B A G I A N • 20 •

6.9K 599 28
                                    

Ini adalah part terpanjang dari part2 sebelumnya. Jadi jangan lupa untuk tinggalkan vote da komen.

Dan maaf jika hasilnya masih kurang memuaskan dan tidak sesuai dengan apa yang temen-temen harapakan.

***

Albar tak mampu lagi menahan dirinya untuk tidak tersenyum, tak kala sosok gadis yang sedari tadi dia tunggu akhirnya menampakkan dirinya. Sosok gadis cantik yang kini tengah berbincang dengan temannya sambil tertawa lebar tak jauh dari kantin-- tempat Albar menghabiskan waktunya selama 1 jam lebih untuk menunggu gadis itu. Padahal selama ini jika Albar tidak memiliki janji dengan sahabat-sahabatnya, dia tidak akan mau menunggu di kantin. Apalagi sengaja menghabiskan waktunya di kantin hanya untuk melirik gadis-gadis kampus seperti yang sering dilakukan teman-temannya. Tentu dia tidak pernah mau melakukkan hal demikian. Karena dulu tujuan utama dia ke kampus hanya untuk mencari ilmu.

Dan sekarang, atau lebih tepatnya siang ini. Kedatangannya di kampus tidak hanya untuk menuntut ilmu saja. Melainkan untuk bertemu juga dengan gadis pujaan hatinya yaitu Nadhifa.

"Kenapa, lo?" Gerry menyenggol lengan Albar.

Albar mengalihkan pandangannya, menengok Gerry. "Emang gue kenapa?"

Gerry berdecak malas. Kemudian mengarahkan dagunya menunjuk sosok gadis yang baru saja diperhatikan Albar hingga membuat sahabatnya itu cengar-cengir tak karuan saat melihatnya.

"Lo kira gue bego?" tanya Gerry kesal saat mendapati Albar menyerngitkan keningnya seolah tak paham.

"Kan lo emang bego."

Reflek, tangan Gerry terarah memberikan pukulan pada kepala Albar.

"Sekuat tenaga banget sih lo mukul gue! Lo ada dendam terpendam?" protes Albar saat merasa tenaga yang Gerry kerahakan untuk memukul dirinya cukup kencang.

"Maksud lo liatin Nadhifa apaan?" tanya Gerry tanpa mau menjawab terlebih dahulu pertanyaan Albar yang sebelumnya diajukan.

"Emang kenapa?"

"Jawab dulu pertanyaan gue kamprettt!"

Albar menautkan kedua alisnya melihat reaksi Gerry yang tergolong sewot. Bahkan terdengar tak terima. Raut wajah kesalpun tercetak jelas menghiasi wajah Gerry yang juga tak kalah tampan.

"Gue suka sama dia, Ger..." ucap Albar membuat Gerry langsung tercengan saat mendengarnya. "Lebih tepatnya sih gue ci---"

"Maksud lo apa kutu?! Lo jangan main-main!" Gerry memotong ucapan Albar dengan suara yang meninggi.

"Gue gak main-main. Lo sendiri kan denger permintaan gue sama Ridwan beberapa hari yang lalu buat ngajarin gue jadi imam dalam keluarga."

"Anjiirrr... Jadi cewek yang lo maksud itu Nadhifa?!" Albar menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

Gerry menggaruk kepalanya yang sebenarnya tak gatal. Bingung, harus bagaimana untuk menyadarkan sahabatnya itu. Karena sosok yang tengah diidamkan oleh sahabatnya adalah sosok yang diidamkan juga oleh banyak laki-laki, termasuk pula dirinya.

Namun, Gerry masih punya kewarasan untuk tidak berharap lebih pada Nadhifa. Karena dia sadar, jika dia bukanlah sosok yang pantas bersanding dengan gadis seperti Nadhifa. Begitu pula sosok Albar yang bagi Gerry hampir sama dengan dirinya.

"Lo sadar diri gak sih, Bar... lo gimana dan dia gimana?" tanya Gerry sarkastis.

"Sadar."

"Lah terus maksud lo mau ngelamar dia itu apaan?!" suara Gerry terdengar tengah menahan geram.

Takdir Bertasbih [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang