B A G I A N • 27 •

5.2K 538 10
                                    

Maaf.... karena membuat teman-teman harus menunggu sangat lama. Dan terimakasih juga untuk semangat dan juga antusias teman-teman.

***

Mendapat penolakan dari gadis pujaan hatinya, tentu membuat Albar sangat kecewa. Bagaimana tidak? Seseorang yang dia harapkan mengisi hari-harinya, menemani dan mendampinginnya pada akhirnya tidak bisa terwujud.

Sudah hampir 2 jam lamanya Albar berdiam diri di dalam mobil. Menumpukan kepalanya di atas stir, berusaha meredam kecewa dan emosi yang menguasi hatinya.

Sesekali tangannya pun meremas kuat stir mobil. Menyalurkan perasaan yang tengah dia rasakan.

Albar tak tau harus melakukan apa lagi. Haruskah dia mencoba kembali untuk mendekati Nadhifa agar gadis itu bisa membuka hati untuk dirinya? Atau kah dia harus merelakan Nadhifa dan menerima perjodohkan gila itu? Dia bener-bener tidak tau.

Ketukan pada kaca mobilnya secara tiba-tiba, membuat Albar seketika mengangkat kepalanya. Lantas melihat ke arah samping dan mendapati seorang laki-laki tengah tersenyum kepadanya. Dengan terburu Albarpun menurunkan kaca mobilnya. Menatap laki-laki itu, seraya membalas senyuman.

"Gimana ya Pak?" tanya Albar pada sosok laki-laki itu yang usianya kira-kira sama dengan Ayahnya.

Laki-laki itu kembali tersenyum, membuat kernyitan tercetak di kening Albar.

"Maaf jika saya lancang. Saya perhatikan mobil adek sudah hampir 2 jam lamanya diam disini dengan mesin yang masih hidup. Dan tidak ada seorangpun yang keluar ataupun masuk ke dalam mobil. Membuat saya khawatir. Hingga saya memutuskan untuk mendekat dan melihat keadaan di dalam mobil yang ternyata ada adek." ucap laki-laki itu menjelaskan.

"Apa adek sedang menunggu seseorang?" sambungnya kemudian.

"Tidak, Pak saya tidak sedang menunggu siapa-siapa," jawab Albar.

"Apa kamu baik-baik saja?"

Hati Albar terasa tersentuh mendengar pertanyaan laki-laki itu. Sebagian hatinya pun merasa senang karena ada seseorang yang ternyata memperhatikannya. Namun sekelebet bayangan akan ucapan Ayahnya--Arian tadi pagi dan semua sikap ayahnya selama ini membuat hati Albar kembali terasa sesak. Seolah ada beban yang sangat berat yang menimpa dirinya dan membuat dirinya tak sanggup menghadapinya.

Albar memaksakan seulas senyum. Kemudian menjawab pertanyaan itu, "Saya baik-baik saja, Pak."

Lagi-lagi laki-laki yang mengenakan baju koko berwarna putih dengan dilengkapi peci di kepalanya itu tersenyum. Lantas menganggukan kepalanya.

"Baiklah. Jika memang butuh bantuan, saya ada di dalam sana dan insyaAllah akan saya bantu jika memang saya bisa membantu," ucap laki-laki itu seraya menunjuk ke arah kanan Albar yang ternyata adalah sebuah masjid.

"Mari. Assalamualaikum." pamitnya, yang langsung dibalas salam juga oleh Albar.

Albar masih belum menutup kaca mobilnya dan masih setia menatap sosok laki-laki itu yang kian lama kian menghilang di balik bangunan masjid. Saat sosok itu sudah benar-benar tidak tampak lagi, Albar mengarahkan matanya menatap sekeliling. Dan seketika Albar merasa heran, karena tak sadar sedari tadi dia sedang berada di area masjid.

Tiba-tiba kata-kata yang diucapkan oleh laki-laki tadi terngiyang dalam benak Albar, yang entah mengapa mempengaruhi perasaan Albar yang saat ini tengah kacau.

Albarpun memejamkam matanya. Lantas membukanya kembali beberapa detik kemudian. Mengarahkan matanya menatap ke arah perginya sosok itu. Lalu menggelengkan kepalanya seraya mengalihkan pandangannya.

Takdir Bertasbih [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang