B A G I A N • 39 •

5.7K 487 51
                                    

Alhamdulillah up! Yeyyy 😄😄
Dibab ini ada 3000 lebih kata yaa temen-temen, semoga bisa mengobati rasa rindu kalian. Maaf jika masih banyak typo dan membuat kalian menunggu selama itu hehehe

Happy reading 💕💕💕

Jangan lupa baca basmallah

***

"Bangsatttt!" maki Gerry seraya memukul kemudi mobilnya.

Sorot matanya, kembali menatap sosok Nadhifa yang sibuk menenangkan Rama yang tengah menangis.

"Gue harus gimanaaaa?!"

Gerry mengacak rambutnya--menyalurkan rasa frustasi akan dirinya yang bisa sejauh ini mengetahui tentang hubungan rumit sahabatnya--Albar.

Setelah mengetahui tentang informasi yang dia dapat dua hari yang lalu. Gerry memang tak langsung menghubungi Albar. Dia ingin memastikan terlebih dahulu kebenarannya. Takut, jika hal tersebut tidaklah benar. Dan setelah mengikuti seluruh petunjuk pada informasi tersebut dan dia pun telah mengeceknya sendiri, Gerry akhirnya benar-benar percaya bahwa Nadhifa adalah gadis masa lalu Albar.

Namun, yang saat ini menjadi permasalahan adalah Nadhifa akan segera menikah. Sementara Albar masih tidak mengetahui jika gadis yang menjadi ibu kandung Rama adalah Nadhifa, bukan Faisa.

Entah apa yang saat ini sedang Gerry rencanakan, laki-laki itu keluar dari dalam mobil, menghampiri Rama yang masih menangis.

"Rama..."

Rama seketika mendongakan kepalanya, menatap ke sumber suara.

Mendapati sosok yang dia kenal tengah memanggilnya, dengan segera bocah laki-laki itu turun dari bangku, lalu berlari mendekati Gerry.

"Om Albar mana?" tanya Rama seraya menoleh ke belakang Gerry, dengan harapan mendapati sosok yang dia rindukan.

Gerry mensejajarkan tingginya, memberikan elusan lembut di kepala Rama. "Kangen Om Albar ya?"

Rama mengganggukan kepalanya. "Om gak elnah telpon. Om juga gak elnah kesini." adunya kemudian.

Gerry tersenyum, lalu menoleh ke arah Nadhifa yang sudah berdiri di belakang Rama. Dan tanpa mengatakan apapun, Gerry mengeluarkan ponselnya--menghubungi Albar.

"Assalamualaikum. Kenapa, Ger?" suara Albar terdengar, membuat Rama seketika melebarkan senyumnya. Sedang Gerry yang melihat betapa bahagianya bocoh laki-laki, langsung menggeser tombol di layar ponselnya menjadi video call.

"Waalaikumsalam. Ada yang mau ngomong sama lu, Bar."

"Siapa?"

"Om!!!!" seru Rama mengambil alih ponsel milik Gerry yang masih tersambung telpon.

Tak sampai 2 detik, ponsel tersebut akhirnya menampilkan sosok Albar, yang membuat binar bahagia semakin terpancar pada netra Rama.

"Om, Ama kangennnn. Kenapa Om gak elnah kesini?"

"Maafkan, Om ya.... sekarang Om lagi umroh. Jadi, Om gak bisa ketemu sama Rama dulu."

"Umrohh?" Rama mengernyitkan keningnya--tampak mengingat sesuatu.

"Iya... Umroh itu--"

"Ummi, umroh itu yang tempatnya Allah itu ya?" Rama memotong ucapan Albar, seraya menoleh ke arah Nadhifa, memastikan jika dia tidak salah mengartikan maksud umroh yang diucapkan oleh Albar.

Nadhifa lantas menganggukam kepalanya, memberikan jawaban. Dan tanpa gadis itu sangka, beberapa saat kemudian, Rama malah mengatakan sesuatu yang membuat Nadhifa seketika membatu saat mendengarnya.

Takdir Bertasbih [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang