B A G I A N • 10 •

8.2K 705 10
                                    

"Teman satu kampus?" tanya seorang wanita yang menggunakan ghamis berwarna hitam pada seseorang di seberang telfon.

"Iya, dia satu kampus sama adek kamu."

Wanita itu menatap ke arah suaminya yang juga sedang mendengarkan jawaban dari seseorang di seberang telfon yang tak lain adalah abinya.

"Tapi, bukannya adek masih gak mau ya, Bi?"

"Mungkin dulu adek kamu masih gak mau. Tapi bisa saja sekarang dia sudah mau. Nanti biar Abi yang bilang ke adek kamu."

"Jangan Bi," cegah wanita itu dengan cepat, bahkan dengan nada yang cukup tinggi.

"Maaf," rilihnya beberapa detik kemudian, menyadari kelancangannya.

"Aku gak bermaksud untuk menjadi penghalang, Bi. Hanya saja aku ingin Abi memberikan waktu untuk aku menanyakannya terlebih dahulu tentang hal itu. Jika memang dia sudah ada kemauan, aku yang akan memberikan kabar kepada Abi. Lagi pula bukankah adek juga masih belum ingin abi dan ummi mengetahuinya? Dia masih takut, Bi."

Cukup lama tak ada respon dari Abinya. Membuat wanita itu menatap cemas ke arah suaminya. Dan suaminya yang mengerti apa yang tengah istrinya rasakan, akhirnya meraih jemari sang istri dan memberikan elusan yang membuat benak wanita itu sedikit lebih tenang.

"Tenang, sayang," bisik laki-laki itu kepada istrinya.

Wanita itu tersenyum dan menganggukan kepalanya.

"Baiklah, Abi akan memberikan waktu untuk kamu menanyakan hal itu. Tolong jaga adek kamu."

"Iya Abi... InsyaAllah."

Wanita itu menutup sambungan telfon, setelah sebelumnya dia berpamitan dan mengucapkan salam kepada Abinya.

"Sayang..." panggil suaminya sambil mengangkat dagu milik wanita itu. Membuat manik mata keduanya saling bertemu.

"Jangan pernah beranggapan seperti itu lagi," tambahnya seolah mengerti apa yang tengah dipikirkan istrinya.

"Tapi, mas..."

Laki-laki itu menghentikan ucapan istrinya, dengan meletakkan telunjuknya di bibir sang istri. Lalu memberikan sebuah pelukan yang membuat wanita itu sangat bersyukur memiliki suami yang bisa menerima semua yang ada dalam dirinya.

***

Nadhifa menuliskan beberapa huruf hijaiyah di papan tulis. Lalu memberikan contoh cara yang benar saat membacanya. Sedangkan Risma, memperhatikan sepenuhnya apa yang diajarkan oleh Nadhifa.

"Saya ulangi lagi ya Tante, nanti langsung Tante ikuti."

Risma menganggukan kepalanya dan disusul dengan suara Nadhifa membacakan huruf-huruf yang memiliki kemiripan saat membacanya.

Beberapa kali Risma membaca seperti halnya yang dicontohkan oleh Nadhifa. Namun masih ada beberapa huruf yang masih terdengar sama saat Risma membacanya. Nadhifapun tersenyum, lalu dengar sabar mengulang kembali agar Risma bisa membenarkan yang sebelumnya salah.

Hingga akhirnya, Rismapun mampu membedakannya. Membuat senyuman tak hanya terukir dibibir Risma, namun Nadhifapun ikut tersenyum senang.

"Alhamdulillah," ucap Nadhifa.

Takdir Bertasbih [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang