Hidup kembali itu saat ada pasokan energi, makanan empat sehat lima sehat sempurna dan bahagia. Jika beberapa hari yang lalu hidup Miguel seperti mayat, kini lelaki itu sudah bisa tersenyum dengan kembalinya Manda. Sebenarnya bukan Manda yang kembali, tapi dirinya. Karena Migel yang meninggalkan Manda. Migel sadar apa yang Romeo katakan. Ia butuh seseorang yang bisa ngontorol dan balik ke jalan yang seharusnya. Jika Romeo punya Luna sebagai petunjuk jalan itu, maka Migel punya Manda sebagai lampu yang menerangi jalannya.
Rencana awal tidak berjalan mulus. Migel pikir Manda tidak ingin berbicara padanya dan memutuskan menjauh. Sebelum Manda minta, Migel akan melakukannya. Tidak sesuai ekspektasi karena Manda mengatakan akan tetap menjadi miliknya.
"Gue bajingan."
Manda mengangguk.
"Brengsek."
"Iya."
"Nggak suka lo terluka." Manda mengulum senyum. Pipinya merona, Migel gemas sendiri. "Nggak suka ada yang sentuh lo. Gue akan jadi singa lapar."
Manda tertawa, Migel merekam setiap gerakan Manda, bagaimana cara Manda tertawa. Seperti air yang mengalir dari pegunungan. Lembut, dingin dan sejuk. "Sekarang aku." Ujarnya setelah meredam tawa. Ia memutar tubuhnya duduk berhadapan dengan Migel. Manda berdeham. "Aku anak baik."
"Gue tau."
"Polos."
"Em."
"Nggak suka lihat kamu berantem." Migel mengedikkan bahunya, sulit. "Nggak suka orang yang bohong." Ujarnya mantap. "Sekarang kamu kasih tahu aku sebelum kamu ketahuan bohong, aku nggak maafin kamu."
Gue suka tinju ilegal dan... Livesey.
"Nothing." Migel tersenyum, di balas Manda senyuman hangat. Manda menghembuskan nafasnya, memutar tubuhnya kembali ke depan. Menatap beberapa orang yang sudah keluar dari dasar kolam, hari semakin siang. "Lo nggak kuliah?"
"Nggak ada jadwal." Manda menoleh, mengerutkan keningnya saat sadar ada tas punggung warna abu-abu dipunggung Migel. "Kamu mau kemana?"
"Ketemu dosen." Manda mengerjapkan matanya. "Minta tanda tangan ACC, gue udah daftar wisuda bulan depan." Kedua mata dan bibir Manda membulat seketika. Migel menyukainya.
"Sebenarnya gue tinggal minta tanda tangan, emang karena gue malas buat wisuda. Jadi gue menundanya, kalau gue cepat lulus, nggak ada kegiatan. Tapi sekarang gue punya alasan." Manda menelan salivahnya yang nyangkut ditenggorokan. "Lo tau itu, Allamanda." Ujarnya sensual. Migel berdiri dari tempat duduknya. "Mau ikut? Gue mau minta tanda tangan, kita bisa jalan setelah itu."
Manda salah besar telah memberikan tantangan itu pada Migel. Secara, lelaki itu masuk Universitas Negri tanpa tes yang menghalangi jalannya. Migel pintar, seharusnya Manda tidak mengatakan hal seintim itu pada Migel. Nasi sudah menjadi bubur. Manda mengangguk. Berjalan bersisihan dengan Migel menuju basement. Apartemen Migel dan Luna hanya beda lantai, Manda baru tahu hal itu.
"Kita mau jalan kemana?" Tanya Manda saat Migel memakaikan jaket ditubuhnya, menarik retseliting sampai ke atas, tidak lupa dengan Helm berwarna biru yang lucu.
"Neraka."
Manda mendengus. "Kamu mau ikut aku nggak?" Tanyanya melompat kecil, kedua lesung pipinya terlihat, Migel mencubit pipi chubby itu gemas. Manda mengerjap, melepaskan tangan Migel cepat dan meraba dadanya bagian kiri. Jantungnya seakan tersengat listrik saat Migel menyentuhnya.
Migel terkekeh pelan. "Kemana?"
Manda menggelengkan kepalanya, kembali bersikap normal. "Surga."
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Touch Her!! [SUDAH ADA VER. EBOOK]
Roman d'amour#29 in Romance [05 Desember 2017] #43 in Romance [04 Desember 2017] #55 in Romance [22 November 2017] [BEBERAPA PART DI PRIVAT. HARUS FOLLOW DULU, THANKS] "JANGAN SENTUH DIA, BANGSAT!!!?" -Miguel Triosmidreas- "MIGEL JANGAN!" -Allamanda Cassiopeia- ...