Jangan lupa baca basmalah.
Happy reading 💕💕💕Maaf kalau masih banyak typo bertebaran hehe :v
***
Setelah mendapat penjelasan panjang lebar dari kedua orang tuanya, tanpa banyak komentar Albar langsung beranjak menuju kamarnya. Merebahkan tubuhnya, menginstirahatkan badan dan pikirannya yang hari ini sangat melelahkan.
Kenyataan yang baru saja dia ketahui masih begitu berat untuk Albar terima. Pasalnya kedua perempuan itu sangat berarti baginya. Faisa sebagai gadisnya di masa lalunya sekaligus ibu dari anaknya. Sedangkan Nadhifa adalah gadis yang sangat dicintai. Sungguh kepala Albar semakin terasa pening memikirkan hal itu.
"Mungkin gue memang harus mengikhlaskan keduanya," ucap Albar seraya memejamkan matanya.
Tapi gimana caranya? Pertanyaan itu tiba-tiba muncul dalam benaknya, seolah menyanggah tindakan yang akan Albar lakukan.
Andai dari awal dia tau siapa wanita di masa lalunya, mungkin dia tidak akan mencintai Nadhifa sedalam ini. Dan andai dulu dia tidak bertindak bodoh melampiaskan amarahnya dengan pergi ke club dan berujung melakukan tindakan di luar nalarnya, mungkin masalah ini tidak akan serumit ini. Andai saja.
"Kalau engkau tertimpa musibah, janganlah engkau mengatakan: "Kalau tadi aku lakukan begini, tentu jadinya akan begini dan begini..". Tapi katakanlah: "Sudah takdir Allah, Allah melakukan apa saja yang Dia kehendaki. Karena kata "seandainya," itu membuka pintu amalan syetan (yakni akan membuka pintu kesedihan dan kekecewaan). Yang demikian itu hanya berbahaya dan tidak bermanfaat. Tapi ketahuilah, bahwa apa saja yang menimpamu tidak akan pernah meleset. Dan segala yang meleset tidak akan pernah menimpamu. Allah berfirman:
"Tidak ada sesuatu musibahpun yang menimpa seseorang kecuali denga izin Allah; Dan barang siapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya.." (At-Taghaabun : 11)
Hadist Rasulullah yang beberapa hari lalu Albar dengar saat dia mengikuti kajian kembali terngiyang. Membuat laki-laki itu langsung beristighfar, berusaha mengeyahkan berbagai bisikan setan yang kembali berusaha mempengaruhi agar dia terus berandai-andai dan tak mau menerima takdir yang telah Allah SWT tetapkan kepadanya.
Dan seolah mendapat sebuah isyarat, dengan segera Albar beranjak dari tidurnya. Berjalan menuju kamar mandi, membersihkan dirinya, lalu mengambil wudhu dan menggelar sajadah.
Albar ingin menenangkan diri, tapi bukan dengan cara seperti dulu yang melepiaskannya dalam bentuk kemaksiatan, namun dengan bermunajat kepada Allah SWT dan memohon ampunan akan semua dosa yang telah dia perbuat selama ini. Karena cara terbaik menenangkan diri adalah dengan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta, Allah SWT.
Albar melaksanakan sholat taubat. Dan pada saat sujud terakhir Albar tak mampu lagi membendung air matanya yang mengalir begitu deras. Mengiringi setiap rasa sesal yang memenuhi hatinya. Albar begitu malu dengan berbagai dosa yang telah lakukannya, namun dia masih saja memohon pertolongan-Nya untuk mengatasi semua permasalahan yang tengah dia hadapi.
Masih diderai oleh tangis, Albar bangkit dari sujudnya dan menyelesaikan sholatnya. Lalu tak lama kemudian dia kembali bersujud, memohon segala ampunan kepada Allah SWT atas semua kesalahannya. Dia begitu menyesal, bahkan sangat-sangat menyesal.
Hingga sebuah rengkuhan tangan yang tak lain adalah tangan Arian, membuat Albar menghentikan tangisnya, lantas mendongakan kepalanya--menatap sosok ayahnya.
"Menangislah, Nak." ucap Arian seraya menepuk pelan punggung Albar lalu memeluk putra semata wayangnya itu.
Dan tangis itupun kembali pecah. Albar kembali menangis dalam pelukan Arian. Membuat Arian tak hentinya mengucapkan kata maaf pada Albar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Bertasbih [Completed]
ДуховныеSeperti ribuan tasbih yang terlantunkan. Seperti itulah aku berdoa agar takdir membawa namamu dalam garis yang Allah tetapkan untukku.