Sepasang muda-mudi tengah terdiam dalam keheningan di rumah yang sepi. Yang perempuan mengetukkan jarinya di dagu tampak sedang berpikir, sedangkan yang laki-laki tampak sedang memperhatikan si perempuan.
"Lo beneran udah baikkan, 'kan, Ger?" tanya yang perempuan akhirnya.
"Harusnya gue yang tanya kaya gitu ke lo," ujar Gera yang masih memandang Novi dengan lekat.
Novi memutar bola matanya. "Ya lo kemarin sih sampai berdarah-darah gitu, kan gue jadi khawatir."
"Gue nggak penting, yang penting itu lo, Nov," kata Gera yang tak sedetik pun mengalihkan pandangannya dari Novi.
"Emang kita mau ke mana? Sumpah di rumah lo nggak asik, sepi, dan lo nggak ada usaha ngehibur gue yang hampir mati kebosanan di sini." Novi membuka suara kembali ke topik awal pembicaraan mereka saat Novi baru saja menginjakan kakinya di rumah Gera yang sepi.
"Nonton mau?" tawar Gera.
Novi menolehkan kepalanya, menatap Gera yang masih setia menatapnya. "Mau! Nonton horor ya?"
Gera memutar bola matanya. "Lo yakin mau nonton horor? Lo bisa aja bunuh gue dengan pelukan lo selama film diputar yang mengakibatkan gue kehabisan oksigen?"
Novi hanya menyengir saat mendengar sindiran dari Gera. Sebenarnya itu sih alasan Novi mengajak Gera nonton horor, agar gadis itu bisa berpura-pura ketakutan dan memeluk Gera sepanjang film, dan lelaki itu akan dengan siaga memeluknya juga seperti melindungi, dan di saat seperti itu, Novi diam-diam tersenyum penuh kemenangan.
"Selain horor deh, Nov. Action atau kalau ada yang thriller yang bunuh-bunuhan gitu." Mendengar kalimat yang dilontarkan Gera, seketika membuat Novi merinding. Lebih baik dia nonton horor dari pada harus thriller.
"Gila! Nggak mau! Yang romantis aja deh mending, cerita anak SMA gitu, lagi banyak tuh diputar," ujar Novi yang menolak mentah-mentah ajakan Gera.
"Nggak ah, gue nggak suka yang menye-menye tai ayam." Kini giliran Gera yang menolak mentah-mentah.
"Kalau belum pernah nonton, nggak usah ngebacot dulu deh, Ger! Pokoknya filmnya yang milih gue!" kata Novi final.
Gera hanya bisa menghela napas pasrah. Kadang Novi memang tak mau kalah seperti ini, tapi dia lebih sering yang mendominasi gadis itu. Dia tidak ingin Novi melirik cowok lain, dia tak ingin Novi tak peduli padanya, dia takut kehilangan.
"Sana gih ganti baju! Gue tunggu sampai lima menit!" kata Novi yang membuat Gera bangkit dari sofa dan menuju ke kamar.
Mata Novi melihat-lihat ke seluruh penjuru ruang tamu di rumah yang beberapa kali ia kunjungi. Novi menatap ke arah foto keluarga Gera. Di sana seluruh anggota keluarga tersenyum. Novi tersenyum tipis melihat itu.
"Bengong aja. Ayo berangkat!" Suara Gera membuat Novi tersentak.
"Eh? Udah siap?" tanya Novi sambil meneliti penampilan Gera yang memang selalu tampak sempurna di mata Novi.
"Belum, Nov. Gue mau boker dulu!" kesal Gera yang membuat Novi menyemburkan tawanya.
"Iya deh. Yuk berangkat boker!" ajak Novi yang tentu saja bercanda.
Gera menggenggam tangan Novi, lalu menarik gadis itu keluar dari rumahnya. "Emang lo mau nemenin gue boker?"
Novi menoleh ke samping seketika jarak antara wajahnya dan Gera cukup dekat karena tadi Gera berbisik tepat di samping telinga Novi. Novi terdiam sesaat sebelum kesadarannya kembali. Novi mengusap wajah Gera dengan tangannya yang bebas dari genggaman Gera.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kode (Completed)
Teen Fiction"Lo kenapa sih, selalu marah kalau gue deket sama cowok?" tanya Novi dengan marah kepada cowok di depannya. "Masih nanya?" "Lo itu sebenarnya siapa sih, selalu ngatur gue? Emang selama ini apa hubungan kita?" Novi geram dengan cowok di hadapannya...