tapi belum sempat mengucapkan sudah ada suara yang menginterupsi.

"Novi, lo udah berangkat? Ya ampun, lo udah beneran sembuh,'kan?" teriak gadis yang kini sudah duduk di samping Novi setelah menggeser kursi kosong di dekatnya.

Sheril menatap sebal ke arah gadis itu. "Lo ya, Ya. Orang sehat aja bisa sakit karena lo, apalagi yang baru sembuh, bisa kembali drop."

"Sheril, jadi orang kok nggak tahu seni. Suara merdu seperti suara Adele gini masa bisa bikin sakit," ujar Tia sambil menggelengkan kepalanya dramatis.

Novi memutar bola matanya. Sungguh kedua orang ini membuat Novi menjadi pusing. "Lo berdua nggak usah ribut! Gue jadi pusing nih."

Kompak, keduanya diam. Novi menghela napasnya, lalu gadis itu menenggelamkan wajahnya di lekukan tangan yang berada di atas meja.

"Tia mulut toa, balikin kursi gue!" seru seorang lelaki yang kini berdiri di samping Tia.

"Eh, Sony Xperia bau ketek, pinjam kursi milik sekolah bentar aja udah kaya gue mau maling daleman aja sih," ujar Tia sebal sambil berdiri dari kursi yang ia duduki.

"Lo berdua berisik!" Sheril yang melihat kejadian itu akhirnya angkat suara.

Novi menegakkan tubuhnya, lalu pergi begitu saja dari kelas tanpa sepatah kata. Gadis itu berjalan melewati koridor-koridor yang tampak ramai karena sebentar lagi bel masuk akan berbunyi.

Kode (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang