Gera membuka kedua bola matanya. Hal pertama yang ia lihat adalah ruang tamu Eva. Dia ketiduran. Lelaki itu melihat ke sofa sebrang, ada Eva yanh yang juga ketiduran di sana. Gera memposisikan dirinya menjadi duduk, dan mengambil ponselnya yang berada di atas meja.
Lelaki itu mengecek ponselnya, ada banyak panggilan masuk yang tak terjawab. Ada dari mamanya, ada dari nomor tak dikenal. Perasaan Gera menjadi campur mawut. Lalu lelaki itu memeriksa pesan masuk. Ada banyak pesan dari mamanya.
Mama : Gera, kamu di mana?
Mama : Gera, mama mohon untuk kali ini angkat telepon mama!
Mama : Gera, kalau kamu nggak mau ngangkat, mama cuma mau ngasih tahu, Novi di rumah sakit.
Jantung Gera terasa jatuh ke perut. Kenapa dia tidak tahu. Gera mengacak rambutnya frustasi. Ada apa dengan Novi? Banyak pertanyaan hinggap di benaknya.
Lelaki itu menghela napasnya, lalu ada pesan masuk dari nomor tak dikenal yang memberitahukan hal serupa. Tentang Novi yang berada di rumah sakit dan sedang kritis.
Gera mematung di tempatnya. Rasa bersalah, takut, dan tak percaya hadir. Gera merasa benar-benar kehilangan arah. Dia lemas. Separuh jiwanya, penyemangatnya, alasannya, pahlawannya sedang terbaring lemah dan Gera tidak ada di sana. Gera hanya mampu diam. Ada dentuman keras yang seolah menonjok dadanya. Novi, gadis yang rela mengulurkan tangannya demi Gera, yang selalu rela meluangkan waktunya demi Gera.
Kepala Gera mendadak pusing. Ada amarah yang ingin dia salurkan. Tak butuh waktu lama, ponsel yang tadi berada di genggamannya kini sukses terlempar ke lantai. Keadaannya benar-benar hancur. Layanrnya pecah. Hal itu membuat Eva terbangun. Mata Eva spontan menatap ponsel Gera yang hancur.
Gadis itu bangkit dan dengan tertatih-tatih dia menghampiri Gera dan memeluknya. Gera hanya mampu diam. Ada sesak yang luar biasa karena air matanya tak mau keluar. Eva hanya bisa memeluk Gera dan mencoba menenangkan lelaki itu.
"Ada apa, Ger?" tanya Eva sedikit ragu.
Gera melepas pelukan Eva dan langsung bangkit, dia harus ke rumah sakit sekarang. Dia ingin melihat keadaan Novi. Gadis yang selalu ingin ia jaga. Gadis yang menjadi alasannya masih di sini.
"Gue harus ke rumah sakit. Novi kritis." Setelah mengatakan itu, Gera langsung berlalu dari rumah Eva tanpa menunggu respon dari Eva.
💩💩💩
Gera segera berjalan ke arah ruang ICU. Perasaannya saat ini benar-benar hampa. Bahkan tadi Gera memilih naik ojek daripada terjebak macet. Setelah mendapat kabar seperti ini, Gera tak bisa berpikir jernih. Kini ponselnya sudah remuk dan berada di rumah Eva. Untung saja dia tadi sempat membaca pesan yang mengatakan Novi berada di ruang ICU.
Gera memelankan langkahnya saat melihat keberadaan banyak orang yang duduk di bangku panjang depan ruang ICU. Gera segera menghampiri Artha yang tampak diam dan menyeramkan. Artha yang biasanya tenang kini tampak seperti orang frustasi.
"Lo ke sini?" Suara dingin Artha memecah keheningan.
Gera diam. Dia terlalu lemah untuk menjawab. Rasa sesak dan bersalah memenuhi hatinya. Dia takut kehilangan Novi, dia terlalu takut.
"Masih berani lo ke sini? Masih ingat sama Novi?" tanya Artha dengan datar.
"Maaf." Hanya kata itu yang keluar dari mulut Gera.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kode (Completed)
Teen Fiction"Lo kenapa sih, selalu marah kalau gue deket sama cowok?" tanya Novi dengan marah kepada cowok di depannya. "Masih nanya?" "Lo itu sebenarnya siapa sih, selalu ngatur gue? Emang selama ini apa hubungan kita?" Novi geram dengan cowok di hadapannya...