Tak ada manusia yang bisa menduga, kapan dia akan jatuh cinta. Begitu pula dengan Albar. Yang pada akhirnya menyadari, bahwa cintanya telah berlabuh sepenuhnya pada sosok gadis bernama Nadhifa.
Ternyata informasi dari Ibunya beberapa hari yang lalu, tentang Nadhifa yang telah dilamar. Membuat dirinya menjadi kacau. Bahkan semua pekerjaan dan tugas kuliahnya tak satupun ada yang beres. Selalu saja terdapat kesalahan didalamnya. Dan itu semua, karena pikirannya yang dipenuhi sosok Nadhifa.
Dan karena itu pulalah akhirnya dia menyadari, bahwa dia telah jatuh cinta pada Nadhifa dan tak rela jika gadis itu berakhir dengan laki-laki lain.
Entahlah, untuk saat ini Albar tak memikirkan sama sekali tentang gadisnya. Karena yang terpenting untuk saat ini, Albar ingin lamaran yang diajukan oleh seseorang kepada Nadhifa, ditolak oleh gadis itu.
Sungguh, Albar tak ingin orang lain yang pada akhirnya menikah dengan gadis pujaannya itu.
"Miraaa!" panggil Albar saat melihat Mira yang tampak duduk di bawah pohon tak jauh dari tempat Albar memarkiran mobilnya.
Albar berjalan dengan langkah lebarnya mendekat ke arah gadis yang langsung melebarkan senyumnya saat melihat ke arahnya.
"Hai Albar. Makin ganteng deh kamu," puji Mira semakin melebarkan senyumnya.
Albar yang mendengar hal itu menghela nafasnya, sambil berdecak pelan.
"Aku serius tau, Bar. Kamu makin ganteng."
"Terserah lo deh, Mir." ucap Albar pada akhirnya. "Gue cuma mau tanya sama lo." tambahnya, menjelaskan maksud dirinya menghampiri gadis itu.
"Tanya apa?" Mira menaikkan salah satunya alisnya.
"Ah gue tau!" seru Mira sesaat kemudian, dengan wajah yang tampak sumringah, padahal Albar belum menyauti apapun saat gadis itu bertanya.
"Tau apa?"
"Lo mau tanya Dhifa kan?" tanya Mira tepat sasaran. Membuat Albar langsung ikut mengembangkan senyumnya, karena ternyata gadis di hadapannya itu sangat peka dengan maksud kedatangannya.
"Hmm kan... apa gue bilang. Pasti cowok model kaya lo gini, mau tanya tentang sahabat gue."
"Cowok model kaya gue?" Albar tampak terusik dengan kata itu.
"Iya... Cowok-cowok model kaya lo gini sering banget tanya tentang Dhifa ke gue. Ya... apalagi kalau bukan karena dia suka sama Dhifa."
Albar tampak terkejut dengan apa yang baru saja disampaikan oleh Mira kepadanya. Ternyata tidak hanya dia yang menanyakan hal itu kepada Mira tentang Nadhifa.
"Gak usah heren gitu deh!" ucap Mira saat melihat ekspresi Albar yang menurutnya aneh.
"Lo gak tau apa kalau Dhifa itu banyak yang suka?"
Albar menggelengkan kepalanya. Dan disusul suara dengusan dari Mira.
"Kayanya dulu lo emang jarang di kampus deh. Gue sendiri bahkan gak pernah tau kalau Ridwan punya sahabat selain Gerry sama Aldo. Emang dulu lo kemana sih? Gue aja tau lo, setelah dikenalin sama Dhifa."
Albar menggaruk tengkuk kepalanya, "Gue emang jarang di kampus. Paling waktu ada kelas dan lagi kumpul aja di kantin sama temen-temen gue. Dan itupun jarang."
"Gak heran sih kalau lo jadi gak tau sama Dhifa." Mira mengedikkan bahunya. "Oh ya, lo mau tanya apa?"
"Lo tau gak kalau Dhifa dilamar?"
"Lo diceritain juga sama Dhifa?" Mira balik bertanya. "Tumben tuh anak cerita selain sama gue," gerutunya kemudian.
Albar menjadi salah tingkah. Ingin meluruskan bahwa Nadhifa tidak pernah menceritakan apapun kepadanya. Namun, dia juga enggan untuk memberi tahu hal itu. Karena sepertinya Mira tau banyak tentang gadis itu. Dan Albar ingin memanfaatkan keadaannya saat ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Bertasbih [Completed]
EspiritualSeperti ribuan tasbih yang terlantunkan. Seperti itulah aku berdoa agar takdir membawa namamu dalam garis yang Allah tetapkan untukku.