Alunan lagu dari Bruno Mars yang menggema di dalam mobil, menjadi pengiring perjalan Albar dan Gerry menuju rumah Albar. Sesekali terdengar pula suara Gerry mengikuti alunan lagu tersebut.
Albar yang merasa terganggu dengan suara Gerry yang sangat amat kritis dan merusak indra pendengaran itu, memilih menatap pemandangan di luar cendela mobil yang ada di sebalah kirinya sambil berdecak pelan. Dan disaat mobil berhenti di salah satu lampu merah, Albar semakin dibuat jengkel karena suara Gerry semakin tak terkendali.
"Suara lo jelek, Ger. Mending gak usah nyanyi deh."
"Gue gak peduli. Yang penting gue lagi seneng banget! Sumpah deh, Bar gue lagi seneng banget!!" ujar Gerry berseru-seru dengan wajah yang sumringah.
Mata Albar melirik sekilas ke arah Gerry. Lalu memilih menyenderkan kepalanya di kaca mobil berniat memejamkan matanya.
Dan entah mengapa sedetik setelah matanya terpejam, sekelebet bayangan kejadian di restoran tadi, tiba-tiba terlintas dalam benaknya. Ya, kejadian yang membuatnya merasa bersalah atas perlakuan Ferly kepada gadis itu. Dan sungguh, Albar benar-benar merasa sangat bersalah kepada gadis itu.
Namun sebuah tepukan yang cukup keras di bagian bahu kanannya membuat Albar membuka matanya dan langsung menatap sinis ke arah Gerry yang tengah sibuk menyetir sambil cengengesan.
"Gue mau tidur!" ujar Albar kesal.
"Entar dulu tidurnya. Gue mau cerita!"
"Emang lo mau cerita apaan sih, Ger. Gak bisa nanti aja pas nyampe rumah?"
"Gak bisa!"
"Gue ogah kalau bahas tentang cewek. Kepala gue pusing!"
"Ini tuh beda, Bar. Ini tuh idaman gue banget!" ujar Gerry sambil sesekali menatap Albar yang ternyata tengah menaikkan salah satu alisnya, menunggu kelanjutan cerita Gerry.
"Tadi gue ketemu Nadhifaaaa!! Sumpah gue seneng banget," teriak Gerry penuh antusias.
"Nadhifa?" tanya Albar heran yang langsung dibalas dengan anggukan oleh Gerry. Albar yang merasa tidak tau siapa sosok Nadhifa semakin menyeringat heran dan tampak kebingungan.
Seolah paham dengan raut wajah yang ditunjukkan Albar, Gerry langsung menimpuk bahu Albar sekali lagi.
"Heh kutu! Kemana aja sih lo selama di kampus?"
"Emang kenapa?!"
"Anjirrrrr lo ya, Bar sama Nadhifa aja lo gak ngerti!"
"Mulut lo tuh disaring!"
"Eh iya, astagfirullah." Gerry membekap mulutnya. "Eh tapi, lo seriusan gak tau Nadhifa?"
"Enggak," jawab Albar seraya menggelengkan kepalanya. Lalu kembali menyandarkan kepalanya di kaca mobil. Seolah tak tertarik dengan cerita Gerry.
"Terus lo gak nanya gitu, Nadhifa itu siapa?"
"Siapa?"
"Dia itu temen satu kampus kita. Satu fakultas sama si Ridwan!"
"Oh," jawab Albar sambil menganggukan kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Bertasbih [Completed]
SpiritualSeperti ribuan tasbih yang terlantunkan. Seperti itulah aku berdoa agar takdir membawa namamu dalam garis yang Allah tetapkan untukku.