BAB 39. Another World [B & L]

30.3K 1.7K 141
                                    

DAHULUKAN VOTE SEBELUM BACA YAHH! 😊

PART INI KHUSUS LIVESEY DAN BRAYN!

Yang haters Livesey jangan ngamuk ya wkwkwkwk. Bacu dulu aja.

--
--

Hujan deras dari tengah malam masih enggan pergi. Meski tidak deras seperti semalam yang di sertai petir dan gledek yang menyebabkan listrik mati seketika. Rintik hujan yang masih awat menemani, membuat siapa saja enggan untuk beraktivitas dan memilih untuk tetap di bawah selimut.

Di sebuah rumah minimalis. Seorang wanita yang sedang bergelut dengan bumbu-bumbu dapur. Menghidangkan sarapan pagi seperti rutinitas biasa. Ada sebuah senyuman tulus, ia masukkan bumbu cinta dan kasih sayang kedalam nasi goreng.

Tubuhnya professional padahal menginjak umur empat puluh tahunan. Masih terlihat lincah dan tidak ada kerutan di sekitar wajahnya. Salah besar karna menuduhnya sering memanjakan diri ke salon. Perempuan itu tidak akan menghabiskan uang hanya untuk sebuah kecantikan.

Hidup sehat, selalu tersenyum, dan bahagia setiap hari adalah resep yang paling ampuh.

Senyuman di bibirnya mendadak hilang saat suara bel rumah terdengar. Bukan karna ia tidak suka tamu berkunjung. Tapi berkunjung jam setengah enam pagi dengan cuaca gelap sangat tidak masuk akal. Jantungnya mulai bergemuruh, pasalnya di sekitar rumahnya sudah banyak kejadian criminal dengan segala macam cara, salah satunya menjadi tamu lalu sang pemilik rumah akan di pukul sampai pingsan atau di bunuh.

Segera ia mematikan kompor. Tanpa melepas apron ia menghampiri sebuah kamar yang masih tertutup. Di hidupkan lampu kamar. Ia tidak perduli lagi kamar itu seperti kapal pecah, melewati beberapa buku, kabel-kabel PS ataupun bungkus makanan. Kepanikan langsung menyelimuti dirinya.

"Kak," ia duduk di bibir ranjang. Menggoyangkan tubuh yang di gulung dengan selimut itu dengan pelan. "Kak?" Panggilnya lagi dan tidak kunjung mendapatkan jawaban.

Dengan gemas ia merangkak naik ke ranjang, menarik selimut hingga turun sampai ke leher. Lalu menepuk paha lelaki yang langsung mengulet kecil. "Kak ada tamu kayaknya. Buka dulu, Mama takut. Masih jam setengah enam,"

"Orang iseng Ma, udah biarin aja," ujarnya serak-serak basah, mencoba menarik selimut lagi namun Syanes menahannya. Brayn menendang-nendang kakinya ke udara dengan kesal.

"Bangun atau uang jajan Kakak Mama potong,"

"Astaga Ma," Brayn mengusap wajahnya kasar.

"Kalau ada Papa juga Mama gak akan minta tolong sama kamu. Kamu mau nanti Mama buka pintu terus orang itu langsung mengarahkan benda tajam, parahnya lagi dia langsung nusuk perut Mama?"

Brayn meringis kesal, mengacak rambutnya frustasi. "Kenapa gak suruh Xal aja? Jelas-jelas dia bangun pagi."

"Kakak mau adeknya mati?"

"Terus Mama mau Brayn mati, iya?" Tanya Brayn cepat.

Syanes mencubit kecil paha Brayn dengan gemas. "hush. Cepetan Kak, Mama lagi masak. Bumbu nasi gorengnya belum rata, nanti hanya rasa cinta aja gak ada kasih sayangnya."

Brayn memutar bola matanya malas. "Please dong Ma, Brayn bukan Papa yang butuh gombalan receh," dengan setengah hati akhirnya Brayn merangkak turun dari ranjang.

"KAK!?"

"Apalagi?!"

"Kakak mau keluar kayak gitu?" Syanes yang sudah berdiri di depan pintu menunjuk Brayn dengan membuat lingkaran aneh di udara.

Brayn menunduk dengan kening berkerut. "Celana Brayn mana?" tanyanya polos sambil menggaruk kepalanya dengan pandangan yang melihat sekeliling kamarnya.

Don't Touch Her!!  [SUDAH ADA VER. EBOOK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang